Bab 20

1.3K 34 0
                                    

Alexsa berjalan kearah balkon, berdiri disana dengan tatapan yang jauh. Sementara Salena mengekorinya dari belakang.

"Ini semua, tidak sesuai pemikiran dan rencana lu, Sall.." lirih Alexsa frustasi. Dia ingat betul akan pertengkaran mereka tadi didalam mobil.

"Maksudnya?"

"Om Hans.. tidak akan berpengaruh apapun, dengan apa yang kita lakukan. Baik itu yang buruk atau yang baik. Percuma saja lu berusaha Sal. Itu tidak akan merubah apapun buat om Hans." Ucap Alexsa dengan helaan nafas panjang.

Salena mengelus pundak Alexsa dengan lembut. "Sabar ya Al, papa masih butuh waktu."

Alexsa menoleh kebelakang. "Tapii! Sampai kapan Sal? Gue sepertinya sudah tidak bisa bertahan lagi. Atau gua akhiri ini saja semuanya!"

"Enak aja luu.. main mengakhiri ajaa!" Sambar Salena tak terima.

"Jadi gue harus gimana Sall? Bahkan om Hans pun tak peduli sama guee, dia bahkan ngatain gue, sasimo!"

"Ah, yang bener?" Tanya Salena tak percaya.

Alexsa mengangguk perlahan, kemudian kembali menghadap kearah depan. Disana banyak tumbuhan hijau tumbuh.

"Kadang gue berfikir, untuk mengakhiri semuanya Sal. Gue lelah Sal.." keluh Alexsa seakan menyerah. Tapi gue bahkan tak kuasa melakukannya. Gue udah mengatakan sama om Hans niat gue.. Dengan tegas om Hans menolaknya."

"Ntahlah Sal. Ntah sampai kapan ini berakhir. Gue lelah Sal.." lirih Alexsa dengan bulir bening disudut matanya."

"Sabar ya All.. gue yakin, jika lu sedikit berusaha. Pasti papa akan berubah."

"Maksud lu apa Sal? Gue harus berusaha seperti apa lagii..? Guee lelah!" Keluh Alexsa dengan helaan nafas panjang.

"Gue udah pernah bilang Al, tinggal lu yang menjalaninya. Berusahalah menjadi wanita penggoda dihadapan Papa. Secara body luu mendukung akan hal itu." Alexsa melirik Salena dengan sudut matanya.

"Sudah berulang kali gue coba Sal. Tapi selalu gagal, bahkan iman om Hans tidak goyah sedikit pun."

" Hadehh.. jika lu kaya gitu terus, gue jamin.. papa pasti semakin jauh dari lu All, yakin dehh ."

"Lu kok jadi ngedoain Sall? Serem amat sih doa, nya..?" Rengak manja Alexsa, dahinya berkerut.

"Habis.. ngak mau usaha banget jadi istri!"

Alexsa mendelikan matanya, kesal. Kemudian membuang wajah.

"Udah malam, gue mau bobo duluu.. Bye bundaa..selamat berfikir.." Sehabis berucap Salena meninggalkan kamar sang sahabat, sekaligus ibu sambungnya itu, sambil tersenyum mengejek.

Alexsa hanya tersenyum menanggapi Salena,  disaat Salena keluar dia sengaja menutup pintu kamar Alexsa, dan sampai di sanalah percakapan mereka malam ini.

30 menit kemudian.

Alexsa yang susah tidur memilih keluar dan menuju dapur untuk mencari sesuatu yang bisa dimakan. Ntah kenapa malam ini dia merasa ingin menyemil.

Waktu menunjukan pukul 2: 30. Tentunya semua penghuni rumah telah menjelma kedunia mimpi. Tapi tidak untuk Alexsa, dia harus memuaskan keinginan cacing dalam perut.

Berjalan mengendap, agar langkah kakinya tidak mencapai telinga penghuni rumah yang saat ini telah memasuki alam mimpi.

Disaat Alexsa akan menginjak anak tangga terakhir. Matanya menoleh sebuah ruangan yang mengeluarkan cahaya. Ya hanya ruangan itu yang terang, sem ntar ruangan lainnya gelap tanpa penerangan.

I'm crazy about you, Uncle DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang