Bab 48

696 22 1
                                    

ketika dinegri mayoritas Nonis. Kita hanya bergantung dengan Alarm untuk waktu sholat. Begitu juga dengan keluarga Hans. Mereka juga bergantung pada Alarm. Yang sengaja memang distel.dijam dan nada Azan.

Alexsa sangat betah tidur didalam.pelukan Hans, sampai Azan subuh melalui ponsel berkumandang. Dan seperti biasa, Hans pasti langsung membuka mata ketika mendengar panggilan umat mencapai gendang telinganya.

Pria itu membuka mata, dilihatnya Sanga istri masih tidur nyenyak. Mengecup puncak kepala nya dengan lembut

Tersenyum tipis ketika melihat Alexsa seakan tidak ingin melepaskan rangkulannya dari tubuh sang suami.

"Alexsaa.. bangunan, ayo sholat subuh?" Ucap Hans dengan nada khas bangun tidur.

"Hmm.." sahut gadis itu dengan mata yang masih terpejam.

"Bangun sayangg.. "

"Bentar lagii.. masih ngantuk Sall.."

Hans kembali tersenyum. "Yaudahh.. aku duluan." Ucapnya lagi hendak beranjak.

Alexsa menahan tubuh kekar Hans. "Jangan diambil  guling nya Sall!" Bak anak kecil yang menyelamatkan makanannya dari seseorang yang akan mengambil. Seakan dia tidak rela melepas Hans dari sisinya.

Hans tersenyum dikala Alexsa mempertahankan tubuhnya. Tak ada pilihan, selain dari menunggu sebentar. Hans membiarkan Alexsa leluasa memeluknya dengan mendiamkan tubuhnya ditempat.

Mungkin bibir Alexsa mengatakan penolakan, tapi tidak dengan tubuhnya. Perlahan gadis itu membuka mata, masih didalam keadaan setengah sadar dia menatap Hans dengan senyuman.

"Pagii sayangg.." pria itu tersenyum sambil menyapa.

Sontak Alexsa yang masih merasa dialam mimpi itu terkejut setengah mati. Seketika senyumnya mengecut buru-buru memberi jarak pada suami. Disaat dia sadar telah memeluk penuh tubuh sang suami.

Berbalik badan membelakangi Hans. "Yaa..Apun Alexsaa.. apa yang kamu lakukan? Bukankah kamu mendiami nya sejak kemarin? Laluu.. ada apa dengan dirimu? Kenapa tubuhmu seakan menolak pertengkaran kalian..? Malunyaa.." gerutu Alexsa dalam hati.

Hans hanya tersenyum melihat tingkah Alexsa yang menurutnya manis itu. Tersipu disubuh hari.. sungguh sangat menyenangkan bagi Hans.

"Ayoo sholat subuh?" Ajak Hans sembari beranjak dari ranjang.

Tak ada ucapan dari Alexsa dia hanya bisa mengangguk kaku. Membiarkan sang suami pergi dari ruangan itu tanpa mencegah.

Salena hari ini sedang absen sholat, hingga Hans memutuskan untuk menunaikan ibadah didakan kamar saja. Alexsa pun menuruti.

Seperti biasa, setelah menunaikan ibadah Sholat, Alexsa selalu mencium takzin punggung tangan suaminya. Begitu juga hari ini, walau dia masih marah pada Hans, tetap gadis itu tidak melupakan kewajibannya setiap hari.

Segera berdiri hendak pergi, tapi Hans menahan tangan Alexsa hingga gadis itu mengurungkan niatnya. Memilih duduk kembali dihadapan sang suami.

" Apakah.. kamu masih marah?" Tanya Hans dengan sangat hati-hati.

Lagi-lagi Alexsa hanya diam membuat Hans paham, bahwa saat ini Alexsa masih marah padanya.

Meraup udara sebanyak mungkin kemudian Hans berkata.

"Mengenai perceraian yang kamu katakan kemarin malam..."

Sontak gadis itu menoleh Hans dengan tatapan tajam. Hans mendegup kerongkongannya melihat tatapan tajam Alexsa.

"Aku menghargai keinginan mu, tapi aku tidak akan pernah mendukung.. kamu ingin perceraian, aku memiliki pendapat sebaliknya.. terserah jika kamu menganggap ku egois.. jika kamu ingin berusaha menghancurkan pernikahan inii.. aku akan berusaha mempertahankannya. Jadi siapa yang ingin perceraian maka dia yang akan mengurus kepengadialan agama. Apakah kamu setujuu?" Ucap Hans dengan tegas dan lantang. Bahkan tidak ada sedikit pun keraguan diucapan itu.

I'm crazy about you, Uncle DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang