Bab 24

1.1K 32 0
                                    

Tanpa disadari Alexsa memeluk segenap jiwa dan raganya tubuh sang suami. Sebagai simbol kerinduannya selama ini. Ya rindu pelukan ini, ciuman ini bahkan yang dilakukan Hans saat ini. Dia selalu mendambakan ini siang dan malam. Berharap sang suami datang kekamarnya dan memanjakannya seperti saat ini.

Seluruh amarah Hans dia lampiaskan didalam ciuman itu. Dia meluapkan seluruh rasa yang terpendam selama ini. Memendam hasrat, dan berusaha memberi jarak dalam hubungan mereka.

Tapi kembali lagi sebanyak apapun Hans berusaha membuat Alexsa jauh dan terluka dengan sikapnya. Sebanyak itu juga hatinya merasa sakit, berpura-pura bersikap romantis bersama sang kekasih dihadapan Alexsa sungguh sangat memuakan baginya.

Andai dia tidak ingat akan balas budinya pada Anita, sudah pasti dia telah lama meninggalkan perawan tua itu.

Hingga pada Akhirnya Hans membuka mata, dilihatnya Alexsa masih betah memejamkan mata, bisa dilihat Hans gadis itu selalu pasrah ketika dia melakukan tindakan asusila padanya. Alexsa tidak menolak sedikit pun hingga pada akhirnya Hans menghentikan Aksinya. Pelukan erat pun mengendor.

Seketika Alexsa tersadar. Perasaan kecewa saat ini dia rasakan, membuka mata dan ditatap nya Hans dengan raut kecewa.

"Maafkan sayaa.." ucap Hans dengan sangat lembut dan wajah tertunduk.

Dahi Alexsa berkerut tak percaya. Kenapa ada kata maaf? Bukankah ini hal yang lumrah yang dilakukan pasangan suami istri.

Hans memutar arah menuju mobil. "Kenapa om minta maaf? Bisakah om jelaskan apa ciuman itu tidak ada artinya? Atau itu hanyalah hawa nafsu saja? Apakah omm tidak pernah sedikitpun menganggap saya seorang istri!?" Pertanyaan  bertubi- tubi yang dia lontarkan berhasil menghentikan langkah Hans.

Pria itu terpaku ditempat, pertanyaan Alexsa seperti ribuan jarum yang menusuk jantungnya. Sungguh ingin dia jawab tentang perasannya saat ini. Tapi rasa gengsi membuat bibirnya tiba- tiba kelu akan bicara.

"Hari sudah hampir pagi, hari ini kita akan keluar kota. Bisakah kita pulang sekarang?" Hans sengaja mengalihkan ucapannya Agar Alexsa melupakan pertanyaannya.

Karna kesal, gadis itu pun memilih langkah seribu. Dia bahkan berlari Tampa memasuki mobil. Ternyata tempat mereka berhenti saat ini tidaklah terlalu jauh dari rumah. Hingga bisa menempuh dengan berjalan kaki.

"Alexsaaa.. tungguu.." panggil Hans yang tidak dijawab dari gadis itu. Dia hanya berlari menjauh dari Hans. Ntah kenapa saat ini dia muak melihat suaminya itu.

Hans diam dengan tangan mengambang di udara. Hanya bisa melihat Alexsa berlari dengan tatapan sayu.

Alexsa berlari dan terus berlari, sambil menyeka airmata yang sejak tadi tidak berhenti mengalir. Perasaan terhina yang dia rasakan saat ini sungguh dalam. Merasa diri tak dihargai sedikit pun tambah membuat luka hatinya.

"Kau anggap apa aku mas? kenapa kamu selalu meminta maaf ketika melakukan hal yang lumrah dengan kuu. Apakah sebegitu hina diriku hingga kamu tak rela melakukan hal itu tanpa ke silafan.. apakah tante Anita lebih berharga dariku? Hingga kamu selalu merasa damai ketika dia menciummuu?? Apa yang salah didiri ini hingga aku selalu gagal bersaing dengan wanita ituu..?" Itulah jerit hati Alexsa sambil berlari. Dan pada akhirnya mencapai rumah mewah suaminya itu. Baru saja dia hendak menggeser pintu pagar, Hans telah sampai disana dengan mobil mewahnya.

Pria tampan itu membuka pintu dari dalam dan menyuruh Alexsa masuk.

"Masuklah..  jangan jadikan apapun untuk tontonan penghuni rumah inii.." ucap Hans memerintah.

Sungguh Alexsa semakin jengkel. Tapi dia berusaha berkompromi dengan keadaan. Dia juga tidak ingin para penghuni rumah ini bergosip tentang mereka berdua.

Memilih masuk dan duduk dengan manis di sebelah Hans itu yang dia lakukan saat ini. Paling tidak dia akan berwajah manis menjelang memasuki kamarnya.

Beruntung pintu pagar dibuka pak satpam ketika Alexsa telah duduk manis didalam mobil. Hingga tak ada yang melihatnya berlari kerumah sendirian.

"Tidurlah..  masih ada beberapa jam untuk kita berangkat. Kamu bisa istirahat dulu. Nanti kita berangkat sekitar jam 09:00 pagi." Ucap Hans yang telah sekian purnama mereka diam membisu, dan pada akhirnya Hans mengeluarkan suara ketika Alexsa akan membuka pintu kamarnya.

"Kenapa aku yang om bawa? Bukan kah ada tante Anita yang selalu bepergian biasanya sama omm!?" Ketusnya ucapan penuh sindiran yang Alexsa lontarkan. Gadis cantik itu tak sudi menatap sang suami saat ini, bahkan dia memunggungi Hans ketika bicara.

"Ada apa dengan Anitaa..? Kenapa saya harus membawanya? Di undangan ditulis kan nama, saya dan istri.. Anita bukan lah istri saya!" Dahi Hans berkerut bingung.

"Iyaa! Status istrii hanya didepan publikk, tidak dihadapan tante Anitaa!!" Ketus Alexsa jengkel yang berhasil membuat Hans bungkam. Alexsa kemudian meski kamarnya dengan membating pintu.

"Astagfirullah..!" Hans mengurut dada sungguh pria itu sedikit terperanjat kaget karna bantingan pintu dibuat Alexsa.

"Kenapa semua wanita suka sekali membating pintu?" Gumamnya yang saat ini masih mengurut dada. Kemudia  dia pergi dari sana menuju kamarnya.

Sesampainya dikamar, Alexsa membating tubuh diatas ranjang. Sungguh matanya sangat berat hingga matanya langsung saja terpejam ketika ketemu bantal. Karna lelah gadis cantik itu tertidur tanpa berganti pakaian.

Berbeda dengan Hans, saat ini pria tampan itu melepas penat berendam didalam bhathub, memejamkan mata menambah ketenangan.

Tapi bukan ketenangan yang dia dapat ketika menutup mata. Tapi jantung yang berdebar kencang, dan jakun yang bergerak turun naik,

Tentu saja ketika dia memejamkan mata sosok sang istri dianlihat datang menghapirinya dengan lingrie tipis menerawang menghampirinya dengan liukan tubuh sesexsi mungkin. Bahkan Alexsa saat ini telah bersiap memasuki bhathub dengan tatapan menggoda.

"Astagfirullah!" Sungguh Hans kaget dan membuka mata. " Kenapa fikiran kotor inii.. selalu menggerayang disetiap mimpiku? Siall!!" Makinya pada diri sendiri.

Memilih bangkit dari bhathub, mengambil handuk kemudian dililitkan di pinggangnya. Dia pun memilih menyudahi mandi nya. Memakai piyama dan beralih arah kebalkon dengan laptop ditangannya.

Hans tipe pria, yang tidak akan tidur jika terjaga sampai menjelang subuh, dia akan menyibukan diri sambil menunggu panggilan umat datang dengan mengecek beberapa pekerjaan melalui laptop.

Tapi kali ini fikirannya sungguh terganggu, bayangan ketika Alexsa pasrah yang dia saksikan tadi selalu melintas diingatkannya hingga fokusnya sedikit terganggu. Meraup wajah dan kembali fokus, itulah yang berkali-kali dilakukan Hans.

Hingga  tanpa disadarinya azan subuh pun berkumandang. Pria itu pun kembali berdiri menuju kamar mandi dan berwudhu  keluar kamar menuju musola yang ada dirumah itu.

Disana telah di isi dengan seluruh penghuni rumah, termasuk Art, satpam dan tukang kebun yang beragama muslim. Disana mereka akan sejajar menghadap kiblatnya Allah.

Ibadah sholat subuh dijalani dengan khusuk dengan Hans yang menjadi imam, sungguh lantunan Al Qur'an yang dia lafas kan sangat lah merdu, siapa saja yang mendengar pasti hatinya akan terasa damai.

I'm crazy about you, Uncle DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang