Bab 62

317 12 0
                                    

Setelah makan siang mereka pun memilih pulang, Justin disuruh kedua orang tuanya mengantar Salena pulang kerumah. Sementara mereka masih ingin membeli sesuatu ditempat lain. Ntah itu alasan atau pun lainnya yang pasti saat ini Salena dan Justin berada dalam satu mobil yang sama, hanya berdua saja.

Sudah lebih dari lima belas menit mereka menempuh perjalanan. Suasana hening tanpa adanya suara dari kedua belah pihak. Mereka hanya sibuk dengan fikiran masing-masing.

Salena masih betah menatap jalanan yang sengaja membelakangi  Justin. Tatapan nya jauh seakan banyak beban yang saat ini dia pukul.

Sedangkan Justin masih fokus menyetir mobil. Dan sesekali dia menerima panggilan dari seseorang, dia akan mengobrol sebentar. Ntah apalah yang di obrolkan nya, Salena seperti tak peduli.

"Aku rasa aku ragu dengan pertunangan Inii.." ucap Salena dengan nada dingin dan kaku, sedangkan wajahnya masih betah membelakangi Justin.

Sontak Justin memijak rem mendadak, dan memutuskan panggilan sebelah pihak. Rasa terkejut membuatnya menghentikan mobil hingga tubuh mereka sedikit terhempas dibagian mobil. Salena meruncingkan tatapan pada Justin . Kemudian kembali mengalihkan arah seperti semula.

Kaget serta terkejut yang Justin  rasakan berhasil membuat tubuhnya membeku. Dan seakan jantungnya berhenti berdetak. Diam terpaku dengan tangan yang masih berpegangan dengan erat distir mobil, tatapan lurus kedepan dengan wajah susah kaku.

Perlahan Justin menatap Salena tak percaya, walau gadis yg yang dia tatap tidak ingin menatapnya.

"Maksud kamu? Apa sayang? Bukan kah ini yang kita impikan?" Bertanya dengan nada lirih.

Salena memejamkan mata sejenak, tidak dipungkirinya, memang ini impian mereka. Ingin menjadi pasangan seumur hidup. Itu lah impian mereka.

"Aku tauu." Gadis itu berbalik badan menghadap Justin.

"Lalu?"

"Aku ragu Justin! Aku tidak tau kenapa? Yang pasti belakangan aku merasa, dirimu telah berubah!" Akhirnya lolos juga ucapan itu dari bibir sexsi Salena.

Terperangah kaget, bahkan Justin tidak percaya jika dirinya yang disalahkan. Bukankah belakangan ini.. Salena yang berubah?

"Jawab Justin, apa yang harus aku lakukan? Dengan perubahan muu? Aku bukan lah bunda.. yang bisa menerima kesalahan papa dan bersabar. Itu bukan aku Justin!" Ucap Salena penuh dengan tatapan ambigu.

Terdiam, menggenggam stir mobil dengan kuat. Justin tidak ada niatan ingin menjawab ucapan Salena, jika dia ikut membalas ucapan Salena, hanya akan memperburuk masalah. karna menurutnya tuduhan Salena tidaklah mendasar.

"Jawabb Justin!" Justin masih bergeming.

Salena kembali terperangah bersandar dikursi yang dia duduki. Menatap jauh kedepan sana.

"Apa yang harus aku lakukan dengan perubahanmuu inii? Aku dari dulu memiliki mimpi akan menghabiskan sisa hidupku dengan muu tapii.." Menoleh Justin sejenak dengan tatapan lesu.

"Tapii..? Kenapa ketika pertunangan kita telah ditentukan, kamu malah berubah dingin dan tak peduli kepadaku. Andaii.. ada orang lain selain akuu. Kamu bisa tinggal kan aku sebelum semuanya terlambat."

Mendengar ucapan Salena, sontak Justin menghadap padanya. Dimana sejak tadi pria tampan itu hanya menatap jauh kedepan dan membiarkan Salena mengatakan apapun yang dia inginkan. Menatap nanar pada gadis itu.

"Sudah selesai?" Ucap Justin dingin. Berhasil membuat gadis itu terdiam membisu, dia tidak pernah mendengar Justin berkata dingin kepadanya sebelum ini.

Sudah dipastikan Salena, Justin memang telah berubah. Mungkin kecurigaan Salena selama ini ada benarnya. Justin merasa bosan dengan dirinya dan mencari cara agar mengakhiri semuanya.

"Jika begituu.. kita akan jalan sekarang, aku akan mengantarmu pulang." Ucap dingin dan tegas.

Terdiam kaku mendengar ucapan Justin. Salena bahkan tidak ada niatan untuk mengajukan protes lagi. Dia hanya terhenyak duduk ditempat. Dia semakin bingung dengan ucapan Justin. Seharusnya pria itu mengajukan protes untuk membela diri. Paling tidak  Justin harus bisa berkata tidak, untuk sekedar memudarkan keraguan dihati Salena.

Mobil melaju dengan kecepatan sedang. Sementara dua orang didalamnya kembali diam membisu tanpa adanya ucapan yang keluar dari bibir mereka. Sibuk dengan fikiran masing-masing.

Lima belas menit kemudian akhirnya mereka pun sampai ditempat tujuan. Justin menghetikan mobil dihalaman rumah mewah Salena. Tanpa menunggu, Salena hendak keluar dari mobil dengan tergesa-gesa.

"Untuk sementara, jangan temui aku duluu! Karna aku harus meluruskan keraguan dihatiku untuk dirimuu." Gadis itu berkata tanpa menoleh pada sang kekasih.

Selesai beruscap barulah Salena turun dari mobil,  langsung masuk kedalam rumah, tanpa peduli dengan Justin, apakah pria itu langsung pulang atau memasuki rumahnya juga.

Justin memarkir mobi, kemudian menyusul Salena memasuki rumah. Walau bagaimana pun dia harus mengembalikan Salena kepada ketua orang tuanya. Dia bertanggung jawab mengantar dimana dia menjemput Salena,

"Assalamualaikum.. sore omm.." ucap Justin ketika mendapati Sang calon ayah mertua membuka pintu.

"Waalaikum salam.. sore juga Justin, Ayo masuk..."

"Ngak usah om, aku cuma mau ngantar Salena aja om.."

"Oh, udah selesai belanjanya?"

"Udah om, tinggal nunggu acara digelar aja om. Aku pamit pulang dulu ya om?"

"Benaran nii? Ngak mau mampir dulu?"

"Beneran om, nanti lain kali aja.." ucap Justin disertakan senyuman.

"Yaudah.. hati-hati dijalan.."

"Ya om, Assalamualaikum.."

"Waalaikum salam.."

Justin memutar arah untuk pergi, Hans masih betah menunggu Calon menantu hingga menghilang dari hadapannya. Setelah mobil Justin melaju meninggalkan rumah mewahnya. Hans baru memasuki kediamannya.

                           ********

Beberapa hari berlalu.

Malam ini pun telah tiba dimana malam yang dinatikan oleh kedua keluarga Salena dan juga Justin mereka berkumpul disebuah Hotel ternama, menggelar acara pertunangan kedua anak mereka. Para tamu undangan lumayan rame, walau yang hadir hanya keluarga inti dan para sahabat dari kedua belah pihak.

"Cantikk.." ujar Alexsa ketika selesai merias anak sambungnya.

Tapi Salena terlihat seperti tak bergairah sedikit pun. Membuat Alexsa semakin curiga dengan suasan hati sang sahabat.

Mengambil sebuah kursi kecil dan duduk dihadapan Salena.

"Sall.. bagi luu guee ini siapa?" Sontak Salena terkejut dengan ucapan Alexsa.

"Maksudnya apa Bun? Aku ngak ngerti.." kilahnya mengalihkan arah menatap cermin. Dia sengaja menghindari tatapan sang sahabat. Sudah bisa dia tebak arah pembicaraan Alexsa.

Alexsa meraih bahu Salena menuntun perlahan menghadapnya.

"Jangan berbohong lagi Sal, gue tau.. saat ini lu sedang tidak baik-baik saja. Apakah lu mulai meragukan Justin?"tebak nya, berhasil membuat Salena membeku.

"Ma-ma-maksud Bundaa apaan sihh? Justin baik, hubungan kami juga.."

"Jangan berbohong Sall!!" Tegas Alexsa yang mulai tidak sabar.

Asli Salena teperajat kaget. Seketika airmatanya pun runtuh. Masalah yang ingin dia pendam sendiri, pada akhirnya diketahui juga oleh Alexsa. Walau dia tau dia tidak bisa menyembunyikan apapun dari Sang sahabat sekaligus ibu sambungnya itu.

Salena hanya tertunduk kaku, dengan isakan tangis. Aksi itu berhasil membuat Alexsa semakin yakin dengan kecurigaannya selama ini.

"

I'm crazy about you, Uncle DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang