Usai tiga hari dirawat di rumah sakit, Luna disibukkan dengan acara pernikahan Dara yang semakin mepet. Jadi, Gio terpaksa menunda persiapan pernikahannya sendiri. Luna jadi sibuk sekali, pulang kerja tidak langsung ke rumah, malah langsung ke rumah Dara untuk membantu banyak hal. Gio sampai kesal sendiri dengan itu, tapi Luna selalu punya cara untuk menenangkan laki-laki yang sudah berganti dari kekasih ke calon suaminya itu.
Sampai akhirnya pernikahan Dara terlaksana dan selesai dengan baik, giliran Luna disibukkan lagi dengan acara pernikahannya. Tak bisa dipungkiri, keikutsertaan Luna dalam persiapan pernikahan Dara membuatnya tahu banyak hal tentang seluk-beluk pernikahan, jadi Luna langsung tahu langkah pertama yang harus dia ambil.
Gio juga menepati janjinya untuk selalu menemani Luna dan bersedia menjadi tempat bertukar pikiran. Bahkan Gio lebih banyak berinisiatif untuk mengambil langkah duluan, contohnya seperti memikirkan tempat tinggal mereka pasca menikah nanti. Bukan unit apartemennya, Gio memilih membeli sebuah rumah baru yang nyaman. Luna sampai terkejut dengan keputusan Gio itu, tapi itu memang rencana Gio dan Danu. Sama seperti kepada Gavin, Danu memberikan rumah itu sebagai hadiah pernikahan.
Persiapan pernikahan mereka tidak berjalan singkat, mengingat sepenting apa Gio dan keluarganya. Tidak mungkin pesta disiapkan biasa-biasa saja, harus mewah, harus megah, dan tentunya semua elemennya dari kelas atas. Sama seperti pernikahan Gavin, Luna sampai merasa tidak sanggup mengimbangi itu, dia merasa ciut karena tidak bisa banyak berkontribusi dalam hal biaya.
Tapi Gio selalu bilang, "Ini kan cuma pesta yang selesai satu dua hari, sayang. Setelah itu kontribusi kamu pasti lebih banyak di rumah tangga kita"
Dan iya, Luna membenarkan. Apalagi setelah dia mengobrol dengan Jihan. Memang sedikit dia bisa berkontribusi dalam pesta pernikahan, tapi setelahnya dia akan banyak mengambil peran, seperti Jihan yang harus mengandung anak mereka sambil bekerja, merasakan segala ketidaknyamanannya dari mengandung. Gavin sampai merasa bersalah katanya, tapi Jihan hanya bisa tertawa melihat itu.
Ah, ngomong-ngomong soal anak, Luna jadi kepikiran tentang anak mereka nanti. Dia sama sekali belum pernah membahasnya dengan Gio, basa-basi seperti ingin anak berapa juga belum pernah mereka lakukan. Fokus Gio benar-benar hanya ingin menikahi Luna secepatnya. Tapi, Luna tak bisa biarkan, dia tetap membahas itu sesekali.
Seperti saat ini, saat mereka bermalam bersama di unit apartemen Gio seminggu menjelang pernikahan. Sambil saling memeluk sebelum tidur, Luna menceletukkan tanya itu.
"Mas" panggil Luna
"Hm"
"Kamu pengen punya anak berapa?" tanya Luna polos
"Berapapun nggak masalah, terserah kamu" jawab Gio
"Terus maunya anak pertama cowok atau cewek?" tanya Luna lagi
"Hm, kalau itu terserah Tuhan" jawab Gio
"Kalau aku nggak bisa hamil?"
"Ya udah, kita berdua aja"
KAMU SEDANG MEMBACA
Limitless Love
FanfictionKata orang-orang, setiap manusia itu punya keberuntungan dan ujiannya masing-masing. Artinya, jika ada satu sisi kehidupan dari seseorang itu memperoleh keberuntungan, maka akan ada sisi lain yang mendapati ujian. Namun, Luna tidak sepakat dengan it...