Bab 41

1.5K 31 0
                                    

Hans sungguh menyentuh Alexsa dengan sangat lembut, dia juga ingin Alexsa merasa terkesan di pengalaman pertamanya.

Susana kamar di penuhi dengan desahan manja yang keluar dari bibir Alexsa, gadis itu sangat menikmati setiap sentuhan dari sanga suami. Apapun yang disentuh Hans dia berhasil membuat Alexsa melayang keudara.

Suara decapan yang mereka keluarkan menambah panasnya suasana dikamar itu, suasana dingin seakan hilang lenyap seketika. Sampai  tanpa mereka sadari sudah dalam posisi tanpa sehelai benang pun. Hans menghentika aksinya, menatap sang istri dengan dalam.

"Apa kamu tauu Alexsaa... Aku menginginkan muu sejak lama, tapi aku hanya takutt.. jika nanti kamu akan menolaknya.." ucap Hans disela kegiatannya. Alexsa tersenyum.

"Seberapa besar mas, menginginkan kuu?" Tanya Alexsa dengan nada sensual.

"Jangan ditanya, mungkin tidak bisa digambarkan sebesar apapun. Sungguh Alexsaa aku sangat membutuhkan muu.." lirihnya dengan sangat dalam.

Titik bening terbit disudut mata Alexsa, rasa haru karna bahagia. Ternyata penantiannya tidak sia-sia. Pada akhirnya dia juga yang akan dipilih sang suami.

Kembali Hans memulai aksinya, kali ini leher Alexsa menjadi sasaran, sungguh berhasil membuat Alexsa menggelinjang. Hingga pada akhirnya mereka kembali akan melakukan penyatuan. Hans masih penasaran, karna tetap saja meleset, dia bingung apakah miliknya yang terlalu besar? Atau milik Alexsa yang terlalu sempit.

"Gimana.. ? Udah bisa belum? " Tanya gadis itu dengan mata terpejam, sedangkan seluruh tubunya menegang.

"Belum.." ucap Hans masih frustasi.

"Kok lama sih mass?" Tanya Alexsa mulai kesal.

"Sabar, aku juga lagi usaha ini.." dengan dahi berkerut.

"Mas udah berpengalaman ngak sih? Masa ngak bisa." Alexsa berdecak kesal.

Ketika Hans masih terfokus akhirnya buyar ketika mendengar suara bel berbunyi. Menandakan seseorang akan bertamu.

Sejenak pria itu diam, menatap sang sang istri, seolah bertanya apakah tamu itu miliknya. Tanpa mengerti apapun Alexsa hanya menggeleng. Memilih mengabaikan itu hal yang benar menurut  keduanya.

Tapi Suara bel itu tidak berhenti, bahkan kali ini sengaja di tangan Tanpa jeda, sehingga Hans mendesah kesal. Walau bagaimana pun kosentrasinya terganggu.

"Di lihat saja duluu, siapa tau itu re

kan kerjaa om..." ucap Alexsa dengan nada sedikit kecewa.

"Tapi ini hal yang penting bagi kita, tidak bisakah kita mengabaikannya?" Tanya Hans penuh permohonan.

Alexsa hanya terdiam , menurutnya ucapan sang suami ada benarnya.

"Ini kali ketiga nya Alexsaa.. saya tidak mau gagal lagii!" Ucapnya tanpa diganggu gugat.

"Yaudahh.. lanjutt." Sahut gadis itu.

Kembali fokus mengabaikan apapun yang terjadi, Hans bertekat hari ini dia harus bisa memiliki Alexsa seutuhnya, tanpa adanya gangguan dari pihak mana pun.

Semakin lama bunyi bel itu semakin membuat kesal, hingga mau tak mau Hans dan Alexsa kembali menunda kegiatan yang mereka impikan.

"Kenap berhenti?" Tanya Alexsa menggoda, disaat melihat sang suami bangkit dari tubunya dan kembali memakai pakaian seadanya. Hanya celana pendek dan singlet. 

Saya pusing jika harus mendengan suara bel diasaat permainan. Fokuspun jadi hilang." Berdecak kesal.

Alexsa terkekeh sembari menutup seluruh tubuh dengan selimut.

I'm crazy about you, Uncle DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang