Sementara Hans telah memejamkan mata, Alexsa masih saja terjaga dia masih tersenyum menatap suami. Hal yang dia mimpikan pada akhirnya dia dapatkan juga.
Ya Saat ini Alexsa merasa telah mendapatkan Hans seutuhnya. Memberanikan diri mengakar tangan, dan membelai lembut wajah sang suami mengunakan jari telunjuk. Dari mulai Alis hingga batang hidung mancung Hans berakhir dibibir Hans yang merah muda. Kembali membelai lembut dada bidang Hans yang sejak dulu ingin dia lakukan.
"Mas, udah tidur?" Tanya Alexsa yang ngak bisa memejamkan mata.
"Belum.." jawab Hans dengan mata yang masih terpejam.
"Boleh nanya sesuatu?" Sedikit mendongak menatap sang suami.
"Hmm.."
"Apakah benar mas cemburu pada Justin?" Tanya Alexsa penasaran.
"Hmm." Jawab pria itu sambil terpejam.
"Jangan hmm aja dong mas." Gerutu Alexsa kesal.
"Iya sayangg.. mas cemburu, Bahkan mas sempat berfikir jika kamu dan Justin memiliki hubungan khusus.." jawab Hans dengan masih mata terpejam.
Seketika Alexsa meledakan tawa, dia merasa lucu dengan pernyataan Hans. Gimana tidak, masa iya Hans cemburu sama pacar anaknya sendiri.
Sontak Hans membuka mata duduk bersandar kan bantal, kembali meraih Alexsa kedalam pelukannya mengerutkan dahi yang masih melihat Alexsa tertawa terpingkal-pingkal.
"Kenapa kamu ketawa sayang?" Tanya Hans penasaran.
"Habis mas lucu sihh.. masa iya mas bisa berfikir seperti itu tentang aku dan Justin. Itu sungguh mustahil mas.." masih dalam tawanya.
"Kenapa mustahil? Bukannya kamu sering jalan sama dia?" Protes Hans seakan tidak rela jika sang istri menertawainya.
"Yaiyalahh.. orang Justin itu pria kulkas, siapa juga yang mau sama diaa.." ucap Alexsa sungguh enteng, tidak tau saja bagaimana suaminya kepada setiap orang. Hans hanya bersikap ramah kepada anggota keluarganya saja.
"Trus ngapain kamu sering kepergok sama dia?"
"Ohh.. itu, tanyain aja sama anak mas, dia yang memilih Justin untuk menjeput ku ketika pulang bekerja."
Hans kembali berkerut dahi. "Bagaimana mungkin.. Salena mempercayakan orang lain menjeput kamu..?" Itu sungguh mustahil bagi Hans.
"Tentu saja dong mas, orang Justin ituu.. kekasihnya Salena. Bukan Akuu..,"
"Benarkah?" Hans terkejut, dia teringat ketika menelfon Salena ketika itu. Kenapa anaknya tidak langsung mengakui hubungannya dengan Justin.
"Iya benar, Meraka telah menjalin hubungan sejak kls satu SMA.. Justin anaknya baik mas, dia sangat sayang sama Salena.."
"Kenapa anak itu tidak mengatakannya pada mas?" Protes Hans tak terima.
"Hmm itu Karna dia merasa belum saat nya akan memberi tahu mas, Salena masih butuh waktu untuk mengenalkan siap Justin baginya, jadii.. tunggulah sebentar lagi.."
Hans tidak lagi menjawab, dia mangaguk paham. "Apakah saat ini kita telah berdamai?" Tanya Alexsa yang seharusnya itu jadi pertanyann Hans.
"Apakah kamu masih akan menuntut perceraian? Ketika sampai diindo, nantii?" Tanya Hans yang berhasil membuat wajah Alexsa menegang.
"Haaahh.. sudah lahh.. aku sudah dapat jawabannya.." keluh Hans dengan nada melemah.
"Kenapa mas menanyakan ituu? Apakah mas meragukan cinta kuu?" Secepat kilat Hans mengegeleng.
