Bab 37

894 29 0
                                    

Sekitar satu jam setengah. Alexsa mulai terbangun, membuka perlahan matanya. Bisa dia rasakan saat ini kepalanya pusing. Masih belum memiliki kesadaran pasca bangun tidur. Alexsa memilih mendudukan diri. Walau seluruh tubuh terasa berat.

"Jangan bergerak duluu.. kamu tadi habis pingsan!" Tegas Hans ketika melihat Alexsa akan duduk. Sedangkan kedua tangan Hans telah siaga dikedua sisi lengan Alexsa.

Menguhunus menatap Sang suami, bahkan Hans merasa saat ini Alexsa akan menelannya hidup-hidup.

"Jangan sentuh. Akuu!" Sentaknya bernada dingin.

Seketika Hans terlonjat, tangan segera dia letakan diposisi semula.

"Kenapa.om.masih disini? Bukankah tadi aku telah menyuruh om pergii?"

"Apa maksudmu Alexsaa..? Bagaimana saya bisa pergi meninggalkan kamu sendiri?" Protes Hans tak terima.

"Apalagi saat ini kamu sedang dalam kondisi seperti ini.." tambahnya lagi.

Alexsa kembali diam, memijat kepala yang sejak tadi terasa berdenyut.

"Sebaiknya kamu makan dulu, biarvbisa minum obat. Sejak tadi siang kamu belum makan.." kembali gadis itu hanya diam membisu.

Tanpa menunggu jawaban dari Alexsa, Hans segerabkeluar dari Kamar tersebut, mengambil makanan untuk sang istri.

Alexsa menajamkan tatapan,ketika Hans memasuki kamar kembali dengan sebuah nampan ditangannya. Prianitu saat ini telah duduk disisinya.

Mulai menyendokan makanan, kemudian mengatakan kemukut Alexsa. Lama gadis itu membuka mulut pertanda penolakan. Hans masih setia menunggu, dengan tangan yang mengambang diudara.

"Setidaknya...makanlah sedikit." Ucapnya selembut mungkin. Alexsa tidak bisa membohongi hatinya, apapun yang dilakukan Hans, sungguh berpengaruh padanya. Karna pria itu memiliki tempat sendiri dihatinya.

Membuka mulut dengan tatapan tak lepas dari sang suami. Setitik air bening yang terbit di ekor matanya. Secepat kilat Alexsa menyekanya agar Hans tidak menyadari.

"Maafkan sayaa.." ucap Hans lirih, tatapan nya tertunduk kebawah. Sungguh pria itu merasa bersalah pada sang istri.

"Kenapa om selalu meminta maaf?" Tanya Alexsa dengan tatapan dalam.

Mengangkat wajah, menatap sang istri dengan dalam. "Kamu adalah tanggung jawab saya Alexsaa.. seharusnya saya tidak meninggalkan kamu sendirian.."

Alexsa tersenyum getir. "Tidak masalah om," diam sejenak. "Apakahh.. om percaya pada kuu? Apakah om tidak sedang berfikir, tubuh ini telah dijamah pria lain, dan kotorr?"

Tertegun, menatap sang istri dengan raut wajah sedih. Dia tidak menyangka, ucapan itu yang terlontar oleh Alexsa.

"Apakah.. om.akan relaa? Jika kegadisan ku inii, sudah dirampas oleh pria brengsek ituu?" Kali ini pertanyaan itu disertai dengan isakan tangis.

"Apa yang kamu katakan Alexsaa? Jangan lah banyak berfikir, karna saat ini kamu sedang tidak sehat. Kita bisa bahas ini lain kali.." Hans mengalihkan pembicaraan.

Diam..kembali gadis itu membuka mulut, dan satu sendok makanan mendarat di mulutnya. Pada akhirnya Alexsa menghabiskan semua makanan yang didalam piring.  Dengan telaten Hans memberikan obat dengan benar, dia memastikan jika resep obat tidak lah salah. Maklum yang beli ke toko obat bukan lah dia.

Beranjak kedapur, Hans membawa piring kotor dan mencucinya. Pria itu kembali kekamar memastika sang istri baik-baik saja.

Setiba dikamar Hans tidak mendapati Alexsa diatas ranjang, matanya mulai beredar keseluruh ruangan. Hingga akhirnya terhenti, dimana saat ini dia melihat sang istri berda dibalkon, duduk diayunan dengan tatapan kosong.

Perlahan pria itu menghampiri gadis cantik itu. Mengambil sebuah kursi dan duduk berhadapan dengan Alexsa, gadis itu bahkan tidak mengindahkan kehadiran sang suami.

"Jangan terlalu difikirkan, saya percaya sama kamu. Jika kegadisan kamu pun hilang saat inii.. itu karna musibah, dan saya akan memakluminya." Sungguh ucapan Hans membuat hati Alexsa terenyuh. Mata mengebun mewakili rasa hari yang dia rasakan saat ini.

Mengalihkan tatapan pada sang suami. "Apakah om akan relaa? Jika om hanya mendapat sisa dari orang lain." Lirih Alexsa mencari kepastian.

Awalnya Hans tertegun dengan raut wajah datar..ketika dia melihat kesedihan diwajah Alexsa, pria itu menerbitkan senyum manis. "Tidak masalah.. jangan lah sekalipun, kamu mengatakan bekas dari orang lain.. ntah kenapa ucapan itu terasa tidak enak didengar..kamu harus sadar Alexsa, yang menimpa kamu saat inii.. adalah musibah, bukan atas rasa kerelaan sendiri.." Hans menjeda ucapannya. Hingga membuat Alexsa tertengun.

"Jika kamu melakukannya dalam suka rela...maka mungkin saja saya akan berprasangka buruk. Tapi kembali lagii.. kamu bukanlah wanita seperti ituu.. kamu adalah wanita yang baik, dan juga berakhlak mulia. Jadi saya tidak akan mempermasalahkan apupun dengan kejadian tadii.." Hans diam sejenak meraup.nafas sebanyaknya.

"Saya juga bersalah dalam hal inii.. andaii.. saya tidak meninggalkan kamu.. pasti semua ini tidak akan terjadi.." Hans merasa bersalah.

Senyum tipis yang diterbitkan Alexsa, ntah kenapa ucapan Hans membuat hatinya damai. Secerca harapan dihatinya untuk rumah tangga impian nya. Bersama selamanya dengan sang suami, Samapai ajal menjemput.

"Apakah..kamu mau ikut, jalan-jalan?"  Ajak Hans dengan senyuman.

"Tapi kan ini sudah malam om." Jawab Alexsa menolak dengan cara halus.

"Saya tidak mau ada penolekan seperti kemarin." Hans memaksa..ntah kenapa  dia merasa dengan jalan-jalan Alexsa kan melupakan kejadian tadi siang.

Tak ada jawaban, Alexsa hanya mengaguk menanggapi ucapan sang suami.

Hans tersenyum penuh kemenangan. "Tapi om, gimana caranya Alexsa akan ikutt? Alexsa ngak ada pakaian yang layak.." sungguh Alexsa sedikit canggung akan berucap.

Menghempas nafas berat, ucapan Alexsa ada benarnya.

"Lagian, pakaian seperti itu dibawa! Saya herann.. apa yang ada dipikiran ka'muu.. bisa-bisanya membawa pakaian tidak layak kesini? Mana satu koper lagii.."

Alexsa terlihat senyum kecut. Dia tak ada niatan untuk menjawab. Melihat itu Hans sedikit lega, ada snyuman dibibir sang istri.

Sebaiknya kamu cari dilemari itu, kali aja ada pakaian Hanna yang muat sama kamu, sepertinya kalian seukuran.

Segeralah Alexsa beranjak kelemari yang ditunjuk Hans. Kemudian memilih satu pakaiannya yang menurutnya pas dan cocok untuknya. Tanpa disadari Alexsa, pakaian itu adalah pakaian kesayangan Hanna. Dan dibelikan oleh Hans dihari ulang tahun pernikahan mereka. Bisa dirasakan betapa bahagianya Hanna saat itu. Karna itu kali pertamanya Hans membelikan pakaian padanya Hanna mendian istri.

"Bagaimana om? Apakah ini cocok?" Tanya Alexsa yang mempergakan pakaian yang telah dipakainya.

Hans tertegun sejenak, dengan mata mengembun. Dia teringat akan sang istri, ya seperti Alexsa lah dia memperagakan diri dihadapan Hans .ketika pakaian itu pertama kali dipakainya.

"Baguss.. sa..ngat co'cok.." ucapnya dalam kelimpungan.

"Oh, oklah.. sepertinya Alexsa juga suka dengan pakaian ini.. sangat nyaman."

Setelah merak rapi akhirnya meninggalkan rumah, untuk sedar jalan-jalan mencari angin. Ntah kemanalah tujuan mereka.. yang pasti jalan aja dulu.

Hans tidak henti-hentinya mencuri pandang pada sang istri disaat mengendari mobil. Ntah kenapa saat ini dia merasa Alexsa tampil beda. Lebih cantik dari biasanya.








I'm crazy about you, Uncle DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang