Biasanya, jika bersama Luna, Gio bisa sedikit bermalasan. Tapi pagi itu, dia tetap terbangun di jam biasanya, malah sekarang dia heran melihat Luna yang belum bangun. Posisi Luna sudah memunggunginya, padahal semalaman gadis itu berada dalam pelukannya.
"Lun, bangun!" ujar Gio sambil bangkit duduk untuk mengumpulkan nyawa
Luna tak juga menunjukkan respon, membuat Gio akhirnya maju untuk mengusap pelipis Luna. Sayangnya, Gio malah dikejutkan dengan suhu tubuh tinggi di sana. Dia lebih mendekat, mengubah posisi tangannya jadi di kening dan pipi Luna.
"Luna" panggil Gio mulai panik
Gio akhirnya mengubah posisinya lagi jadi duduk di tepi ranjang, sehingga dia bisa lihat wajah Luna secara menyeluruh. Pucat sekali kelihatannya, bahkan bibirnya terlihat pecah dan mengering. Perasaan semalam Luna masih baik-baik saja, hanya sesekali mengeluh hidungnya gatal dan beberapa kali bersin, sekarang tiba-tiba jadi demam begini.
"Lun, minum obat dulu ya? Bangun dulu!" bujuk Gio sambil mengusap kening Luna
Luna mulai terusik, tapi matanya tak terbuka sedikitpun. Dia malah menyingkirkan tangan Gio dari keningnya. Gio mulai semakin panik, dia lihat jarum jam juga terus bergulir. Dia coba lagi usik tidurnya Luna lebih lembut.
"Sayang, bangun dulu, minum obat, abis itu tidur lagi" bujuk Gio
"Hm"
"Ya? Ayo, bangun!"
Luna perlahan membuka matanya, membuat Gio langsung beranjak memuka laci yang ada di nakas. Dia cari persediaan obat apa yang ada di sana, semoga setidaknya dia menemukan pereda demam yang masih bisa dikonsumsi.
"Mas Gio" panggil Luna lemas
"Iya, bentar ya? Aku lagi cari obatnya" sahut Gio
Beruntung, obat pereda demam itu berhasil Gio temukan di sana. Dia cek dulu tanggal kadaluarsanya, dan beruntung lagi masih aman. Gio langsung beranjak lagi mengambil segelas air putih di dapur dan kembali secepatnya.
"Duduk, Lun!" titah Gio begitu sampai lagi di kamar
Tanpa menjawab, Luna perlahan menegakkan tubuhnya untuk duduk. Matanya masih berat sekali untuk dibuka, ditambah kepalanya juga seketika jadi berputar saat dia duduk. Luna harus tahan sebentar, setidaknya sampai obat itu tertelan.
"Pelan-pelan" ujar Gio sambil menyerahkan air putih usai Luna memasukkan sebutir obat ke mulutnya
"Kamu mau kerja?" tanya Luna lemas sambil mengembalikan gelas di tangannya ke Gio
"Iya, kamu mau gimana? Aku anter pulang ke rumah aja ya?" balas Gio
Luna menggeleng pelan, "Nggak kuat, aku pusing banget"
"Atau Tante Tari aku jemput ke sini?"
"Nggak usah"
Gio menghela nafas pelan, "Terus gimana dong? Jangan sendirian gini ah! Akunya nggak tenang"
KAMU SEDANG MEMBACA
Limitless Love
FanfictionKata orang-orang, setiap manusia itu punya keberuntungan dan ujiannya masing-masing. Artinya, jika ada satu sisi kehidupan dari seseorang itu memperoleh keberuntungan, maka akan ada sisi lain yang mendapati ujian. Namun, Luna tidak sepakat dengan it...