Hidup Luna sebulan ini memang jadi lebih bebas dan menyenangkan, walaupun rasa kesepiannya masih ada. Tapi, sekarang Luna sudah terbiasa kemana-mana sendiri, menghabiskan akhir pekan juga sendiri. Luna jadi bisa mengeksplor banyak tempat baru di daerah tempat tinggalnya maupun daerah lain.
Seperti hari ini, ada sebuah toko es krim baru buka di daerah kampusnya dulu. Luna sengaja ke sama sendiri untuk menenangkan pikirannya. Pasalnya, pikiran Luna sedikit terganggu karena cerita Vivi seminggu lalu. Tepat sebelum berangkat ke Tokyo, Vivi secara khusus mendatangi Luna untuk meminta bantuannya dalam mengontrol Gio selama dirinya pergi.
Luna tidak heran dengan permintaan itu, memang sebelumnya pun pernah Danu berpesan demikian. Namun, satu cerita baru Luna ketahui. Cerita tentang alasan di balik permintaan Gio agar Luna menghentikan pembuatan jadwal dirinya itu adalah karena Gio ingin pergi dari Jakarta.
Luna mengerti sesulit apa Gio melupakannya, karena dia pun merasakan demikian. Namun, Luna memilih bertahan, dia meyakini bahwa waktu akan menyembuhkan dirinya kelak. Dia juga sudah bersiap kalau suatu saat nanti Gio membawa perempuan lain ke ruang kerjanya, memeluknya, bahkan menciumnya di sana, seperti yang biasa dia lakukan pada Luna. Luna sudah siap dengan itu, karena nyatanya memang dia yang mengambil keputusan atas keegoisannya.
Sambil menyendok sedikit demi sedikit es krim di gelasnya, Luna juga memperhatikan lalu-lalang orang di jalanan. Dulu dia juga bagian dari lalu-lalang itu, karena dia juga mahasiswa di sana. Sudah banyak yang berubah dari daerah itu, sudah semakin banyak bangunan di sana, dari kafe atau tempat nongkrong sampai kos-kosan.
Ruangan dalam toko es krim itu kedap suara, jadi meskipun Luna memandangi lalu-lalang di luar, dia tak bisa mendengar suara apapun dari luar. Hanya imajinasinya saja yang membayangkan suara mesin kendaraan dari sana, juga membayangkan tebaran debu dan polusi dimana-mana.
Merasa sudah cukup dan es krimnya juga sudah habis, Luna beranjak dari kursinya. Sudah cukup untuk toko es krim itu, waktunya Luna berpindah tempat untuk mengeksplor tempat lain. Namun, saat membuka pintu kaca, saat suara di jalanan mulai terdengar, Luna malah mendengar suara benturan keras di sisi jalan.
Langkah Luna terajut menuju trotoar sambil mengernyit, baru saja ada kecelakaan di sana. Sebuah mobil berhenti dan orang-orang mulai berlarian mengerubungi. Luna masih memperhatikan, bukannya tak peduli, hanya dia tak begitu ingin tahu. Namun, hatinya berbisik agar dia datang ke sana, setidaknya untuk memastikan bahwa korban dari kecelakaan itu bukanlah orang yang dia kenal.
Langkah Luna terajut pelan, mendekat ke kerumunan. Sejenak Luna menghela nafas pelan, kerumunan terlalu ramai untuk dia tembus. Ingin Luna berbalik saja, tapi lagi-lagi hatinya berbisik untuk maju. Jadilah Luna mengerahkan tangannya untuk membelah kerumunan itu.
"Ve!" seru Luna panik
Kesadaran Luna seolah hilang terbang bersama keterkejutannya, dia segera memangku lutut dan memeluk tubuh gadis berlumur darah itu di atas aspal. Tubuh Luna bergetar hebat, tapi tubuh gadis yang dipeluknya itu bergerak pelan menyentuh lengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Limitless Love
FanfictionKata orang-orang, setiap manusia itu punya keberuntungan dan ujiannya masing-masing. Artinya, jika ada satu sisi kehidupan dari seseorang itu memperoleh keberuntungan, maka akan ada sisi lain yang mendapati ujian. Namun, Luna tidak sepakat dengan it...