36. Komunikasi itu Penting

38 10 2
                                    

Tidak sedikitpun Luna meragukan kebesaran cinta seorang Giovanno Putra Brastama, tapi bolehkan jika dia mengkhawatirkan masa depan dari hubungan ini?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak sedikitpun Luna meragukan kebesaran cinta seorang Giovanno Putra Brastama, tapi bolehkan jika dia mengkhawatirkan masa depan dari hubungan ini?

Baru usai sebulan mereka menjalin kasih lagi, tapi sudah tak terhitung berapa banyak pertengkaran yang terjadi hanya karena komunikasi. Dari masalah kabar, pekerjaan, hingga perhatian. Rumit sekali rasanya hubungan Luna dengan Gio ini, Luna jadi takut kalau suatu saat nanti dirinya akan lelah atau malah Gio yang menyerah.

Banyak sekali ketidakcocokan di antara mereka, berbeda dengan mereka ketika masih mahasiswa dulu. Sekarang Gio jadi lebih tegas jika Luna punya salah, padahal Gio sendiri tahu kalau Luna sesensitif itu dengan bentakan dari siapapun.

Kalau masalah gengsi atau sulit mengungkapkan sayang lewat kata, Luna masih bisa memaklumi. Dia merasa disayang bukan hanya lewat kata, cukup Gio selalu menghadirkan diri untuknya saja sudah cukup. Ah, rumit sekali. Walaupun pertengkaran mereka selalu berakhir baik, tetap saja Luna kepikiran.

Sekarang juga, Gio sudah berbeda sekali sejak kemarin. Karena salah paham dengan Jayden dan Luna, Gio jadi super dingin di kantor. Bahkan saat mereka hanya berdua di dalam ruangan pun Gio tetap dalam mode Pak Gio.

Makanya, begitu dirasa Gio sudah cukup tenang di apartemen dan melepaskan lelah, Luna berusaha menjelaskan semuanya. Jelas sekali Gio marah, Luna bahkan sempat menangis hanya karena membaca balasan pesan dari sang kekasih. Walaupun di akhir, Gio bersikap manis, Luna tetap saja berpikir kalau itu hanya cara Gio membuatnya berhenti menangis.

Detik ini, laki-laki itu sudah sampai di hadapan Luna. Di tangannya ada setangkai mawar putih yang langsung disodorkan ke arah Luna tanpa kata apapun, disusul dengan usapan lembut di pipi sang gadis. Lalu, Gio melanjutkan langkah untuk rutinitas biasanya yang menyapa Tari jika datang ke sana.

"Hati-hati ya? Bunda nggak masak, kalian makan aja di luar, nanti Bunda bisa pesen atau beli di deket sini" suara itu yang membuat Luna berbalik badan, menghadap ke pintu masuk rumahnya

"Iya, Tante. Saya pamit dulu"

"Iya"

Usai itu, tangan Luna langsung diraih Gio dan ditariknya perlahan agar mereka berjalan bersama menuju mobil. Tak seperti biasanya yang masa bodoh, sekarang Gio bahkan membukakan pintu untuk Luna sekaligus memasangkan sabuk pengamannya.

Harusnya Luna senang, kan? Tapi kenapa Luna tak bisa rasakan ketulusan dari semua perlakuan itu? Dia malah rasakan kalau Gio sedang menjadi orang lain, ini seperti bukan Gio yang Luna kenal. Iya, harusnya Luna senang, tapi ternyata dia lebih senang dengan Gio yang biasanya.

"Kita mau kemana?" tanya Luna

"Ada deh. Aku nggak tahu sih kamu suka atau nggak, tapi semoga suka deh" jawab Gio pelan

Limitless LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang