Waktu yang tidak tepat membawa Luna dalam suasana hati ini. Hanya karena Gio memintanya menyiapkan buket bunga untuk teman perempuannya, Luna sedikit kesal. Sebenarnya Luna paham kalau hal ini tidak sepenting itu untuk Gio, makanya dia minta Luna yang menyiapkannya. Jika penting, harusnya Gio yang menyiapkannya sendiri.Tapi, hormon sialan itu membuat Luna benar-benar ingin menangis. Pikiran buruknya tentang Gio tak pernah memberikan bunga semacam itu terus datang mengganggu, ditambah rasa pusing akibat teriknya siang hari dan kram di perut yang bersamaan Luna rasakan.
Usai dari florist, Luna memacu motornya ke arah rumahnya. Dia enggan bertemu lagi dengan Gio, dia butuh waktu sejenak untuk sendirian dan menormalkan perasaannya, makanya dia izin pulang saja. Toh, dia tidak bohong kalau badannya memang tidak enak.
Tapi, motor yang Luna kendarai itu tidak berhenti di rumah, melainkan di kafe Dara. Luna juga enggan ditanya-tanyai Tari di rumah karena pulang cepat, makanya dia memilih datang ke sana. Padahal, kalau ke kafe Dara tidak menjamin Luna akan bebas dari pertanyaan-pertanyaan itu.
"Kok udah pulang?" tanya Dara yang kebetulan berjaga di kasir
"Menstrual cramps, lemes banget gue" jawab Luna lemas
"Ya ampun, ya udah, duduk deh! Gue buatin teh anget ya? Butuh kompres nggak?"
Luna menggeleng pelan, dan langsung berlalu ke sebuah kursi kosong tak jauh dari kasir. Di sana, Luna menjatuhkan kepalanya di atas meja. Dia benar-benar sudah tidak sanggup menghadapi teriknya sinar matahari di luar, kepalanya pusing sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Limitless Love
ФанфикKata orang-orang, setiap manusia itu punya keberuntungan dan ujiannya masing-masing. Artinya, jika ada satu sisi kehidupan dari seseorang itu memperoleh keberuntungan, maka akan ada sisi lain yang mendapati ujian. Namun, Luna tidak sepakat dengan it...