"Aku tidak mungkin memikirkan hal yang dibenci agama mas, andai mas tau itu hanyalah ancaman sajaa.." ucap Alexsa sambil tersenyum, dahi hans berkerut merasa tertipu selama ini
"Ngak mungkin kan aku akan pergi? Sementara mungkin saja aku akan hamil setelah inii.. aku tidak ingin anak kita nanti tidak memiliki orang tua yang lengkap. "
Hans kembali tersenyum bahagia, ucapan yang dikatakan Alexsa tentang anak membuat dirinya orang yang paling bahagia diatas muka bumi ini. Hayalannya memiliki anak lelaki seperti nya akan terkabul.
"Mas mencintaimu sayang... hanya saja baru hari ini mas berani mengungkapkannya. Takut kehilangan membuat mas memberanikan diri untuk mengatakannya.." mencium punggung tangan istri dengan dalam kemudian membenamkan kepala Alexsa kepada bidangnya.
Alexsa tidak Hans juga memiliki perasaan yang sama terhadapnya. Sejak kapan, Alexsa tidak peduli yang pasti saat ini dia akan memulai nya lagi dari awal.
"Apakah mas? Masih marah.. dengan malam penjebakan ituu?" Walau ragu tapi rasa penasaran Alexsa membuatnya melontarkan pertanyaan yang telah lama dia pendam.
Sejenak melirik Alexsa dengan sudut mata dan wajah datar. Gadis itu mendegup kerongkongannya takut. Dia ingat ketika teratur kali hans mengatakan sangat membenci malam penjebakan itu dan juga dirinya.
"Maaf.. aku tidak akan menanyakan ya lagii.." lirihnya tertunduk.
Hans tersenyum melihat Alexaa yang saat ini sedang menciut.
"Kenapa kamu selalu meminta maaf? Padahal itu bukan kesalahan muu.." sambung Hans dengan senyuman.
"Aku hanya takut, jika mas akan marah seperti terakhir kali. "Rengutnya manja.
Hans teringat akan kejadian dimana dia memarahi Alexsa ketika itu, tapi alasan kemarahannya bukan lah itu.
"Jangan dipikirkan sayang, itu hanyalah kemarahan, dan jangan diambil hati disetiap ucapan mas yang lalu."
"Mas benar jugaa.." ucapnya masih tersirat keraguan.
"Mas sudah melupakan malam itu sayang, dan menganggap itu adalah takdir dari tuhan. Mungkin kita harus melalui itu sebelum akhirnya bersama."
Alexsa tersenyum mendengar penuturan sang suami, tak ada lagi keraguan didirinya saat ini. Memilih memeluk sang suami segenap jiwa dan raga seakan melepaskan segala rasa bahagianya saat ini. Hans hanya bisa mengecup lembut puncak kepala sang istri.
"Mas adek ngak bisa tidur, mau masak aja, boleh..?"
"Adekk?" Tanya Hans dengan dahi yang berkerut. Iss sih. Nhak peka bener sih, Alexsa kan juga mau kaya orang-orang. Ada panggilan spesial.untuk dirinya sendiri bagi sang suami.
"Iyaa.. mulai hari ini mas harus memanggil dengan sebutan itu jika tidakk.." ucap Alexsa tersirat ancaman.
"Jika tidak, kenapa?" Jawab pria itu masih ambisi.
"Yaudahh.. adek bisa panggil om lagii!" Rajuknya membuang wajah, sambil berlipat tangan.
Sungguh Hans dibuat semakin gelas melihat tingkah Alexsa yang manja saat ini.
"Ya sayangg.. mulai hari inii.. mas akan panggil dengan sebutan adek, apakah Adek senang?" Senyum penuh kemenangan terbit dibibur Alexsa memilih kembali menatap sang suami.
Kembali berpelukan bahagia sambil tersenyum.
"Semoga tidak ada lagi badai akan datang didalam rumah tangga kita mass.." gumam Alexsa dalam hati.
Dengan mata yang lembab Alexsa tersenyum bahagia, pria yang dia cintai sejak dahulu pada akhirnya menjadi miliknya juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm crazy about you, Uncle Duda
RomanceAlexsa seorang gadis remaja seperti gadis lainnya. dia juga menyukai lawan jenis. tapii.. ntah mengapa hatinya tertambat duda tampan. usia pria itu kisaran 45 tahun karna ketampanannya usia tua tidak terpancar diwajahnya, karna diliat dari wajahnya...