Bab 14

1.1K 26 0
                                    

Sejak saat itu Hans dan Alexsa seakan jarang bertemu, bahkan Hans memang sangaja seperti menghindari sang istri, karna kejadian tempo hari membuatnya malu setengah mati serta canggung, ketika beradu pandang dengan sang istri.

Tidak ada lagi takut akan gosip para art, karna Hans memilih kamar lain untuk tempatnya istirahat.

Sementara Alexsa malah bingung dengan sikap Hans. Bukankah setelah kejadian waktu itu hubungan Mereka akan membaik. Dan besar kemungkinan dia akan memiliki seutuhnya sang suami. Tapi kenapa dia merasa saat ini Hans menatapnya dengan jijik. Dan juga pria itu memang sengaja menghindarinya.

Sementara Salena hanya bisa menyaksikan kebisuan antara Hans dan Alexsa sang sahabat, tanpa ingin mencapurinya. Walau bagaimana pun juga itu adalah urusan rumah tangga sang sahabat. Selagi Sang sahabat tidak merasakan luka fisik Salena tidak akan mencampuri urusan pribadi ayah dan ibu tirinya itu. Hingga Alexsa sendiri yang akan memintanya nanti.

*

*

*

Enam bulan berlalu.

Hari ini Alexsa dan Salena akan berangkat berpisah kekampus. Karna jadwal Mereka yang berbeda, Alexsa ada jadwal pagi, dan Salena ada dijadwal siang.

Seperti gadis lainnya, Salena mengulur waktu untuk bangun. Dia masih betah di kasur yang empuk melanjutkan dunia mimpinya.

Saat ini Alexsa tengah menghidupkan motor matic yang telah lama tidak dia gunakan itu. Ntah kenapa motor itu malah merajuk, tidak mau hidup sama sekali. Padahal bahan bakar full.

"Ayoo lahh sayangg.. kita sudah telat. Maafin aku yaahh.. karna telah mengabaikan kamuu.. jangan ngambek yukk.." ocehnya merayu.

Sementara Hans akan memasuki mobil mewah yang telah terparkir dihalaman. Dia berjalan menuju mobil sembari mengobrol dengan orang lain melalui ponsel. Tanpa sengaja dia menoleh kearah Alexsa.

Menghentikan percakapan, dan menyapa sang istri.

"Motor kamu kenapa?" Tanya Hans dengan nada yang lembut.

Alexsa terkejut bahkan seperti biasa dia akan terpaku menatap sang suami.

"Ya ampun.. mimpi apa guee disapa om ganteng pagi ini.." batinnya girang.

"Mogok omm, ngak tau deh kenapa. Padahall bahan bakarnya penuh."

Hans mendekat dan mengecek motor yang telah menjadi mulanya percakapan mereka setelah sekian bulan.

"Biar saya cek." Secepat kilat Alexsa menyingkir.

Dengan tekun Hans menyalakan mesin motor dengan mengunakan tombol stater dan juga menggunakan pedal engkol, tapi sang motor tak kunjung hidup. Hingga pada akhirnya dia menyerah.

"Sepertinya motor ini harus dibawa kebengkel saja.. ntar suruh pak Ujang aja yang bawa.." ucapnya berlalu tanpa menoleh Alexsa.

"Trus gimana Alexsa kekampusnya omm?" Ucapan itu berhasil menghentikan langkah kaki Hans.

" Emangnya sahabat kamu kemana?" Tanya Hans tanpa menoleh.

"Dia masih ngebangkong om!"adunya.

"Iss anak gadis inii.. sampai kapan dia akan berubah!" Desis Hans yang mengerti akan tabiat sang anak gadisnya.

"Memangnya dia ngak kekampus?"

"Ngak! Dia masuk siang, om."

"Ohh, ya udah.. ntar saya suruh pak Ujang ngantar kamu kekampus. Sama mobil lainnya." Ucap Hans sembari meraih pintu mobil.

I'm crazy about you, Uncle DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang