BAB 64

583 14 0
                                    

Semua orang berada di sebuah aula tepatnya di hotel ternama di kota itu. Alexsa menggandeng tangan Salena menuju pelaminan tempat dimana nantinya mereka akan menggelar ritual tukar cincin.

Salena berjalan tertunduk karna grogi, bagaimanpun saat ini dia jadi sorotan para tamu undangan dan juga keluarga.

"Santai non, jangan grogi. Ntar lu jatohh.." ejek Alexsa yang saat ini melihat sang sahabat berusaha mengatur langkah agar cepat sampai ditempat yang telah diperuntukan untuknya dan Justin, yaitu pelaminan.

"Bisa diem ngak Bun?' gerutu gadis cantik itu dengan sangat pelan. Alexsa hanya bisa menahan tawa melihat aksi sang sahabat.

Salena sangat gugup ketika sampai dihadapan Justin, apalagi sejak melangkah menujunya tadi, pria itu tak melepaskan pandangan darinya, dengan senyum manis menghiasi bibir.

Mereka pun didudukan berdampingan. " Kamu sangat cantik hari ini.." puji Justin dengan nada berbisik.

Salena tidak kuasa menjawab dia hanya bisa tersipu, bahkan gadis itu pun berusaha menyembunyikan. Semburat merah di pipinya.

Justin tersenyum gemas melihat aksi Salena, menurutnya sikapnya hari ini sangatlah manis.
Mereka diperintahkan berdiri ditengah. Dan semua tamu undangan memusatkan mata pada mereka.

Acara tukar cincin pun dimulai. Cincin pertama diberikan pada Salena, gadis itu menyematkan dijari manis sang kekasih. Kali ini giliran Justin pria itu pun melakukan hal yang sama. Tapi dia mengucapkan sepatah kata.

"Cincin ini adalah simbol perasaan ku padamu. Kasih sayang dan cintaku akan aku titipkan disana, dan mulai saat ini. Walau aku belum resmi menjadi suamimu. Maka ketahuilah sayang, aku lah orang pertama yang akan menjaga mu dari mara bahaya." Bisikan itu tepat diucapkan Justin di daun telinga Salena.

Sungguh ucapan Justin bisa menebus lubuk hati Salena paling dalam, tanpa dia sadari setitik embun jatuh tanpa diminta. Salena yang menyadari itu langsung buru-buru menyeka pipinya, agar tidak ada yang menyadari apa yang telah dia alami saat ini.

Semua para tamu undangan bertepuk tangan meriah. Sebagai simbol mereka ikut berbahagia dengan momen itu. Mereka berdua pun sontak menghadap lurus kepada para pemirsa. Dan memamerkan sepasang cincin yang baru saja disematkan dijari manis mereka.

Alexsa yang menyaksikan itu tersenyum haru. Sedangkan Hans memeluk gadis itu sebagai peluapan bahagia atas pertunangan sang anak.

"Salena sangat bahagia ya mas? Adek yakin, Justin pasti bisa membuat Salena bahagia." Tutur Alexsa dengan tatapan tak lepas dari sepasang tunangan yang ada dihadapannya itu.

"Kamu benar sayang, Justin pria yang baik, pasti dia tidak akan mengecewakan mas nantinya."

"Kesana yuk mas? adek mau ngucapin selamat sama sahabat adek." Pintanya dengan nada manja.

Sungguh Hans sangat gemas dengan tingkah itu, dimana dia kembali merasa jauh lebih muda, ketika memanjakan sang istri dengan mengabulkan semua permintaannya. Termasuk juga saat ini.

"Ayoo.." ajak Hans sembari menggandengesara sang istri. Berjalan dengan mesra didepan umum Membuat Anita yang melihat dari kejauhan mengepal tangan dibawah sana.

Tidak tahan gadis itupun beranjak pergi  menjauh dari sana. Anita menggogoh ponsel didalam tas mahalnya. Kemudian melakukan panggilan pada seseorang.

"Apa saja yang kalian lakukan?! Menculik satu wanita saja tidak becus!" Bentaknya ketika panggilan tersambung.

"Maaf bos..gadis yang kami intai, sangat dikawal ketat. Bahkan dia memiliki Bodyguard ketika keluar rumah.." balas seorang pria dari sebarang sana.

