Waktu menunjukan pukul 24:00 seperti biasa Alexsa akan beranjak keluar dari resto. Dan biasanya Salena sudah menunggunya diparkiran untuk menjemput. Semenjak menikahi ayahnya Salena tidak pernah membiarkan ibu sambungnya itu mengendarai motor ketika pulang, karna takut sang ibu sambung diganggu orang jahat.
Dan seperti biasa juga, pak Ujang dengan sigap mengambil alih motor matic Alexsa ketika dirinya telah sampai diparkiran.
"Sini.. nyonyaa.. biar saya yang bawa.."
Tanpa berkata, Alexsa memberikan konci motor padanya. Dan memutar arah mencari keberadaan Salena.
Ketika tepat sasaran, mata Alexsa terbelalak kaget. Bahkan hampir keluar dari porosnya.
"Pak Ujang, ituu.. mobill.." bertanya dengan nada kaku.
"Iya nyonyaa.. itu mobil Tuan. Saat ini beliau juga didalam."jawab Pak Ujang santai.
Lagi Alexsa terkejut. " Mas Hans, yang jemput sayaa?" Bertanya kembali dengan nada ragu.
"Iya nyonya.." pak Ujang masih betah menunggu Alexsa memasuki mobil yang tak jauh dari mereka itu. Barulah dia meninggalkan tempat itu dengan sepeda motor Alexsa.
Alexsa masih berdiri mematung. terkejut ,Tentu saja. ini adalah kejadian yang sangat langka, dienam bulan terakhir. Ntah matahari terbit dari mana, hingga Hans menyempatkan diri menjemputnya.
Hingga pada akhirnya dia disadarkan dengan klakson mobil yang dibunyikan Hans dari dalam sana.
Bergegas memasuki mobil, itu yang dilakukan Alexsa. Kembali dia meraih tuas pintu belakang, karna ingat ucapan sang suami Minggu lalu. "Ingat, kursi bagian depan sebelah saya.. milik Anita!" Ucapan itu selalu muncul di telinganya saat ini.
Ketika pintu mobil terbuka, Hans berkata dengan nada dingin.
"Jangan menjadikan saya seorang sopir, dengan kamu duduk dibelakang!" Tegas Hans yang hanya menolehnya melalui spion mobil.
Tak ingin protes Alexsa hanya mengikuti ucapan Hans. Kembali dia tutup pintu belakang mobil, kemudian memilih bagian depan di samping Hans untuk dia tempati.
Hans menyalakan mesin mobil, memulai perjalanan tanpa menoleh ke Alexsa, sungguh Alexsa sudah menduga, situasi seperti ini. Situasi yang tidak akan pernah berubah.
Sifat dingin Hans terhadapnya seakan telah menjadi makanan sehari-hari baginya.
Suasana hening, Hans masih saja fokus kejalannan, sedangkan Alexsa sengaja memain kan ponsel sekedar menghilangkan kebosanannya.
"Kenapa kamu harus bekerjaa?" Setelah 30 menit kebisuan antara mereka, akhirnya Hans mengeluarkan suara. Tetap saja dia bertanya dengan nada dingin.
Spontan Alexsa menoleh padanya, menatap sang suami tak percaya. Sungguh ini kejadian langka, dan hal ini juga yang dia harapkan. Berbincang Sepenjang jalan mungkin menyenangkan. Itulah yang ada dipikiran Alexsa.
"Kenapa kamu malah diam? Saya sedang bertanya Alexsa."
"Itu.. kar-naa.." Alexsa sedikit gugup akan menjawab.
"Saya telah memberikan kamu black card. Kenapa harus bersusah payah." Ucapnya datar.
Alexsa kembali memposisikan wajahnya seperti semula. Dan dia juga membenarkan itu. Gadis itu menunduk sembari memainkan ujung kemejanya.
"Saya rasa itu bisa mencukupi seluh kebutuhanmu.."
Alexsa masih diam membisu. Tidak ada jawaban yang keluar dari bibirnya. Pada akhirnya dia bersuara.
"Alexsa sudah terbiasa berkerja om, memang uang yang om berikan lebih dari cukup. Tapi Alexsa tidak terbiasa menerima sesuatu tanpa pambrih. Alexsa harus bekerja untuk mendapatkannya." Jawab Alexsa dengan mantap.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm crazy about you, Uncle Duda
RomanceAlexsa seorang gadis remaja seperti gadis lainnya. dia juga menyukai lawan jenis. tapii.. ntah mengapa hatinya tertambat duda tampan. usia pria itu kisaran 45 tahun karna ketampanannya usia tua tidak terpancar diwajahnya, karna diliat dari wajahnya...