BAB 63

643 18 1
                                    

" Kamu nangis? Salena?" Perlahan Alexsa meraih dagu Salena mengahadap nya. Benar saja, saat ini Salena menangis. Bahkan ketika tatapan mereka beradu Salena semakin terisak.

Tanpa berkata apapun, Alexsa langsung memasukan Salena kedalam pelukannya. Memeluk gadis itu dengan hangat dan dalam, mengelus lembut punggung, sekedar meredakan emosi Salena saat ini.

"Gue ngak tau, Bun. Ntah kenapa gue mulai ragu dengan Justin." Ucap nya disertai isakan tangis.

"Tapi kenapa?"

"Gue juga ngak tau Bun, gue hanya merasa sudah lebih dari satu bulan ini, Justin telah berubah Bun."

"Apa lu yakinn?"

Seketika Salena melerai pelukannya.
Menatap Alexsa dengan mata yang lembab.

"Maksud Bundaa? Gue bodoh gituu, ngak tau seseorang yang telah berubah?" Ucap nya tak terima

"Bukan gitu maksud gue Sall.." Salena memalingkan wajah kesal.

"Yaudah, Tarok Justin berubah. Mungkin ada hal lain yang dia sembunyikan. Jangan menyimpulkan apapun yang akan membuat lu merasakan sakit dihati."

Terdiam sejenak, sambil menyeka airmata. "Gue yakin jika Justin telah memiliki kekasih lain."

"Astaghfirullah Sal, jangan soudzon. Jika itu salah, jatuhnya fitnah Sal.."

"Lu kok jadi belain dia sih Bun? Sahabat lu itu, guee, bukan dia. Dan laki lu bapak gue, bukan bapak dia.. harusnya lukan belain guee.." rengut manja gadis itu.

" Gue ngak belain dia, Sal.. kalau udah ginii, susah nii. Diajak ngomong baik-baik pun salah." Cetus Alexsa kesal.

"Yaudahh.. ayo kita ke aula.. gue akan ajukan pembatalan pertunangan kalian..!" Tegas Alexsa sambil berdiri tegak dan menarik tangan Salena.

Tapi Salena bergeming. Alexsa kembali menoleh dan menghentikan langkah. " Ngapain lu diem aja non? Bukannya lu udah mulai meragukan Justin? Ayo kita batalin pertunangan ini!"

"Sabar Bun, jangan terbawa emosi.." sahut Salena dengan suara memelan.

"Trus lu mau nya apa, tadi gue bersabar, lu yang buat kesabaran gue hilang."

"Hehehe.. maaf." Jawab Salena dengan wajah yang sengaja diimut-imutkannya.

Alexsa menghela nafas kasar kemudian kembali duduk dikursi yang dia gunakan sebelumnya.

"Katakan, apa yang ingin lu lakuin sekarang?"

Seketika wajah Salena berubah melow drama. "Gue bingung Bun, mau ngebatalin.. tapi gue cinta sama Justin. Jika gue lanjutin.." diam sejenak sekedar menghempas nafas.

"Gue takut jika Justin berubah haluan. Mungkin nanti dia akan memilih wanita yang dia temui di Swiss kemarin."

Dahi Alexsa berkerut tentu ucapan itu berhasil menimbulkan pertanyaan dihatinya.

"Maksud luu, apa Sall? Trus wanita? Wanita siapa yang lu maksud? Jangan buat gue semakin bingung Sal." Tanya Alexsa bertubi-tubi.

Salena berdiri dengan menghepas nafas lelah. Dia menghadap jendela dan melihat pemandangan diluar sana.

"Waktu itu ketika kita jalan keMal bun, gue juga membawa Justin serta, tapi dia menolak.. dengan alasan dia mau rebahan aja di Apartemen nya."

"Trus apa yang salah?" Alexsa menyambar, menurutnya itu tidak bisa dijadikan alasan untuk mencurigakan Justin.

" Memang, ngak ada yang salah sebelumnya bun. Tapi setelah kita berada dimal. Gue liat Justin sedang makan siang di sebuah restoran dimal itu. Awalnya gue ngak menaruh curiga.. tapi  gue lihat dari jauh merek sedang berciuman didepan umum. Gue aja ngak pernah dicium, apa lagi didepan umum."

"Jadi lu sakit hatinya, ngak pernah dicium Justin atau Justin mencium cewe lain?"

"Bundaaa!!" Pekik Salena disertai lembaran bantal pada Alexsa.

Alexaa terkekeh. Kemudian mendekati Salena, mengelus pundak gadis itu dengan lembut.

"Makan siang biasa tentu saja itu ngak masalah sayang. Dan jangan salah paham dulu, siapa tau mereka saat itu tidak lagi berciuman. Kali aja tu cewe kelilipan trus Justin membantu meniupnya. Kan begitu yang ada difilem-filem dan juga novel. Berusahalah berfikir positif, karna belum tentu dugaan itu benar." Ucap Alexsa dengan nada selembut mungkin, berharap sang anak sambung mengerti akan maksudnya.

Salena menoleh Alexsa dengan tatapan dingin. Sungguh berhasil membuat Alexsa merinding.

"Lalu? Bagaiman dengan sifat dinginnya belakangan ini sama gue bun? Bahkan Panggilan telfon pun ngak diterimanya bahkan mungkin sengaja diabaikan nya." Keluh Salena yang masih ragu.

"Mungkin Justin saat ini sedang sibuk, lu kan tau dia seorang IT. Siapa tau dia saat ini tengah melakukan sesuatu sesuai bidangnya."

Kali ini Salena terlihat berfikir. Mungkin juga yang dikatakan ibu sambungnya Adalah kebenaran. Atau mungkin dia telah salah menilai selama ini.

" Semoga saja semua ucapan lu itu yang sebenarnya bun." Jawabnya dengan suara lesu. Alexsa tersenyum.

"Jadii?" Alexsa mengerakan alisnya turun naik, berhasil membuat Salena bingung.

"Jadi? Apa bun?" Tanya Salena dengan dahi yang berkerut.

"Mau disini aja atau lanjut pertunangan kalian?"

Salena masih diam membisu. "Yaudah. Berarti harus dibatalin kan? Biar gue ke Aula ngomongnya " ancaman Alexsa yang akan memutar langkah. Buru-buru Salena menahan tangan Alexsa.

"Jangan bundaa.." rengeknya dengan tatapan memohon.

Alexsa pun menghentikan langkah dan kembali menghadap Salena.

"Gue akan segera keluar untuk acara pertunagan ini.." ucap Salena mantap.

"Nah gitu dong.. ayuk sini gue dandanin lagi, liat ni makeupnya udah pada luntur semua, karna air mata luu.."

Salena hanya tersenyum malu dengan ucapan Alexsa. "Maap bun.. " hanya itu yang lolos dari bibir sexsi gadis itu.

"Maap,maap! Untung gue mak luu.. jadi pasti gampang gue maafin. Kalau ngak, tiada maaf bagimu.. " kemudian Alexsa terkekeh disusul juga oleh Salena.

Tidak butuh waktu lama bagi Alexsa membenahi dandan Salena, gadis itu kembali cantik dengan penampilan Makeup yang senada dengan pakaiannya.

"Ayoo kita keluar, biar Justin dan para mertua lu takjub melihat penampilan calon menatunya yang sangat memukau."

Salena tersipu dengan ucapan Sang sahabat. Dia hanya bisa menyembunyikan seburat merah dipipi.

Kemudian Kedua wanita cantik itu melangkah keluar. Tapi ketika akan membuka pintu, tiba-tiba Alexsa merasakan perutnya tidak enak ada rasa diobok-obok didalam sana hingga mau tidak mau dia harus mencari tempat untuk memuntahkan segalanya.

"Bentar Sal. Asam lambung gue kayaknya kambuh deh." Berlari kekamar mandi dan "Hueekkk.." perasaan ingin muntah, tapi tidak ada apapun yang keluar dari mulutnya kecuali hanya air liur yang encer mengalir bak air minun yang hendak dilepehkan lagi.

"Lu kenapa bun?" Tanya Salena diabang pintu kamar mandi.

"Biasalah Sal. Asam lambung gue kumat."

"Masa iya sihh? Asam lambung bunda kumat lagi? Kan udah lama enggak?"

Alexsa terlihat berfikir sejenak. Yang diucapkan Salena ada benarnya juga. Kenapa tiba-tiba?

"Lagian sejak kita tinggal serumah, bunda ngak pernah makan ngak teratur. Gimana ceritanya asam lambung bunda bisa kambuh? Kecuali bunda minum, minuman bersoda. Itu lain cerita lagi tuu.."

Alexsa tidak menghiraukan ucapan sang sahabat, dia masih berusaha mengeluarkan rasa yang ada di tenggorokannya didepan wastafel.

I'm crazy about you, Uncle DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang