Suasana pagi hari di unit Gio ini selalu membuat Luna membayangkan bagaimana jika mereka sudah tinggal bersama nanti. Pagi-pagi bisa memasak bersama begini dan sore hari bisa saling melepaskan lelah bersama usai bekerja. Benar ternyata, Gio adalah orang yang bisa Luna percaya, karena upaya Gio mempertahankan Luna tidak main-main.
Luna sudah meyakinkan diri jika memang Gio orangnya, makanya dia juga sudah siap kapanpun Gio akan membahas keseriusan hubungan mereka. Namun, sampai dengan dua minggu usai mereka kembali bersama, tidak pernah Gio menyinggung masalah itu sedikitpun.
Sejak bekerja di kantor yang berbeda, mereka memang tidak bisa setiap hari bertemu. Namun, Gio sering kali menyempatkan waktu untuk menjemput Luna sepulang kerja dan makan malam bersama. Terkadang pula Luna suka tiba-tiba datang ke unit apartemen Gio di akhir pekan untuk menghabiskan waktu bersama sampai pagi.
Inilah pagi yang disebut itu, kemarin siang Luna datang sambil membawakan masakan yang dia buat di rumah. Gio itu suka sekali bangun siang kalau sedang akhir pekan, makanya Luna berniat datang untuk membangunkan Gio agar tidak pusing karena terlalu lama tidur. Siang itu mereka habiskan di apartemen, lalu sorenya keluar sampai malam.
Hanya itu kebersamaan mereka yang paling lama, karena di hari Sabtu Gio harus tetap pulang ke rumah dan menghabiskan waktu bersama keluarganya. Luna pun sama, Sabtu ini waktu khusus untuknya pergi keluar bersama Tari untuk menjenguk Rey. Makanya, Luna baru bisa mendatangi Gio di hari Minggu siangnya.
"Pakai mobil sendiri?" tanya Gio sambil menyuapkan nasi ke mulutnya
"Iya" jawab Luna seadanya
"Aku pengen banget sebenarnya anterin kamu, tapi nanti telat akunya" ujar Gio
"Iya, nggak apa-apa. Aku bisa sendiri kok, tanganku udah nggak begitu sakit" jawab Luna
Gio memandangi tangan Luna yang masih dibalut perban, meskipun sudah tidak setebal dulu. "Itu kapan bisa dilepas total?"
"Hm, lusa aku kontrol jahitan, kamu bisa nemenin nggak?"
"Lusa? Hari Rabu?"
"Iya"
Luna mengerjapkan mata penuh harap pada Gio, sedangkan laki-laki itu meraih ponselnya untuk mengecek jadwal. Jujur saja, Luna banyak berharap untuk itu, karena Gio benar-benar sulit bisa diajak pergi jika tidak di akhir pekan belakangan ini.
"Bisa, siang ya?" ucap Gio
Mata Luna berbinar, "Beneran?"
"Iya, sayang"
"Okay, kalau siang nggak bisa, malem aja nggak apa-apa kok, abis kamu kerja"
"Ini aku bisa kok siang, nanti aku kabarin lagi ya?"
"Okay, makasih, sayang"
Jadwal bertemu yang tergantung pada situasi dan kondisi masing-masing itu secara tidak sadar mendewasakan keduanya, Luna jadi mengurangi kadar kemanjaannya pada Gio karena dia paham lelahnya sang kekasih. Gio juga jadi mengurangi keluhan lelahnya karena dia paham bukan hanya dirinya yang lelah. Luna juga jadi jarang menuntut macam-macam, kalau Gio terlampau lelah, dia juga mau menghabiskan waktu hanya berpelukan seharian, tidak harus jalan kemana-mana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Limitless Love
FanficKata orang-orang, setiap manusia itu punya keberuntungan dan ujiannya masing-masing. Artinya, jika ada satu sisi kehidupan dari seseorang itu memperoleh keberuntungan, maka akan ada sisi lain yang mendapati ujian. Namun, Luna tidak sepakat dengan it...