Bab 43

719 23 2
                                    

Terlihat kemarahan diwajah Hans, tapi pria itu berusaha meredam..meraup udara sebanyak mungkin barulah dia berkata.

"Anitaa.. aku tidak akan pernah menceraikannya!" Tegas Hans dengan lantang, seakan ucapan itu bergema ditelinga Anita.

Shok, tentu saja itu yang dirasakan Anita saat ini bahkan seluruh tubuhnya limbung. Terpaku dengan tatapan penuh pada Hans rasa terkejutnya membuatnya membeku.b berusaha menepis segala ucapan yang Hans. Hans masih menatap Anita dan menunggu jawaban darinya.

"Anitaa.." Hans melambaikan tangannya dihadapan Anita.

Seketika gadis itupun tersentak. "Hah?" Keadaan bingung pun menerpa, seakan Anita berusaha mencerna semua yang diucapkan Hans.

Berusaha menganggap dia tidak mendengar apapun. "Ayo Hans kita pergii, aku sudah selesai.." ucapnya mengalihkan, Anita segera bangkit dari kursi hendak melangkah, tapi tangannya diraih Hans hingga gadis itu menghentikan langkah tanpa menoleh Hans.

"Aku mencintainya Anitaa. Seperti perasaan ku sebelumnya kepada Hanna, bahkan saat ini rasa itu seakan melebihi dari yang pernah kurasakan sebelumnya." Ucap Hans dengan lirih, walau tidak enak hati dia harus bisa mengakhiri segalanya. Tidak ingin Anita terus memiliki harapan padanya.

"Aku tidak sanggup kehilangannya Anitaa.." sungguh ucapan ini keluar dari lubuk hati Hans yang paling dalam.

Memejamkan mata merendam rasa kekecewaan. "Laluu bagaimana dengan kuu? Kamu telah berjanji akan menikahi ku, Hanss..?" Tanya Anita dengan nada memelan.

Sejenak Hans terpaku, dia sadari jika telah memberikan harapan pada Anita, tapi dia juga tidak pungkiri dia telah berusaha, hingga pada akhirnya Alexsa hadir dalam hidupnya.

"Aku mengerti, itu adalah kesalahanku, Awalnya aku berfikir akan meninggalkan nya setelah enam bulan, tapi aku telah berusaha Anitaa," pria itu meraup wajah frustasi.

"Sungguh Anitaa.. tidak ada alasan bagiku untuk menceraikannya. Bahkan aku sengaja membuat dia kecewa berkali-kali Dengan membuat kemesraan bersamamu dihadapannya. Tapi dia tidak pernah gentar, bahkan menganggap semua baik-baik saja. Aku berharap ketika pulang kerumah akan melihat kemarahan didirinya dan menuntut agar aku meninggalkannya, tapi.. kejadian sebaliknya Anita.. semakin aku membuat kesalahan, semakin dia seperti memperbaiki diri, bahkan dia selalu yang meminta maaf, walau dia tau itu bukanlah kesalahannya."

Hans sedikit tersenyum. "Dia selalu berkata. Itu semua kesalahannya hingga sang suami bisa bermain diluar sana, hingga pada akhirnya dia akan berusaha memperbaiki diri. Dia bahkan lebih perhatian jika aku telah membuat dirinya kecewa." Tutur Hans dengan tatapan kosong kedepan.

Anita tidak bisa berucap apapun, sejak tadi wanita itu hanya berusaha menahan air matanya, yang akan turun menak sungai.

Kembali Hans menoleh Anita"Sejak dahulu hingga sekarang aku berusaha Anita. Menepis segala perasaan tentang mu yang selama ini aku anggap saudara kandungku. "

Degg! Kali ini Anita semakin terluka mendengar pengungkapan Hans

"Aku berusaha membuka diri dan membiarkan dirimu masuk dengan status kekasih ku, tapi aku tidak berdaya Anita.. sungguh lagi-lagii aku menganggap mu saudara." Jelas Hans, sungguh itu tidak bisa diterima Anita.

Baru wanita itu sadari segala bentuk penolakan Hans ketika Anita merayunya dan menggodanya dengan Tubuh moleknya. bahkan pria itu tidak berefek sedikit pun.

Kejadian ketika malam ulang tahun Salena, dimana saat itu Hans tengah meniup mata Anita yang ke lilipan, sedangkan gadis itu berharap Hans akan mencium bibirnya ketika selesai meniup lembut matanya. Tapi yang dia dapat bukanlah hal itu, melainkan hanyalah belaian lembut di pipinya. Kemudian Hans pun pergi, sungguh sedikit kekecewaan hadir dibenaknya.

Akan tetapi yang ditangkap Salena dan Alexa saat itu adalah, mereka berciuman. Karna penampakan itu mereka lihat dari kejauhan, siapapun yang melihat pastilah beranggapan yang sama.

Bayangan seluruh tubuh Alexsa yang di tandai noda cinta oleh Hans membuat hatinya semakin bergemuruh hingga gadis itupun lagi-lagi meredamnya. Dia ingin dilihat setegar mungkin dihadapan Hans.

Berbalik badan sambil tersenyum menghadap Hans, kembali duduk seperti tidak terjadi apapun, secepat kilat wajahnya tiba-tiba manis.

"Apa yang kamu khuatirkan Hans, kamu tidak perlu merasa bersalah.. aku mengerti kok. Mungkin memang kita tak berjodoh.." dustanya, tapi bibir menerbitkan senyum tipis, hingga Hans tidak bisa melihat sedikit pun celah jika gadis itu sedang menyembunyikan kedukaannya dan juga ketidak terimaannya.

"Kamu tidak berbohong?kamu tidak kecewa pada kuu? Aku telah berjanji padamu Anitaa.." Tanya Hans  memastikan.

Setitik embun terbit dujung mata, secepat kilat Anita menyekanya agar Hans tidak menyadari.

Mengangguk dengan senyum terpaksa, Menggenggam kedua tangan wanita itu dengan sangat dalam.

"Terimakasih Anitaa.. kamu sungguh adikku yang sangat pengertian..." Ucapan Hans dengan tatapan haru.

Lagi-lagi gadis itu hanya bisa mengangguk kaku. Sebenarnya saat ini hati wanita itu bagai tercabik berkeping-keping ketika Hans menyematkan kata adik Ke dirinya.

Memeluk Anita sebagai ungkapan kebahagian, berkali-kali pria tampan itu mengucapkan terimakasih, bibirnya selalu tersenyum karna beban berat dipundaknya terasa hilang seketika. Bayangan Anita akan mengamuk selalu dia gambarkan ketika masannya dia akan berterus terang pada gadis itu. Tapi kali ini terjadi sebaliknya.

Sedangkan tanpa sadar, airmat Anita pun luruh tanpa diketahui Hans, bahkan Anita berkali-kali menyeka nya agar aliran itu segera mengering, tapi semakin di seka, semakin airmatanya mengalir.

Melerai pelukan, menatap dengan senyum bahagia. Sementara Anita buru-buru membuang wajah untuk menyembunyikan airmatanya, setelah sedikit mereda barulah Anita menatap Hans dengan senyum terpaksa.

"Apakah kita bisa cari penginapan sekarang?" Tanya Anita spontan
Dia ingin ingin cepat mendapatkan penginapan, agar ada alasan untuk nya mengusir Hans, walau bagaimana pun wanita itu butuh waktu untuk sendiri.

"Tenang saja, penginapan ada didepan kafe ini.." jawab Hans sembari memposisikan diri.

"Aku mau sekarang juga kesana, aku lah Hans mau istirahat."

"Baiklah, ayo.." Hans pun segera berdiri dan akan melangkah.

"Kamu tidak perlu mengatar ku Hans, aku bisa sendiri.. sebaikanya kamu pulang saja!" Pinta Gadis itu dengan nada sendu. sedikit basa-basi demi sempatik akan sang kekasih.

Menatap Anita tak percaya." Kamu beneran? Mau sendirii?" Tanya Hans sedikit meragukan Anita.

"Iyaa.." gadis itu mengaguk.

Hans bahkan kembali bernafas lega, walau bagaimana pun dia tidak perlu mencari alasan untuk meninggalkan. Anita. Secepat kilat pria itu menjawab tanpa ragu.

"Baiklah, jika kamu telah mendapatkan kamar.. kamu hubungi aku yaa.." ucapnya penuh senyuman.

Anita hanya menjawab dengan anggukan kaku. Tanpa menunggu Hans pun langsung bergegas pergi. Mungkin tadi dia kuatir pada Anita, tapi dia lebih kuatir pada sang istri. Memasuki mobil dan melaju dengan kecepatan tinggi, Hans sungguh berharap cepat sampai dia Apartemen agar segera bisa melihat kondisi sang istri.

Seiring kepergian Hans Anita menggeram tangannya sangat kuat sebagai simbol melampiaskan rasa sakit hatinya. Tatapan yang tajam bahkan wajahnya pun berubah murka. Jika saat ini dia berada di kediamannya sudah pasti dia akan menghancurkan segalanya untuk meluapkan kekesalannya.


I'm crazy about you, Uncle DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang