Bab 40 21+

1.8K 35 0
                                    

Menutup kembali pintu lemari, Hans memutar arah menatap Alexsa sejenak, sedangkan gadis yang ditatap, mendegup kerongkongannya, seakan dia bisa membaca fikiran yang suami saat ini.

Berjalan perlahan kearah Alexsa dengan tatapan tak lepas dari gadis itu. Duduk disamping sang pujaan masih dengan tatapan yang sama.

Reflek Alexsa menundukkan wajahnya. Menyembunyikan semburat merah diwajahnya.

" Kenapa..?" Tanya Hans dengan nada yang sensual. Jantung Alexsa bahkan seperti sedang ber dangdut saat ini. Apalagi mendengar suara sensual sang suami.

"Ngak adaa.." jawabnya dengan gelengan kepala yang sangat cepat.

"Kenapa kamu menunduk?"

Lagi jantung Alexsa dibuat hampir copot mendengar suara sang suami.
Diam adalah pilihan tepat baginya saat ini. Suasa terasa panas sejak Hans duduk disamping Alexsa dengan kondisi yang membuat jantung Alexsa ser..ser..

Wanita mana yang tak akan tergoda disuguhkan pemandangan yang sempurna dihadapannya itu. Ya Hans lebih tepatnya memiliki tubuh diatas sempurna. Setiap wanita yang melihat tubuh ideal pria itu pasti akan klepek-klepek seketika.

Sontak Alexsa langsung berdiri. " Sarapan sudah selesai, ayo kita sarapan.." ucapa gadis itu dengan gugup.

"Saya belum lapar.." Hans meraih tangan Alexsa, menariknya dengan lembut. Hingga gadis itu mau tak.mau jatuh dipangkuannya. Sejenak mereka saling tatap.

"Maaff.." desis Alexsa hendak berdiri, tapi niatnya terurung Karna Hans menahan tubuh gadis itu dengan cekatan.

"Tunggulah sebentar.." ucap Hans dengan hembusan nafas yang memburu.

Sungguh lagi-lagi Alexsa terpaku merasakan hangatnya hembusan nafas sang suami.

Hanseraih tangan Alexsa perlahan dia meletakan tangan itu didada bidangnya. "Apakahh kamu merasakan sesuatu ketika menyentuh inii.." tanya Hans sungguh membuat jantung Alexsa mpot-potan. Gadis itu hanya bisa membalas dengan anggukan kaku

Hans mengerakan tangan gadis itu turun naik, seolah tengah mengelus dada bidangnya. Mata terpejam meresapi momen. Hingga membuat seluruh aliran Darah Alexsa berdesir.

"Jangan tegang, Santai saja.. bukan kah, kemarin malam kamu telah berjanji.. akan mengulangi hal yang sama ketika sampai dirumah?" Desahan kecil disetiap sela ucapan Hans, berhasil membuat akal sehat Alexsa lenyap entah kemana. Bahkan gadis itu menginginkan lebih.

Kembali mengangguk, ntah kenapa saat ini bibir Alexsa terkunci, seperti susah untuk bicara. Apalagi saat ini Hans telahengecup bagian leher lumayan lama. Hingga meninggalkan jejak disana.

Tersenyum melihat Alexsa yang masih saja tertunduk. Perlahan pria dewasa itu menarik dagu sang gadis hingga menghadap padanya. Yang dilihat Alexsa pertama kali adalah, senyuman yang manis dan tatapan yang memabukkan ditujukan Hans untuk nya.

"Karna kamu yang telah berjanji.. maka lakukanlah, se versi kamuu.."

Sontak mata gadis itu membuka sempurna. "Tapi bagaiman cara nyaa? Alexsa tidak pernah dan juga tidak tau cara memulainya seperti apaa.." keluh nya dengan nada kurang bersemangat.

Sekian purnama membisu itulah hal yang terlontar dibibir sexsi Alexsa. Sungguh gugup membayangkan bagaiman cara dia memulai duluan. Ditambah lagi bagian bawah Hans sudah memberontak. Gadis itu cukup tau apa yang mengganjal dibawah sana. Walaupun dia belum tau persis bentukannya seperti apa.

Kembali tersenyum, " Bukankah.. kamu berkali-kali mengatakan, kamu mencintai sayaa? Harusnya kamu bisakann?"

Jujur selama ini selalu Hans yang memulai ciuman antara mereka, hingga gadis itu pun bisa terbawa suasana dan mengikuti alur permainan Hans.

I'm crazy about you, Uncle DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang