51. Bukan Tanpa Pamit

51 11 0
                                    

"Aku mau putus"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku mau putus"

Kalimat sederhana itu terus berputar di kepala Gio, pasalnya yang mengucapkan semua itu adalah Luna. Usai tiga hari tak saling bertemu dan akhirnya menghabiskan malam bersama, tiba-tiba gadis itu datang seperti tanpa beban ke kantor. Gio sudah senang di awal, dia kira Lunanya sudah kembali, tapi apa? Malah kalimat tadi yang keluar dari bibir tipisnya.

Gio tak mampu menampik, karena Luna mengatakannya tepat di dalam ruangannya saat jam kerja. Dan kebetulan saat itu Danu tiba-tiba datang tanpa aba-aba maupun undangan, membuat Luna langsung undur diri dari sana.

Semuanya buyar, konsentrasi Gio berantakan sampai membuatnya melakukan beberapa kesalahan. Gio masih tak percaya kalimat itu yang keluar dari mulut Luna usai mereka mulai kembali dekat seperti dulu. Gio kira, Luna juga mau kembali hubungan mereka seperti dulu. Ternyata yang menginginkan itu hanya Gio.

Pekerjaan Gio tidak ada yang selesai dengan baik sampai jam makan siang, sampai Luna datang kembali ke ruangannya dengan bungkusan makanan yang Gio tidak minta. Luna langsung meletakkannya seperti biasa di meja kerja Gio.

"Aku belum bilang mau makan apa" ujar Gio

"Ini kiriman dari Bu Vivi, Pak. Beliau pesan Bapak jangan sampai telat makan" balas Luna sambil membuka bungkusannya dan menatanya di atas meja Gio

"Luna" panggil Gio

"Saya permisi" pamit Luna

"Tunggu!"

"Ada yang bisa saya bantu lagi, Pak?"

"Kamu emang seneng banget ya bikin aku berantakan, Lun?" tanya Gio lirih

Luna terdiam sambil menunduk, kesannya memang Luna yang kejam di sini, tapi Luna juga butuh punya emosinya sendiri yang harus dia prioritaskan. Keputusan Luna itu sudah bulat, dia memutuskan jika memang Gio bukan untuknya. Setelah mengalami banyak ketidakcocokan, Gio memang tidak pantas bersamanya.

"Lun—"

"Nggak usah berlebihan, Mas. Kamu punya semuanya, nggak akan ada cewek yang nolak kamu. Nggak usah bersikap seolah-olah cuma aku yang mau sama kamu" sergah Luna

Gio beranjak berdiri sambil mengeryit, tak lupa tawa getirnya yang menyayatkan satu lagi luka di batin Luna. Luna sampai mundur beberapa langkah guna melindungi diri, takut Gio melemparkan sesuatu padanya.

"Iya, aku bisa dapetin cewek manapun, tapi sialnya yang aku mau cuma kamu" tukas Gio penuh penekanan

Air mata lolos dari pelupuk. Bukan, bukan milik Luna, melainkan Gio. Luna sampai tercengang melihat itu. Ini pertama kalinya, pertama kalinya Luna menyaksikan ada air mata yang keluar dari mata indah laki-laki itu. Dan semua itu karena Luna.

"Ini akhir yang kamu mau, Lun? Ternyata usahaku buat terus sama kamu akhirnya sama aja ya? Sejak kita kuliah sampai sekarang, ternyata akhirnya sama. Bener ternyata kata orang, balikan sama mantan itu cuma membaca ulang buku yang sama"

Limitless LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang