12. Belanja

61 12 0
                                    

Pulang saat matahari masih terang itu memang impian Luna sejak mulai bekerja, tapi dia tak menyangka akan terwujud karena sebuah insiden

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pulang saat matahari masih terang itu memang impian Luna sejak mulai bekerja, tapi dia tak menyangka akan terwujud karena sebuah insiden. Masih kasus lama, ternyata IPR Ventures merasa tak terima dengan keputusan Gio yang membatalkan kerja sama secara sepihak. Jadi, tadi sebuah surat tuntutan dikirimkan pada Gio dan Geneva Group.

Hari itu jadi kacau, Gio yang biasanya bermuka datar tiba-tiba jadi panik, sampai Danu yang biasanya membiarkan anaknya melakukan apapun pun ikut turun tangan. Luna tak tahu bagaimana akhir dari kasus itu, yang dia dengar hanya Gio menyuruhnya pulang di jam 5 sore tadi. Namun, Luna melihat Gio malah pergi sendirian dengan mobilnya setelah menyuruh Luna pulang.

Jayden pasti tahu apa yang terjadi, tapi Luna terlalu malu untuk bertanya. Rasanya saat ini bukan waktu yang tepat, karena semua kepala sedang panas. Mungkin besok atau besoknya lagi, Luna baru akan bertanya.

Karena tadi pulang masih sore, jadi malamnya Luna harus keluar untuk mencari makan malam. Dia bingung mau makan apa, tapi malas juga kalau harus mengeluarkan motor lagi, jadi dia memilih jalan kaki, padahal kakinya baru terasa nyeri lagi. Tapi, bukan Luna kalau tak memaksakan diri.

Dia membuka pintu kamar kosnya dengan perlahan. Kali ini, Luna memilih hoodie putih dan celana jeans santai untuk menemaninya keluar. Rambutnya dijepit jedai dengan poni panjang yang tersisa di samping-sampingnya. Luna memang pergi seadanya, karena tidak ada niat untuk bertemu siapa-siapa juga.

Namun, begitu menutup gerbang kosnya, Luna berbalik badan dan langkahnya seketika berhenti karena terkejut. Bukan karena pemandangan aneh, tapi karena kehadiran seseorang di sana.

Giovanno Putra Brastama. Laki-laki dengan kemeja yang sama sejak terakhir kali Luna temui itu tengah berdiri menyandar di mobil. Penampilannya berantakan sekali, dasinya sudah mengendur, kemejanya juga kusut. Luna jadi semakin bingung.

"Pak Gio" panggilnya dari jauh

Yang dipanggil menoleh, seketika dia menegakkan berdirinya sembari menunggu Luna sampai di hadapan. Gio sendiri juga tak tahu apa yang membuatnya datang ke sana, dia hanya mengikuti kemana hatinya ingin pergi.

"Bapak ngapain di sini?" tanya Luna sambil mengernyit

Gio terdiam lama sambil menatap Luna, bukan karena tak dengar, tapi karena sedang menyiapkan alasan paling masuk akal dari kedatangannya. Sayangnya, Gio tak kunjung menemukannya, karena dia memang tak punya alasan itu.

"Pak Gio?" ucap Luna lagi

"Ah!" seru Gio, "Saya mau balikin tempat makan kamu, tadi lupa" ujarnya

Usai mengatakan itu, Gio sibuk membuka pintu mobil belakangnya. Sedangkan Luna menatapnya bingung, tapi memang perlu Gio itu mengembalikan tempat makannya, walaupun agak aneh kalau sampai harus sengaja datang malam-malam begini.

"Ini" ujar Gio sambil menyerahkan tempat makan Luna yang sudah bersih

"Padahal nggak usah dibalikin sekarang juga nggak apa-apa, Pak, Bapak pasti capek seharian banyak urusan, tapi terima kasih" balas Luna

Limitless LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang