"Papa nggak setuju" tegas Danu
"Pa, tolonglah" balas Gio
"Kamu apa-apaan sih, Gi? Bisnis pertama kamu baru aja launching loh, masih ramai orang-orang datang ke sana. Ini udah kamu usahain setahun loh, sekarang mau kamu tinggal gitu aja? Papa emang nggak pernah paham sama cara berpikir kamu" ujar Danu sambil membuang muka
"Dan Papa nggak pernah ngerti sama keadaan aku" timpal Gio
Danu mengernyit tajam, "Apa kamu bilang?"
Gio menghela nafas berat, "Papa cuma bisa nuntut aku buat ini itu, tapi Papa nggak pernah mau tahu keadaan aku yang sebenarnya"
"Kok kamu jadi kayak anak kecil gini sih, Gio? Papa kurang paham apa sama keadaan kamu? Papa nggak pernah sedikitpun maksa kamu buat lakuin ini, Papa juga nggak pernah paksa kamu buat ikut urusan perusahaan, bahkan Papa nggak masalah kalau kamu emang nggak mau ikut campur. Bisa-bisanya sekarang kamu ngomong kayak gitu ke Papa?"
Gio membuang muka sambil mengusap wajahnya, dia akui telah salah bicara. Niatnya agar Danu benar marah dan berakhir membiarkannya melakukan apa yang dia inginkan. Tapi Gio salah ambil langkah, pasti Danu tersinggung dengan ucapannya itu.
Tanpa bicara lagi, Gio memilih beranjak dari duduknya dan pergi begitu saja dari ruangan itu. Dia kembali ke ruangannya dengan melewati Jayden dan Luna begitu saja. Tidak seperti biasanya, sampai heran Jayden dan Luna itu dibuatnya.
Tak berselang begitu lama dari masuknya Gio dengan aneh, tiba-tiba Vivi datang juga dengan raut wajah yang sama anehnya. Baru kali ini ibu dan anak itu tampak tak akrab seperti biasanya. Luna jadi merenung, apa ini ada hubungannya dengan permintaan Gio tadi? Gio ingin Luna menghentikan pembuatan jadwal kerjanya untuk bulan selanjutnya.
Biar di luar yang sibuk berpikir, karena di dalam Vivi sudah melemparkan tatapan tajam dan menusuk untuk anak keduanya itu. Sedangkan Gio hanya bisa duduk menunduk sambil menyesali perbuatannya tadi. Pasti Danu menceritakan semuanya pada Vivi dan Vivi juga turut marah dengan semua itu.
"Papa sakit hati, Mama juga. Papa dan Mama udah berusaha kasih semua yang terbaik buat anak-anak kita, termasuk nggak pernah menghalangi langkah kalian sedikitpun. Meskipun Papa sering hukum Abang Gavin, hukum kamu, dan Adek. Bukan berarti Papa pengen kalian sengsara. Papa cuma mau kalian paham etika, paham konsekuensi, dan biaa bertanggungjawab" oceh Vivi tegas
"Sekarang apa? Kamu mau lanjutin S2 di Vienna dan ninggalin bisnis yang baru kamu rajut di sini begitu aja? Kamu pikir Papa bisa nggak marah sama keputusan kamu itu, Gio? Baik Papa maupun Mama nggak pernah sedikitpun ngajarin kamu atau abang dan adik kamu untuk meninggalkan tanggung jawab. Paham?"
"Ma..."
"Apa? Masih soal Luna?" tebak Vivi langsung
Gio terdiam, matanya terpejam merasakan perih yang menghujam kala nama itu disebut dalam konflik ini. Iya, semua ini karena Luna. Gio ingin pergi sejauh-jauhnya agar bisa melupakan gadis itu. Gio tidak bisa menderita sendirian, dia enggan kehilangan seorang diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Limitless Love
FanfictionKata orang-orang, setiap manusia itu punya keberuntungan dan ujiannya masing-masing. Artinya, jika ada satu sisi kehidupan dari seseorang itu memperoleh keberuntungan, maka akan ada sisi lain yang mendapati ujian. Namun, Luna tidak sepakat dengan it...