"Sayaa! Tidak peduli. Bukankah kalian saya bayar untuk ituu!? Itu sudah menjadi urusan kalian! Saya tidak mau tauu, dalam waktu dekat. Kalian sudah bisa menculik gadis ituu dan melecehkannya. Buat seolah kalian sedang berselingkuh!" Anita memutuskan panggilan sebelah pihak,

Dengan emosi yang membuncah hingga ke ubun-ubun. Gadis itu menggenggam erat ponsel meluapkan rasa cemburu dihati, ketika melihat sang pujaan berjalan mesra dengan wanita lain.

***********

Justin dan Salena duduk di pelaminan, saat ini tengah mengobrol renyah. Tiba- tiba ponsel Justin berdering. Segera pria itu menggogoh kantongnya. Dapat ditangkap Indra penglihatan  Salena dilayar ponsel bertuliskan nama wanita. (Rebecha).

"Maaf sayang, aku terima telfon duluu. Kamu tunggu sebentar yaa?" Tanpa menunggu jawaban Justin pun berlalu pergi meninggalkan Salena dipelaminan sedirian.

Karan penasaran Salena pun mengendap-endap mengikuti Justin, ntah kenapa dia harus melakukan itu. Yang pasti dia tidak pernah sekepo ini sebelumnya.

Tapi baru saja akan melangkah. Alexsa dan Hans pun tiba tepat dihadapannya. Yang membuatnya mau tak mau harus mengurungkan niat akan beranjak dari tempat.

"Selamat ya sayang.." ucap Alexsa sembari memeluk hangat tubuh gadis itu.

"Makasih bundaa.." balas Salena dengan senyuman.

Sementara Hans hanya menatap aksi keduanya dengan senyum bahagia.
Melerai pelukan kemudian Alexsa menatap penuh kearah Salena.

"Gimana rasanya jadi tunangan seseorang?" Tanya bernada guyonan itu sanggup membuat Salena tercengang.

"Ngapain sih nanyain itu Bun?" Jawabnya kesal.

"Yaa, pengen tau aja..kali aja rasanya stroberi atau apel? " Kekeh Alexsa

"Itu mah namanya buah-buahan Bun." Cetusnya kesal.

"Harusnya aku yang nanya? Bunda udah makan belum? Nanti kambuh lagi asam lambungnya gimana? Mau muntah-muntah lagi kaya tadii?"

"Jangan mengalihkan topik."

Tidak ada jawaban yang akan di ucapan Salena akhirnya dia memutuskan mengadu pada sang ayah.

"Pa'paa.. liat tu hundaa. Godain teruss.." rengek manjanya sungguh wajah Salena ketika itu sangat lah lucu seperti anak balita yang sedang ngambek. Hingga berhasil membuat Hans dan Alexsa tertawa.

"Ketawaa aja teruss.." rajuknya.

Alexsa bahkan semakin tertawa melihat tingkah Salena. Hingga tawanya hilang ketika merasakan seakan bumi berputar, penglihatan tiba-tiba buram dan didetik kemudian tubuhnya pun ambruk dan tak sadar kan diri, Hans yang berdiri disamping bergegas menopang tubuhnya jika tidak, mungkin saja gadis itu akan jatuh.

"Bundaaa..." Pekik Salena, yang berhasil mengundang pusat perhatian semua tamu yang ada disana. Mereka berbondong-bondong mendekati Mereka.

"Sayang.. kamu kenapa sayang? Bangun sayang." Ucap Hans panik. Pria itu memukul-mukul lembut pipi sang istri. Berharap Alexsa akan merespon dan sadar dari pingsan..

"Hans sebaiknya kamubawa Alexsa ke rumah sakit. Takutnya ada hal yang serius.." ucap Frans ayah Justin. Semua orang pun mengiyakan ucapan Frans.

Tanpa menunggu Hans pun mengangkat tubuh itu dan menggendongnya. Dengan wajah panik pria itu berjalan keluar aula sembari menggendong sang istri.

Menatap Alexsa dengan rasa ketakutan. Rasa kehilangan Hanna seketika muncul dibenaknya. Takut akan menjadi hal yang sama. Dimana nanti Alexsa juga akan pergi meninggalkannya seperti Hanna istri pertamanya.

"Bangun sayangg.." ucapnya lirih ketika telah didalam mobil. Tapi Alexsa tak bergeming. Tangan masih membelai lembut pipi Alexsa matanya pun lembab seakan ingin meledakan tangis.

"Yang cepat bawa mobilnya!!" Perintah Hans disertai bentakan pada sopir yang saat ini mengemudi didepan sana.

Tanpa menjawab Pak Ujang hanya menambah kecepatan, berharap akan lekas sampai dirumah sakit.

I'm crazy about you, Uncle DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang