Komitmen meninggalkan masa-masa buruk bagi Gio nampaknya tak berjalan baik. Memang benar semua stok alkoholnya sudah dia jauhkan dari jangkauan, tidak lagi ada minuman keras itu di sekitarnya. Tapi nampaknya efek buruk dari alkohol itu sudah lebih dulu sampai ke tubuh Gio.
Pagi ini, Gio terbangun dengan nyeri hebat yang menyerang perutnya, ditambah rasa mual yang menyiksa hingga membuat tubuhnya lemas tak bertenaga. Gio juga merasakan sekujur tubuhnya jadi panas, bahkan nafasnya pun terasa panas, belum lagi kepalanya jadi berat.
Rasanya Gio tak sanggup beraktivitas untuk hari ini, tapi PA barunya sudah mengabari bahwa dia harus ke kantor untuk menunaikan jadwalnya hari ini, begitu dia cek, ternyata jadwal Gio benar-benar penting semua, tidak ada yang bisa ditunda. Akhirnya, Gio paksakan tubuhnya untuk bangkit, sebisanya dia membersihkan tubuh dan bersiap-siap. Tak peduli seburuk apa penampilannya sekarang, tak peduli juga dengan sarapannya yang terlewat, Gio hanya meneguk sebutir obat pereda nyeri, berharap sakit kepala dan perutnya berkurang.
Harusnya berkurang, tapi semua itu seolah tak membaik sampai Gio mengemudi di jalanan, hingga dia harus mengurangi kecepatan karena konsentrasi yang mulai buyar. Beruntungnya, Gio berhasil sampai ke kantor. Iya, berhasil dia sampai di jalan di dekat kantornya. Namun, saat mobilnya berbelok dan melewati akses masuk ke basement, tiba-tiba nyeri di perut Gio seolah merambat ke dadanya.
Tangan kanan Gio di atas kemudi bergetar hebat, sedangkan tangan kirinya memegang dada yang mulai terasa sesak. Gio masih berusaha fokus mengemudi, karena tinggal mencari parkiran. Tapi tubuhnya seolah menolak, karena pandangannya tiba-tiba jadi gelap.
*****
Setelah sekian lama bekerja di lain tempat, ini pertama kalinya Luna kembali berkunjung ke kantor Geneva Group untuk mengantarkan berkas. Tempat itu ternyata penuh nostalgia, padahal baru juga sebulan dia tinggalkan. Tidak banyak yang berubah, bahkan tidak ada, masih sama semua.
Luna masuk ke gedung itu melalui basement, karena akhirnya dia bisa punya mobil sendiri. Iya, setelah hampir setahun bekerja di Geneva Group, Luna berhasil membeli mobil untuk keperluan aktivitasnya. Meskipun bukan mobil mahal, bahkan itu pun mobil bekas yang masih lumayan bagus, setidaknya Luna lebih bisa nyaman untuk kemana-mana sendiri, walaupun harus bertarung dengan macet.
Usai mendapat kabar dari bagian keuangan, Luna beranjak turun dari mobilnya. Dia berjalan santai memasuki gedung untuk kemudian ikut mengantre lift. Tidak banyak yang membawa kendaraan sendiri di sana, paling hanya beberapa petinggi saja biasanya. Kalaupun membawa kendaraan sendiri, kebanyakan lebih memilih roda dua yang lebih praktis.
BRRAAAKKK!!
Luna tersentak kaget dan reflek menoleh ke belakang, ada sebuah mobil yang meluncur bebas di turunan menuju basement dan berujung menabrak sebuah tiang besar. Luna memicingkan mata, menatap bagaimana bisa hal itu terjadi. Dia juga menatap security yang berbondong-bondong mendekat ke mobil yang hancur bagian depannya dan mengeluarkan asap itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Limitless Love
Hayran KurguKata orang-orang, setiap manusia itu punya keberuntungan dan ujiannya masing-masing. Artinya, jika ada satu sisi kehidupan dari seseorang itu memperoleh keberuntungan, maka akan ada sisi lain yang mendapati ujian. Namun, Luna tidak sepakat dengan it...