24. Bangun Pagi

52 11 3
                                    

Gio sudah cukup lelah seharian, harus bekerja di kantor, menghadapi kemarahan Danu karena dia meninggalkan meeting seenaknya, dan masih harus mengurus Luna di rumah sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gio sudah cukup lelah seharian, harus bekerja di kantor, menghadapi kemarahan Danu karena dia meninggalkan meeting seenaknya, dan masih harus mengurus Luna di rumah sakit. Makanya, Gio membuat suasana tidurnya senyaman mungkin malam itu. Besok Hari Sabtu, Gio akhirnya menemukan waktu bebasnya.

Namun, Hari Sabtu nan bahagia itu harus diawali dengan dirinya yang terperanjat kaget lantaran getaran dari ponselnya. Dengan mata setengah terbuka, Gio meraba ponsel di samping kepalanya dan dia dibuat mengernyit karena membaca sebuah nama di sana.

Pandangan Gio langsung terarah ke ranjang pasien, dan dia langsung disambut cengiran tak bersalah milik Luna. Gio akhirnya bangkit duduk, mengusap matanya yang masih mengantuk sambil menguap lebar. Rupanya, yang membangunkannya itu Luna. Dia belum bisa bersuara dan dilarang turun dari ranjang tanpa pengawasan oleh Gio, makanya menelfon.

Sedikit Gio kesal karena paginya yang indah itu harus dimulai dengan cara yang kurang enak, tapi begitu ingat kalau dirinyalah yang memberikan ponsel pada Luna agar gadis itu tidak sembarangan turun dari ranjang, Gio hanya bisa menghela nafas pasrah.

"Masih pagi, Lun. Kamu udah seger aja" ujar Gio dengan suara seraknya

Luna tak menjawab, tapi tangannya menunjuk ke arah tirai di belakang Gio dengan semangat. Suasana ruangan itu memang masih gelap, karena lampu belum dinyalakan dan tirai yang menutupi kaca masih tertutup. Jadi, Gio beranjak dari duduknya dan membuka tirai itu. Bahkan dia juga membuka salah satu jendelanya.

Melihat Gio membuka jendela, Luna beringsut maju menurunkan kakinya dari ranjang. Dia bosan sekali tadi, ingin sekali menghirup udara segar di luar, makanya terpaksa membangunkan Gio. Akhirnya, Gio terbangun dan membuka juga jendela itu.

"Hei" tegur Gio

Luna terperanjat, pasalnya dia sedang konsentrasi untuk menurunkan kaki dari ranjang, tapi malah suara Gio mengagetkannya. Gio buru-buru menghampirinya dengan tatapan tajam miliknya yang sudah Luna hafal sangat.

"Mau ngapain?" tanya Gio dingin

"Situ" jawab Luna takut sambil menunjuk jendela yang barusan Gio buka

"Kan bisa minta tolong, Luna. Aku udah bilang berkali-kali, jangan sembarangan turun dari ranjang, kaki kamu masih belum kuat buat berdiri" titah Gio penuh penekanan

Luna menunduk takut. Sejak semalam, dia selalu dibuat takut oleh Gio dengan semua sikap dan penuturannya. Luna sendiri heran kenapa dia setakut itu, padahal dia sudah khatam dengan sifat Gio yang dingin dan terkesan galak ini.

"Aku ambil kursi roda dulu" ujar Gio

Sepertinya, memang tidak ada yang berubah dari Gio. Luna salah telah mengharapkan sikap lembut dari laki-laki itu setelah kejadian kemarin. Harusnya dia tahu, kalau sifat dingin dengan kalimat nyelekit itu sudah menempel lekat dalam diri Gio. Padahal dulu tidak separah ini, dulu Luna selalu bisa meluluhkannya.

Limitless LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang