21. Beginikah Takdirnya?

51 12 0
                                    

Bukan bermaksud menyerah, tapi sebulan tanpa pekerjaan juga tidak mudah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bukan bermaksud menyerah, tapi sebulan tanpa pekerjaan juga tidak mudah. Luna terpaksa bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhannya dan mengirimkan uang pada sang ibu di rumah. Menunggu kepastian perusahaan untuk menerima dirinya itu malah semakin membuat Luna gelisah.

Akhirnya, Luna maju untuk mengajukan dirinya bekerja di sebuah laundry yang cukup ramai. Keberuntungan sungguh tengah berpihak padanya kini, kebetulan mereka sedang membutuhkan karyawan yang kriterianya cocok dengan kemampuan Luna. Jadilah Luna langsung menjalani training di sana.

Selain di laundry, Luna juga bekerja di sebuah restoran cepat saji di malam harinya. Jangan tanya kapan Luna istirahat atau tidur, karena nyatanya dia tak punya waktu panjang untuk itu. Kata Dara, dia harus bertahan, hidupnya harus berlanjut untuk hal-hal indah yang belum pernah dia rasakan. Makanya, Luna mati-matian agar tidak mati.

Namun, apakah Luna masih bisa berharap akan umur panjang itu kala sekarang di depannya ada sosok Reynan Aditya yang berdiri dengan senyum seringai mengerikan? Luna sudah pasrah, tubuhnya sudah lelah dan ringkih karena tak punya cukup waktu istirahat.

Tangan Luna itu ditarik menuju gang sempit yang gelap, tubuhnya langsung dilempar hingga membentur dinding. Lalu, sebuah tamparan mengenai pipi kanannya hingga nyeri tak tertahan.

"Rey" lirih Luna

"Apa? Lo udah buat hidup gue hancur, Luna. Lo yang cepuin Ayah selingkuh ke Bunda sampai buat mereka pisah. Inget itu!" bentak Rey yang disambung dengan pukulan lain di pelipis Luna

Iya, Luna ingat. Luna ingat dimana penyiksaan ini berawal adalah saat Luna tak sengaja melihat Ayahnya pergi bersama selingkuhannya. Waktu itu, Luna marah, marah yang tak tertahan sampai dia melaporkannya pada sang Bunda.

Pertengkaran hebat terjadi kala itu, sampai tak sengaja Ayahnya memukul Bunda, Rey, dan dirinya. Itulah awal kehancuran keluarga mereka. Rey yang tak terima akan kehancuran itu mulai menyalahkan Luna, semakin parah saat dia lihat Bunda terus menangis atas surat perceraian yang tiba-tiba datang.

"Rey, lo mau bunuh gue?" tanya Luna lirih

"Iya, lo nggak pantes hidup di sini. Bunda sering nangis karena lo, Bunda jadi menderita karena lo. Sekarang lo malah ninggalin Bunda sendirian dengan uang kiriman lo yang nggak guna itu. Bunda nggak butuh itu, Luna, Bunda nggak butuh!" bentak Rey semakin menjadi

"Kalau gitu, bunuh gue sekarang! Bunuh gue kalau menurut lo gue nggak pantes hidup!"

Tak menjawab, Rey langsung mengayunkan kakinya ke arah perut Luna. Tubuh gadis itu seketika ambruk, kepalanya tak sengaja membentur batu sampai darah berceceran di sana.

Merasa belum puas, Rey berjongkok di hadapan Luna. Dia menggerakkan tangannya untuk mencekik leher Luna kencang. Wajah Luna itu dia hadapkan ke wajahnya yang penuh keringat.

"Ayah sekarang hidup bahagia, Lun. Sama bahagianya seperti kita dulu. Andai lo tahan sedikit aja, bahagia kita bisa bertahan sampai nanti-nanti" lirih Rey dengan suara bergetar

Limitless LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang