Bab 29

1K 26 0
                                    

Suasana makan malam pun berjalan dengan lancar. Dan pada akhirnya pembahasan pekerjaan pun juga telah mendapat titik terangnya. Pada akhirnya Boby yang mendapatkan kesempatan bekerja sama dengan Hans.

Saat ini Alexsa dan Hans berada didalam mobil berjalan punlang. Terlihat Alexsa menikmati keindahan jalan malam hari di negara bersalju itu. Sejak tadi dia tidak ada niatan untuk beralih arah dari jendela.

Sedangkan Alexsa masih saja membayangkan betapa manisnya Hans memperlakukan dia tadi, didepan teman-temanya.

Mulai dari berbahasa sangat lembut, kemudian menyuapi Alexsa dengan sangat romantis. Yang lebih mengesan kan bagi Alexsa, ketika Hans mengambil sisa makanan dibibirnya. Menyeka bibir sexsinya denga ibu jari yang dilakukan Hans. Sentuhan itu sungguh mengandung makna bagi Alexsa.

Menghempas nafas kasar, memejamkan mata. Kembali dia tersadar. 

"Alexsaa.. itu hanyalah sandiwara belaka, jangan berharap hal itu akan dilakukan Hans dalam keadaan sadar. Bahkan pria itu tidak Sudi menatapmu ketika kalian berdua saja dirumah." Batin Alexsa berkata.

"Apakah kita, masih lama sampainya om?" Tanya Alexsa dengan nada kurang bersemangat.

Hans menoleh sejenak, kemudian kembali fokus kajalanan.

"Tidak lama lagi, tapi apakah  kita bisa pergi ke suatu tempat terlebih dahulu..?" tanya Hans dengan penuh harap. Sepertinya Hans masih ingin berjalan-jalan dengan sang istri.

"Ini sudah larut om, kemana kita akan pergi?" Tanya Alexsa bingung. Mana cuaca semakin dingin.

"Ngak lama kok, kita cuma sebentar saja. Temanin saya makan jagung bakar dibawah jembatan sana.." ujar Hans dengan senyum mengembang.

"Tapi suasananya dingin banget om, Alexsa ngak kuatt.." jawab Alexsa sembari memeluk tubuh.

Hans menatap Alexsa dengan tatapan kecewa, padahal pria itu hanya ingin menghabiskan momen bersama Alexsa sang istri. (Dasar! Alexsa ngak peka!)

"Yaudahh! Ngak jadii.. kita pulang saja. " Jawab Hans dingin. Sungguh pria itu sangat kecewa. Ucapan Alexsa sebuah penolakan untuknya.

"Begitu lebih baik.." balas Alexsa tanpa beban.

Hans semakin kesal dengan jawaban Alexsa, kembali dia melampiaskan amarahnya kelaju mobil yang dikendarainya. Menyetir dengan kecepatan tinggi.

"Kenapa ni orang? Tidak ada angin, tidak ada hujan.. tiba-tiba m mbawa mobil kayak kerasukan." Maki Alexsa dalam hati.

Tanpa ada niatan memberontak, Alexsa hanya diam sambil memejamkan mata. Berharap mereka akan secepatnya sampai di Apartemen.

Susana kembali Hening. Sampai pada akhirnya, mereka mencapai apartemen milik Hans.

Hans keluar dari mobil tanpa menoleh sang istri,  membanting pintu dengan sangat kencang, meluapkan kekesalannya. Hingga Alexsa terperanjat kaget. Gadis itu meraba dadanya yang hampir copot.

Tidak seperti kemanisan sebelumnya. Saat ini Hans meninggakan Alexsa begitu saja didalam mobil. Tidak seperti tadi sebelum mereka pergi. Dengan sangat manis Hans membukakan pintu mobil dan mempersilahkan Alexsa untuk masuk.

"Sudahlah Alexsaa.. jangan terlalu berharap dengan kejadian tadi, karna itu semua hanyalah palsu!" Gumam gadis itu menatap kaku pada sang suami.

Menghela nafas panjang, kemudian Alexsa  keluar dengan lesu. Pria tampan itu masih betah menunggu Alexsa diluar walau saat ini membelakanginya.

Hans melangkahkan kakinya ketika merasa Alexsa telah berdiri dibelakangnya. Dengan langkah besar pria itu berjalan, hingga Alexsa mengimbanginya dengan sedikit berlari.

Setelah membuka pintu Apartemen, Hans langsung saja memasuki kamarnya. Sedang kan Alexsa mengunci pintu dari dalam kemudian juga beralih ke kamarnya.

*********

Beberapa jam berlalu, Alexsa sejak tadi sudah berusah untuk memejamkan mata, karna hujan lebat disertai petir kencang membuat dia bergulung dengan selimut tebal, berharap akan segera mereda petir yang dahsyat saat ini.

Hingga pada akhirnya dia menjerit sangat kencang, ketika petir bergelegar disertai listrik padam.

"Aaaakkk!!" Pekiknya hingga berhasil membuat Hans berlari kemar gadis itu.

"Alexsaa.. kamu kenapa!?" Hans menggedor pintu dengan sangat panik.

Tak ada suara, menambah kepanikan didiri Hans.

"Alexsaa.. buka pintu nyaa.." teriak pria itu lagi. Sedangkan tangannya tak henti-henti nya menggedor pintu kamar itu.

Masih tak ada jawaban. Hans meraih gagang pintu dan menekannya. Beruntung pintu kamar itu tidak dikunci, hingga Hans bisa memasuki kamar itu dengan mudah.

Hans terkejut melihat apa yang terjadi. Alexsa duduk disidut dengan memeluk lutut dalam keadaan ketakutan.

Tanpa berkata Hans langsung mendekati gadis itu dan memeluknya. "Kamu kenapa?" Tanya Hans lirih. Masih bisa dia rasakan saat ini tubuh gadis itu bergetar.

Tak ada jawaban. Gadis itu masih diam membisu, Dia hanya terisak.

"Sudah-sudah.. jangan takut, ada aku disini.." Hans mencoba untuk menenangkan.

Perlahan gadis itu menoleh Hans dengan tatapan nanar. "Beneran? Om tidak akan pergi seperti Ayah dan bundaa?" Tanya Alexsa lirih. Didalamnya tersimpan permohonan.

"Iyaa.. saya janjii"meraih kepala gadis itu kedadanya sekedar memberikan ketenang untuk Alexsa.

"Duluu.. ayah dan bunda juga berkata begitu om, mereka tidak akan pergii.. tapi nyatanya mereka berbohong, ketika Alexsaa tidur mereka meninggalkan Alexsa.. ketika Alexsa terbangun Mereka sudah pergi, meninggalkan Alexsa seorang diri dengan petir yang tak henti-hentinya. Alexsa berharap mereka akan cepat pulang.. hiks..hikss..hikss.. nyatanya...mereka tidak pulang-pulang sampai saat inii.." lirih Alexsa dengan Isakan tangis

Hans bisa merasakan saat ini Alexsa teringat akan masalalu. Mengelus rambut Alexsa dengan lembut sekedar memberi ketenangan bagi gadis itu.

"Aku berjanji Alexsaa.. Sampai kapanpun, aku tidak akan meninggalkan. Muu.."

Alexsa masih saja terisak, petir yang mengelegar mengingatkannya kepada kejadian masalalu. Kecelakaan yang dialami ayah ibunya. Ketika keadaan alam seperti ini.

Hans menggendong Alexsa keranjang, ala bridal membaringkan gadis itu disana. Menyelimuti Alexsa hingga seluruh tubuh gadis itu terbalut, hanya kepalanya saja yang keluar.

"Tidurlah Alexsaa.. sebentar lagi hujan akan reda, dan pertir pasti akan pergii juga.." ucap Hans dengan nada berbisik.

Hans seolah sedang seperti membacakan dongeng pada Alexsa. Gadis itu hanya mengangguk kaku.

Hans menyeka sisa airmata yang masih menempel diujung mata Alexsa. Mengelus rambut  dengan lembut. Hingga perlahan gadis itu memejamkan matanya.

Melihat Alexsa telah tertidur lelap, Perlahan Hans menarik tangannya, kemudian berdiri hendak beranjak dari sana. Ketika dia membalikan tubuh, Alexsa meraih tangan Hans. Seketika pria tampan itu pun berbalik kembali.

"Bisakah malam ini.. om temani Alexsa disini?" Pinta Alexsa dengan tatapan penuh harap.

Deg!! Bagaiman mungkin Hans akan tidur bersama Alexsa, bukankah pria itu selalu berperang dengan hasratnya ketika berdekatan dengan gadis itu? Lalu bagaiman caranya dia akan tidur satu ranjang dengannya. Sungguh Hans dalam dilema.

"Jika om keberatan? Yaudahh.. ngak papa.." gadis itupun melepaskan tangannya dari Hans, kemudian berbalik arah memunggungi Hans.

Seketika mata Alexsa mengembun. Lagi-lagi dia merasa terhina, Bahkan dia merasa seperti wanita murahan meminta sang suami tidur bersamanya. Tapi malah penolakan yang dia terima.

"Geserlah sedikit, saya akan temani kamu tidur malam ini, disini."  Hans tidak tega menolak, karna dia merasa saat ini sang istri butuh teman untuk sekedar menenangkan kesedihannya.

Alexsa terkejut hingga mem bolakan matanya. Dia tak percaya Hans akan setuju dengan ucapannya.

Gadis itu tidak menjawab, dia hanya mengeset tubuh, agar bisa memberi ruang untuk Hans.





I'm crazy about you, Uncle DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang