Bab 6

1.5K 28 0
                                    

Salena dan Alexsa saat ini telah sampai dikamar Salena.

Alexsa terduduk dengan tatapan kaku. "Apakah.. yang kita lakukan ini, benar Sal?"

Salena mendekat dan menatap dalam Alexsa, "Benar atau tidak, yang penting kita harus melakukannya Al, gue ngak mau papa jatuh ketangan yang salah!" Jawab Salena mantap.

"Tapii.. gue ngak bisa berbohong seperti ini Sall." Sergah Alexsa menatap tajam Salena.

"Dengar sayang, berbohong demi kebaikan.. itu ngak masalah"

Alexsa membuang nafas kasar, mengalih arah memunggungi Salena.

"Ini terbaik buat papa All, gue yakin ini juga yang diinginkan mama gue dari alam sana. Seperti gue, dia juga tidak ingin papa jatuh ke tangan yang salah.." ucap Salena dengan nada sedih.

"Apapun Alasannyaa.. tetap aja kita berbohong Sall.." Rengek Alexsa sembari memutar arah ke Salena.

"Dengar-" ucap Salena terputus, karna mendengar pintu kamarnya diketuk dari luar.

Kedua wanita cantik itu spontan menatap arah pintu. Kemudian kembali saling tatap.

"Yaudahh.. biar gue cek dulu." Salena pun bergegas turun dari ranjang dan menuju pintu kamar, setelah mendapat anggukan dari Alexsa.

"Papahh?" Ucapnya dengan sorot mata tajam ke sang ayah. Ketika membuka pintu kamarnya.

Hans hanya berdiri ditempat sambil mencuri pandang ke Alexsa. Sedangkan gadis itu sengaja mengalihkan pandangannya kearah lain.

Salena yang memahami situasi. Kembali memulai ektingnya.

"Mau ngapain papa kesinii?" Tanya nya cetus.

Hans mengalihkan pandangannya pada sang anak.

"Papa mau bicara sama Alexsa nak." Jawab Hans dengan nada merasa bersalah.

"Ngakk, papa ngak boleh ketemu Alexsa,saat ini dia masih shok!"

"Papa mohon nak, biarkan papa bicara pada Alexsaa.." pintanya lagi dengan memohon.

"Ngak!" Tegas Salena bersikukuh.

Hans menghela nafas panjang. "Apapun yang akan papa bicarakan,
Katakanlah saat ini, Karna Salena juga ingin tauu, apa yang akan papa bicarakan pada sahabat Salena." Salena bersikukuh.

Hans tertegun, ngak mungkin kan dia mengatakan hal yang mungkin saja tidak disukai Salena.

Suasana diam sejenak. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Pahh, halloo pahh?" Salena melambaikan tangannya dihadapan sang ayah. Tentu saja aksi Salena membuyarkan lamunan Hans.

"Apa yang ingin papa katakan? Apakah papa belum puas hingga ingin menghina sahabat Salena lagi!" Cetus Nya yang kali ini berhasil membuat Hans menatap serius padanya

"Hati-hati berbicara nak. Ini papa ka'muu.. jangan sampai kamu menjadi anak durhaka karna telah berkata kasar pada papa.." sergahnya sedikit membentak.

Salena memutar bola mata malas. "Baiklah. Papa akan bertanggung jawab-" belum selesai Hans mengakhiri kalimatnya, Salena telah menyembahnya mebabi buta.

"Bagaimana cara papa bertanggung jawab?" Potong Salena, lagi-lagi Hans memicing kan kata padanya.

Kali ini Alexsa menatap tajam Hans, "Papa akan menikahi Alexsa, Papa bukanlah pria brengsek yang tidak akan bertanggung jawab atas apa yang telah papa lakukan!" Tegas Hans.

Salena dan Alexsa saling tatap tak percaya, tujuan Salena memang itu, tapi dia tidak menyangka, rencananya akan berasil begitu cepat.

"Papa ngak bohong kan?" Tanya Salena tak percaya, walau bagaimana pun dia harus memastikan kebenarannya.

"I,ya nak.. demi menyakinkan kamu lagi. Papa akan menikahi Alexsa hari ini juga!" Lagi-lagi ucapan Hans membuat kedua gadis cantik itu menatapnya tak percaya.

"Kenapa kalian menatap papa seperti ituu?"

Mereka tidak menjawab, karna masih terpaku ditempat.

"Baiklah Alexsa.. cepat bersiap. Om akan hubungi penghulu. Kita akan menggelar pernikahan secepatnya. Agar seseorang tidak berburuk sangka pada om!" Tegas Hans mendelikan mata pada Salena. Tapi tetap saja tidak ada jawaban dari bibir sexsi mereka.

"Subuh akan datang, bersiaplah.. kita akan sholat subuh berjamaah. Papa akan tunggu kalian dimushola." Sehabis berucap Hans pun pergi tanpa menunggu jawaban dari kedua gadis cantik itu.

Ketika Hans menghilang dari hadapan mereka, terlihat jelas mereka berdua bernafas lega, karna sejak tadi nafas mereka tertahan sebab kagetnya dengan ucapan Hans.

Salena menutup pintu dengan perlahan, setelah nya dia mendekati Alexsa yang masih bingung dengan apa yang terjadi hari ini. Dengan senyum terbaiknya.

Baru saja kemarin dia jatuh cinta pada seseorang. Tapi, hari ini dia akan dinikahi oleh pria itu. Sungguh semua tidak pernah terfikir olehnya.

"Alhamdullilah All.. rencana kita berhasil.." Salena memeluk dalam Alexsa meluapkan kebahagiaannya.

Sedangkan yang dipeluk hanya tersenyum kaku. Bahagia? tentu saja Alexsa bahagia. Tapi dia tidak bisa membayangkan jika Hans mengetahui tentang apa yang telah mereka lakukan, hingga dia mendapatkan pernikahan ini.

"Apakah lu bahagia, Sall?" Tanya Alexsa lirih.

Salena melerai pelukannya. "Tentu saja dong sayang.. gue sangat bahagia.. Karna setelah menikah, Tante Anita tidak akan bisa menggangu papa lagi. Secara, dia kan udah punya istri.. yaitu luu.." jawabnya sambil tersenyum bahagia. Lagi-lagi Alexsa hanya menatap sayu pada Salena. Salena paham dengan tatapan itu. Tapi dia tidak menghiraukannya.

Salena bukan bermaksud egois, dia juga berfikir. Dengan pernikahan ini Alexsa tidak kesepian lagi. Dan dia bahkan akan melupakan statusnya yang yatim piatu. Karna merasa tidak memiliki keluarga. Dan mulai dari hari ini dia akan memiliki keluarga. Yaitu sabatnya sendiri. Walau peran mereka nantinya adalah ibu dan anak tiri.

"Ayo kita berbesih. Papa telah menunggu kita dimushola." Ajak Salena yang sengaja mengalihkan Alexsa. Karna saat ini Alexsa akan membuka mulut mengajukan protesnya detik itu juga Salena menghilang dari pandangannya.

Walau dalam keadaan lingnglung Alexsa pun mengikuti ucapan sang sahabat.

Rasa sayang nya pada Salena hingga mampu membuat gadis itu tak berkutik, hingga tak mampu mengatakan penolakan kepada sang sahabat.

Dalam sholatnya Alexsa masih tebebani dengan rasa bersalah, menurutnya penipuan ini tidak lah benar, berkali-kali dia berfikir akan jujur, tapi berkali-kali juga hatinya berkata tidak.

Dalam doa dia meminta pada yang kuasa, agar semua terjadi akan baik diakhirnya, semoga ketika Hans mengetahui kecurangan mereka, dia akan mengerti.

Mengusap wajah ketika doanya usai, Alexsa sedikit lega, dan beban dipundak sedikit berkurang.

I'm crazy about you, Uncle DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang