BAB 8

1.3K 34 0
                                    

"Adaa.. apa, om." Jawab nya tanpa menoleh.

Hans melangkah perlahan menuju Alexsa, langkahnya berhenti ketika sampai dihadapan Alexsa.

Menatap gadis itu yang masih tertunduk kaku.

"Ada apa dengan anak inii..?" Hans sungguh bingung melihat Alexsa yang masih bisa menunduk.

"Saya hari ini akan keluar kota, berkemungkinan pulangnya sepuluh hari dari hari ini.. " Hans menjeda ucapannya dan masih melirik heran pada Alexsa.

"La..luu?" Tanya Alexsa dengan nada bergetar.

"Hmm.. status kamu saat ini, istri saya.. seluruh tetangga disini mengetahuinya. Jadi kamu tinggallah disini dan tinggal dikamar saya.. saya tidak ingin ada gosip dipara tetangga dan juga para pekerja dirumah ini.. seperti yang kamu tau kita tinggal disini bukanlah hanya bertiga saja.."

"Iya omm, Alexsa akan menjemput pakaian kerumah."

"Hmm.."

"Tapii..."

"Tapii apa?" Tanya Hans bingung.

"Apa perlu tinggal satu kamar?" Tanya Alexsa ragu.

Deg! Seketika Hans terpaku. Diam sejenak itu yang dilakukan Hans. Mencari ucapan yang tepat saat  ini difikirannya. Berlari kekejadian sebelumnya. Dimana dia telah menodai gadis malang dihadapannya itu. Hans paham betul, pasti Alexsa masih trauma atas kejadian kemarin malam.

"Maafkan saya.. dengan kejadian kemarin malam.." lirih Hans menyesal.

Seketika Alexsa mendongak. Memberanikan diri Menatap pria tampan itu. Lagi-lagi terdiam sejenak, terpaku dengan ketampanan pria itu. Hingga pada akhirnya dia baru sadar, Saat ini Hans menatapnya dengan dalam.

"Om, tidak perlu meminta maaf.. karna ini bukanlah kesalahan om seutuhnya, saya yang bersalah dalam hal ini.." ucap Alexsa lirih.

"Sudahlah Alexsaa.. Jangan buat saya semakin merasa bersalah.."

Alexsa kembali tertunduk, walau bagaimana pun wanita cantik itu masih belum berani berterus terang.

"Pergii lahh.. nanti kamu terlambat, dan tidak usah mengendarai motor kamu lagi, karna mulai saat ini kamu akan kekampus bersama Salena.."

"Ya omm.."Alexsa menurut.

"Tunggu!" Hans menghetikan langkah Alexsa dengan meraih tangannya.

"Ada apa om?" Alexsa hanya bisa diam kaku. Sungguh tangan Hans terasa hangat menyentuh hatinya.

"Ini Blakcard, gunakanlah untuk kebutuhan muu.. tidak perlu bekerja lagi mulai saat ini, saya akan penuhi segala kebutuhan muu.."

Alexsa mengerutkan dahi, "Maksudnya apa om? Apa menurut om, saya wanita bayaran?" Ntah mendapat ide dari mana Alexsa berkata seperti itu.

"Bu-bukann.. bekan begitu maksud saya, jangan menilainya dengan fikiran lain, anggap ini sebuah nafkan dari saya suami kamu.." Walau sedikit ragu, Hans hanya bisa mengatakan hal itu.

Ntah kenapa ucapan Hans berhasil meluluh lantahkan hati Alexsa, hingga tak ada pilihan selain menerima pemberian sang suami. Merasa diakui oleh Hans sebagai istri, sungguh sesuatu sekali baginya.

I'm crazy about you, Uncle DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang