Bab 44

1K 36 4
                                    

Disaat Hans pergi, tak lama kemudian Salena pun datang, masih berdiri dan ambang pintu. Alexsa langsung berhambur kepelukan sang Sahabat sambil mengis. Tentunya Salena bingung kan?

" Ada apaa Bunn?" Tanya Salena dengan dahi yang berkerut. Oh mungkin saja  karna kejadian kemarin yang membuat Alexsa masih sedih.

"Yang sabar ya Bun.." ucap Salena menghibur  dia pun mengiring Alexsa memasuki Apartemen, menuntun Alexsa duduk dengan nyaman di sofa.

"Aku tidak bisa bersabar lagi Sal, aku lelah.." sungguh ucapan Alexsa sebagai ungkapan kekecewaannya.

Dahi Salena berkerut, "Maksud nya, apa Bunn? Aku ngak ngertii!?" Tanya Salena penasaran. Perasaaan mulai tidak enak secara tiba-tiba.

"Aku mau pisah Sall, aku ngak tahan lagi harus hidup bersama om Hans lebih lama lagii!! Aku tidak bisa bersaing dengan Tante Anitaa.." Isakan tangis dan ucapan yang sangat tajam yang dituturkan Alexsa, sungguh membuat Salena terkejut, spontan gadis itu diam membeku. Tatapan kosong dia tunjukan pada sang ibu sambung.

"Tapi kenapa Bunn? Bukankah hubungan kalian baik-baik saja? Aku tidak pernah melihat kalian bertengkar?" Protes Salena seakan tak rela jika Alexsa menyerah begitu saja.

Alexsa masih saja menangis hingga tersedu-sedu. "Kami tidak baik-baik saja Sal. Om Hans tidak pernah menganggap aku ada." Keluhnya, seketika gadis itu menghentikan tangisnya.

"Kok bisaa? Jangan bercanda Bunn? Aku melihat kalian baik baik saja, bahkan hampir setiap malam papa selalu memasuki kamar bunda, bagaimana bunda mengatakan jika kalian tak baik-baik saja?" Sungguh Salena bingung, soalnya berberapa kali dia mendapati Hans memasuki kamar Alexsa ketika pulang dari kantor larut malam.

Alis Alexsa saling bertaut. "Lu ngigo Sall, mana mungkin om Hans akan melakukan ituu.. sungguh mustahil!" Ucapnya ngak percaya.

"Dia ayah kamu Sall, tentunya kamu lebih memihak dia dari pada akuu!" Tambah Alexsa yang saat ini merasa sedikit terpojok.

Salena yang tak enak hati langsung membujuk sang sahabat. "Bukan gitu maksudnya Bun." Nada memelen, kembali Salena meraup udara sebanyak mungkin.

"Tidak kah bunda ingin bercerita, bagaiman hubungan Bunda dan Papa?" Tanya Salena penasaran.

Alexsa melirik sejenak kemudian kembali memposisikan dirinya. Menatap lurus kedepan Alexsa mulai berbicara. Mungkin dia harus berbagi beban dengan sahabatnya. Agar sedikit beban berkurang dipundaknya.

"Enam bulan lamanya om Hans mendiami ku Sal, sampai pada akhirnya dia kembali menyapa ketika aku akan berangkat kekampus." Salena terlihat menyimak dengan seksama.

"Sejak saat itu hubungan kami berubah, kami jadi sering bertemu dan juga saling jalan bersama, termasuk juga Tante Anita, kami makan malam bersama, nonton ke bioskop dan juga belanja dimal." Tak ada yang salah menurut Salena.

"Bukankah untuk menandakan hubungan kalian baik-baik saja?" Tanya Salena yang bingung.

Tersenyum getir sembari menatap sang sahabat. Kemudian kembali beralih arah. "Mungkin semua orang juga akan berfikir seperti itu. Dari rumah, memang kami pergi berdua.. hingga seluruh orang melihatnya dengan bahagia. Tapi kejadian nya tidak seindah seperti yang difikirkan semua orang."

Kembali Salena tertegun. "Berjalan di Mal, aku jadi jongos Tante Anita, membawa barang belanjaannya yang menggunung, di resto ketika makan malam romantis, itu bukan milik kuu.. melainkan milik Tante Anita. Kamu tau Salena..? Ketika mereka makan malam romantis, aku dimana?" Kali ini air mata Alexsa kembali runtuh..

Dengan tubuh bergetar Salena memeluk sang sahabat, dia bisa rasakan betapa sedihnya Alexsa dan sakitnya merasakan semua itu. Ikut menitikan air mata seakan dia bisa masuk kedalam cerita yang Alexsa curahkan.

I'm crazy about you, Uncle DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang