Bab 27

1K 34 0
                                    

" Apa.yang kamu fikiran Alexsaa? Bukan kah ini Swiss? Kenapa kamu memilih pakaian ini untuk dibawa dan dipakai?" Hans geleng-geleng kepala kaku.

Tak ada jawaban dari Alexsa, dia hanya menggerutu dalam hati buat sang sahabat.

"Kamu itu anak gadis, bersikaplah lebih mahal dengan pakaian tertutup. Jangan menjadi murahan karena pakaian yang kamu kenakan saat ini." Nasihat Hans terkesan memarahi.

"Kenapa gue ngerasa lagi dimarahin ayah? Jangan  dong..  dia kan laki guee, masa iya, dianggap ayah. Ngak mungkin kan."

"Trus gimana dong, om?" Rengut manja Alexsa.

Hans terpaku sejenak  melihat tingkah Alexsa, tidak dipungkirinya saat ini istri kecil nya sangatlah manis.

"Apanya yang gimana?"

"Perginyaa?" Kembali Alexsa merengek  manja. " Alexsa ngak punya pakaian om," cicit nyaa menyembunyikan wajah karna malu.

Menghempas nafas kasar, sekedar meluapkan  rasa terbakar didirinya. Sungguh apapun tingkah yang Alexsa buat saat ini. Berhasil membuat Hans terbakar.

Suara manja Alexsa seperti sengaja dibuat-buat olehnya. Ntah apalah maksud gadis itu.

"Kita ngak jadi pergi!!" Tegas Hans lantang.

"Trus gimana dengan janji om? Yang akan makan malam bersama dengan rekan kerja om?"

Hans hampir melupakan yang satu ini. Dia terlihat berfikir sejenak.

"Kita akan beli pakaian buat kamu, di online Shop." Perintah Hans tanpa digangu gugat.

Menurut Alexsa itu adalah ide bagus. Gadis itu mengaguk pertanda setuju. Segera dia berbalik badan akan memasuki kamar.

"Mau ngapain kamu masuk?" Tanya Hans yang membuat Alexsa berhenti ditempat.

"Ya mau ambil ponsel om, tapii..katanya mau belanjaa?"

"Siapa yang suruh kamu?" Tanya Hans penuh intimidasi.

"Ngak adaa.. hehehe.." Alexsa menyengir.

"Saya yang akan pesan kan." Ucap Hans dengan tegas " Saya ragu, bisa saja kan kamu akan memesan pakaian yang sama..?"

"Isss.. apalah om nii? Mana ada kaya gituu?" Alexsa menyipitkan matanya.

"Saya ngak percaya!!" Sergah Hans hingga membuat Alexsa bungkam.

"Iyaa dehh.. terserah om ajaa.."Alexsa pasrah.

Jauh dilubuk hatinya yang paling dalam. Saat ini Alexsa melompat kegirangan. Ini pertama kalinya Hans akan memilihkan pakaian untuknya. Tanpa sadar dia menerbitkan senyum. Menatap sang suami yang saat ini tengah sibuk sama  ponsel, dan dengan telaten dia mulai memilih. Hans duduk di sofa fokus ke layar ponsel.

Alexsa hanya memandangi Hans dengan dalam dari kejauhan.

"Om, apa mau dibuatkan sesuatu yang hangat?" Tanya Alexsa memecah kesunyian.

"Boleh juga." Balas Hans tanpa menoleh. "Buatkan saya coklat panas." Imbuhnya lagi.

"Coklat panas Otw.." secepat kilat Alexsa pun meluncur kedapur.

Hans sedikit terpaku sambil tersenyum. Ucapan yang biasa dilontarkan anak remaja selalu menjadi makan sehari-hari nya akhir-akhir ini.

"Kamu sangat lucu Alexsaa.." gumamnya dengan nada sepelan mungkin. Kemudian kembali fokus ke layar ponsel.

Tak berselang waktu lama, Alexsa kembali datang dengan secangkir coklat ditangannya. Gadis itu berjalan perlahan dengan tatapan dalam pada sang suami. Sementara bibirnya menerbitkan senyum manis.

"Ini omm, coklat panas nyaa.." ucap Alexsa dengan nada sensual. Dia sengaja membungkuk hingga Bundelan nya terlihat oleh sang suami.

Tertegun sejenak dengan sorot mata kedepan.  Fikiran pria itu langsung  trafeling entah kemana. Alexsa tersenyum penuh kemenangan, merasa berhasil menggoda sang suami.

Lagi-lagi pria dewasa itu kehausan tapi tidak menginginkan air, dia hanya menelan kerongkongannya yang terasa dahaga sejak lama. Larut dalam lamunan membuat Hans Diam sejenak. Hingga pada akhirnya tersadar dan melarikan pandangannya.

"Terimakasih," ucap nya kikuk.

Sekatika senyum Alexsa menghilang. Niat terselubungnya ternyata diabaikan oleh sang suami. "Hmm..!" Jawabnya kesal.

Menghempaskan tubuh diatas sofa dengan wajah kesal. Duduk pun membuat jantung Hans semakin berdebar. Kenapa tidak rok mi yang Alexsa gunakan terangkat dan nyaris terpampang bagian intinya. Jika Alexsa duduk tidak berlipat kaki.

"Kenapa kamu tidak memakai Bh?" Tanya Hans mengalihkan  serta mempermain kan Alexsa.

"Hah!??" Gadis itu mengedip-ngedipkan matanya padahal tidak lagi kelilipan.

"Kenapa kamu tidak  memakainya, apakah nyaman jika tidak memakai benda ituu?" Tanya Hans lagi tanpa menoleh.

"Busett.. diantara aksi yang gue lakukan, hanya  itu yang dia tanyakan? Memakai Bh atau tidakk, apa urusannya sama dia..." Gerutu Alexsa dalam hati.

"Karna Alexsa sudah terbiasa tidak memakainya ketika dirumah om, jika keluar rumah saja baru dipakai." Jawab nya asal.

"Aneh!"

"Kok anehh?" Dahi Alexsa berkerut.

"Aneh lahh...masa iya ngak memakai pakaian dalam?"

"Loh, kan bagus om. Malah dokter pun menyaran kan."

"Kenapa ada saran yang tidak masuk akal seperti itu dari Dokter? Aneh-aneh sajaa.."

Alexsa kembali kesal. " Baiklah.. Aku sengaja tidak makainya demi menggoda pria dihadapan ku inii. Puasss!!" Jawabnya dengan nafas yang turun naik.

Hans menyembunyikan senyumnya. Dia bisa bayangkan bagaimana wajah sang istri saat ini.

"Apa menurut om,.ukuran dada akuu. Melebihi Tante Anita atau tidakk?" Seketika Alexsa membekap mulutnya, ntah dapat keberanian darimana dia berucap demikian. Ditambah lagi sorot mata Hans menatapnya dengan tajam.

"Kenapa kamu selalu membandingkan dirimu dengan nya?" Hans menjeda ucapannya kembali fokus kelayar ponsel. "Saya tidak tau mengenai ukuran Bh Anita, lagian saya juga tidak peduli dengan hal ituu.."

"Masa iyaa ngak tauu, orang setiap nenek lampir itu mengirim gambar, selalu saja fullgar. Dasarr mau dilihat pria baik Dimata orang. Pada hal mesumm!! Munafikk!!" Maki Alexsa dalam hati.

"Saya telah memilihkan beberapa pakaian, untuk kamu pakai malam ini. Nanti ada kurir yang akan mengantar." Ucap Hans sambil beranjak dari tempatnya.

"Makasih om."

Hans sedikit menoleh kebelakang, terkejut dengan ucapan Alexsa. "Untuk Apa?" Tanya Hans bingung.

"Karna telah berbaik hati memilihkan pakaian untuk Alexsa." Ucapnya penuh dengan senyuman.

"Oh, tidak masalah.." pria itupun pergi meninggalkan Alexsa dengan langkah  gagahnya.

Kamar tempat tujuan Hans saat ini. Tidak dipungkirinya saat ini Hans telah terpengaruh dengan kajadian sejenak tadi. Bahkan sejak tadi fokusnya pun hilang, karna otak mesumnya sedang bekerja.

Terpaku dikamar mandi menghadap kaca, berkali-kali dia membasuh wajahnya agar bisa melupakan kejadian sekilas itu.

Hans kembali merutuk dirinya. Kenapa dia tidak bisa menganggap Alexsa layaknya Salena. Dia tidak tega jika akan menjamah gadis belia itu. Karna dia akan merasa mengkhianati almarhum sang istri pertamanya.

"Maafkan aku Hanna, apa yang harus aku lakukan? Gadis itu selalu saja membuat darah ini berdesir. Bahkan dia bisa membuat gairah ku bangkit. Walau tanpa dirayu sekalipun.. apa yang harus aku lakukan? Aku tidak bisa membagi diri pada orang lain. Karna aku tidak ingin menghianatimuu.." sungguh Hans dibuat frustasi.

Meraup wajah kasar dan hampir saja dia berteriak, meluapkan seluruh amarah dihatinya.

I'm crazy about you, Uncle DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang