Tidak banyak drama di pagi ini, tapi tumben sekali saat Luna bangun, Gio sudah tidak ada di sampingnya. Begitu keluar dari kamar, rupanya Gio sudah duduk di ruang tengah bersama berkas-berkasnya yang semalam. Ada sebuah mug dengan asap mengepul juga di sana, Luna sudah bersiap marah kalau itu kopi.
"Mas Gio" panggil Luna
Gio menoleh, "Eh, udah bangun?"
Luna berjalan mendekat, "Apa itu di gelas?"
"Air putih anget" jawab Gio pelan
Luna memajukan badannya untuk menengok isi dalam mug itu, ternyata Gio tidak bohong. Walaupun agaknya aneh karena sejak kapan Gio punya kebiasaan minum air putih hangat pagi-pagi begini.
"Bangun jam berapa?" tanya Luna
"Baru setengah jam yang lalu" jawab Gio
Luna melirik ke jam dinding di atas televisi. Baru pukul enam pagi, artinya memang waktu mereka masih banyak sebelum jam kantor dimulai. Pantas saja Gio masih bisa santai, walaupun sama saja sambil mengerjakan pekerjaannya.
"Ya udah, aku mandi duluan deh" ujar Luna
"Eh, Lun, sini dulu deh"
Luna mengurungkan langkahnya, lantas merasakan pergelangan tangannya dipegang Gio dan seketika tubuhnya terarah untuk duduk di pangkuan Gio. Luna sudah merasa tidak nyaman, makanya dia reflek berdiri lagi, tapi Gio menarik pinggang Luna supaya tetap di posisinya.
"Mau ngapain sih?" ketus Luna
"Kita potong kuku, yuk!"
"Hah?"
Sudah aneh dengan posisi mereka sekarang, ditambah Gio meraih gunting kuku di meja. Wajar Luna bingung, Gio seperti sudah menyiapkannya. Bahkan sekarang Gio memegang tangan Luna dengan hati-hati dan mulai memotong kukunya perlahan.
Luna masih memperhatikan, karena ini benar-benar pertama kalinya Gio begini. Pertama kalinya Gio memperhatikan hal sekecil ini, bahkan pertama kalinya mereka duduk dengan posisi seperti ini. Namun, bukannya bahagia, Luna malah curiga. Dia merasa Gio mengetahui sesuatu.
"Aku semalem nyakar kamu ya?" tanya Luna
Gio tertawa pelan, tapi masih fokus memotong kuku di jari tangan kanan Luna. "Nggak kok, aku risih aja lihat kuku kamu kayak gini. Lain kali jangan terlalu panjang ya?"
Luna terdiam sambil memperhatikan kuku-kuku jarinya yang mulai terpangkas rapih di tangan Gio. Bahkan kini Gio menggosoknya agar tepian kuku Luna itu tidak tajam, berkali-kali Gio merasakan dengan jarinya, menekannya lumayan kuat hanya untuk memastikan kuku itu tidak berpotensi melukai kulit.
Usai itu, Gio beralih ke tangan kiri Luna. Dia melakukan hal yang sama, perlahan sekali memotong ujung-ujung kukunya serapih mungkin. Dia mengulang semua langkah-langkah yang tadi dia lakukan tanpa melewatkannya sedikitpun. Luna jadi tertegun, dia mulai curiga kalau Gio mengetahui luka di lengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Limitless Love
FanfictionKata orang-orang, setiap manusia itu punya keberuntungan dan ujiannya masing-masing. Artinya, jika ada satu sisi kehidupan dari seseorang itu memperoleh keberuntungan, maka akan ada sisi lain yang mendapati ujian. Namun, Luna tidak sepakat dengan it...