Usai dari apartment Gio, Luna memang sempat pulang sebentar. Hanya sebentar, karena dia hanya berganti pakaian dan mengambil laptop. Setelahnya, dia menuju ke kafe Dara. Sudah lama dia tidak ke sana, ingin saja sekalian ke sana karena Luna juga punya sesuatu yang harus dikerjakan.
Iya, menjawab surel yang dikirimkan Geneva Group. Luna harus menjawabnya segera, karena surel kedua sudah dikirimkan untuk memastikan. Tapi, sejujurnya Luna masih ragu, mengingat sekarang statusnya dengan Gio bukan sekadar atasan dan bawahan.
"Mau ice latte sama french fries, Kak" ujar Luna di konter pemesanan
"Baik. Ada lagi, Kak?"
"Itu aja"
"Totalnya jadi 57.000"
Luna mengeluarkan ponselnya untuk membayar pesanannya itu. Lalu, setelah menerima struk dan nomor meja, dia langsung beranjak mencari tempat duduk. Karena sudah mulai malam, jadi meja-meja juga mulai penuh. Beruntung Luna menemukan meja kosong di bagian outdoor.
Dia langsung duduk di sana, menaruh tas laptopnya dengan benar, lalu mengeluarkan isinya. Sudah lama sekali Luna tidak berjibaku dengan alat elektronik itu, mungkin terakhir saat sebelum dia bekerja serabutan. Saat dia pusing mengirimkan lamaran kerja kesana-kemari.
Begitu laptop menyala, Luna langsung menuju ke laman surel yang dikirimkan Geneva Group. Dia sudah membuka halaman untuk membalas, tapi jemarinya hanya bergerak asal di atas keyboard.
Sudah hampir sebulan Luna tidak bekerja, tentu ini adalah kesempatan yang bagus. Tapi, apakah berarti baik untuknya? Dia takut kalau ternyata Gio menyembunyikan status mereka dari Danu hanya untuk membuat Luna bekerja lagi dengannya.
"Dari Geneva Group?"
Luna tersentak, reflek menoleh ke samping. Rupanya ada Dara di sana, tapi di belakangnya ada sosok laki-laki yang asing di mata Luna. Tadinya, Luna kira, dia hanya pengunjung, tapi laki-laki itu ikut duduk bersamanya di meja itu bersama Dara.
"Kayaknya dia lupa deh sama aku" ujar laki-laki itu yang diarahkan untuk Dara
Dara tertawa pelan, "Emang pelupa dia mah"
"Apa sih? Kenapa?" tanya Luna bingung
"Inget nggak sama dia?" balas Dara sambil menunjuk laki-laki yang duduk di depannya
Luna langsung menoleh ke laki-laki itu, memang dia seperti tidak asing dengan wajahnya, tapi Luna benar-benar tidak bisa menyebutkan siapa laki-laki itu. Ah, ingatannya jelek sekali, itu yang selalu Luna rutuki dari dirinya.
"Daniel, Lun, Daniel. Ketua kelas kalian dulu" sahut si laki-laki
"Hah? Daniel? Daniel yang— aahh!" seru Luna heboh
"Udah inget?" tanya Dara
"Inget, inget. Ya Tuhan, sorry banget, Niel, gue pelupa banget" ujar Luna
KAMU SEDANG MEMBACA
Limitless Love
FanfictionKata orang-orang, setiap manusia itu punya keberuntungan dan ujiannya masing-masing. Artinya, jika ada satu sisi kehidupan dari seseorang itu memperoleh keberuntungan, maka akan ada sisi lain yang mendapati ujian. Namun, Luna tidak sepakat dengan it...