Bab 49

692 21 0
                                    

Alexsa kembali menyuap makanan kemulut berusaha mengabaikan jika Anita berada disana juga. Alexsa menyuap.makanna kemulutnya dengan terburu-buru bahkan terbilang tidak menikmati. Hentakan sedok dan karpu yang dia ayunkan dipiring, seakan bisa ditebak saat ini dia sedang kesal.

Mungkin orang lain tidak bisaelihat itu, tidak untuk Salena. Gadis itupun berdiri menyusul sang ayah diruang tamu.

"Apa kamu perlu sesuatu dengan kuu?" Tanya Hans ketika duduk dihadapan Anita.

Tersenyu melihat kedatangan Hans. "Apakah kamu bisa nemenin aku ke Mal? Aku mau belanja.. aku ngak tau dengan negri ini Hans, aku takut nyasar.." dengan senyum mengembang, Anita sangat yakin jika Hans akan menemaninya.

"Kenapa diam saja mas? Apakah kamu akan ngatarin Tante Anitaa? Kasian dia tidak kenal siapapun disini!"sindir Alexsa yang tiba-tiba datang sungguh mengejutkan kedua orang itu.

Hans melirik dengan ekor matanya sejenak, kemudian kembali menatap Anita hendak berucap, tapi Hans kalah cepat oleh anaknya.

"Ngak Papa biar Salena aja yang temenenin Tante Anita.. kebetulan juga mau belanja, ntar bawa Klara juga biar ngak nyasar." Salena menoleh Anita dengan senyuman liciknya.

Hans bisa bernafas lega, padahal tadi dia berusaha ingin melontarkan penolakan pada Anita, tapi masih memilih kalimat tepat untuk diungkapkan.

"Iyaa sayangg... Kamu aja yang temenin Tante Anita, papa masih ada pekerjaan." Melirik Alexsa berharap gadis itu akan tersenyum dengan jawabannya. Tapi sayang Alexsa memasang wajah jutek padanya.

Tersenyum kaku kembali menatap Anita. "Ka'muu ngak papa kan, perginya sama Salena dan juga Klara?"

"Hmm..yaudahh, ngak papa Hans, aku cuma butuh teman belanja.." jawabnya dengan raut wajah kecewa, dia menajamkan tatapan pada Alexsa.

Alexsa yang ditatap seperti itu tidak tinggal diam. " Udah bereskan?" Tanya penuh penekanan. "Ayo mas, kita lanjut sarapannya.. aku masih lapar!" Tanpa menunggu jawaban dari Hans, Alexsa langsung melingkarkan tangannya dia tangan sang suami.kemudain menariknya keruang makan.

Hans hanya mengikuti dengan langkah kaku dia berharap ini bukanlah sandiwara semata tapi memang berasal dari lubuk hati Alexsa yang paling dalam. Secerca harapan terbit diwajahnya. Bayangan Alexsa akan menuntut kembali perceraian sudah dipastikan Hans akan di lupakannya.

Anita hanya menatap kepergia dua orang itu dengan raut wajah kesal, mengepal tangan dibawah sana karna geram. Lagi-lagi dia merasa terkalahkan oleh Alexsa.

Seperti Alexsa, Anita juga merasakan hal yang sama. Dimana Hans akan pontang-panting pulang kerumah, ketika mendapatkan panggilan dari Alexsa, ya walaupun hal.iyu sangatlah jarang dilakukan Alexsa, tapi sekali dia menelfon Hans, pria itu akan pergi tanpa memperdulikan Anita.

"Tunggu bentar ya Tan, Salena dan Klara akan beberes duluu.." ucap gadis itu seraya beranjak dari sana. Anita tidak menjawab, dia hanya mengaguk kaku.

Sementara Alexsa melepaskan tangannya ketika mencapai ruang makan, Hans yang tersenyum seketika hilang dari wajahnya. Karan Alexsa kembali keraut wajah sebelumnya. Lagi-lagi pria itu menghempas nafas panjang. Mengurut dada sembari berkata, "sabar.."

"Ayo Tan, Salena udah beres.." gadis itu sengaja mempersingkat bersiapannya, agar segera bisa meninggalkan rumah itu.dia paham betul jika Alexsa, ibu sambungnya tak menyukai Anita berada dirumah mereka.

"Ayoo.." Anita pun berdiri dengan mata tertuju kearah ruang makan.

"Papa dan Bunda lagi sarapan Tan, ngak perlulah pamit sama mereka.." kemudian Salena menggandeng Anita dan membawanya keluar dari sana.

I'm crazy about you, Uncle DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang