Bab 58

988 19 2
                                    

"Terimakasih sayang.. mas sangat puas." Hans membenamkan ciuman didahi sang istri yang saat ini basah karna keringat.

Alexsa tak sanggup lagi jika harus membalas ucapan sang suami. Dia hanya mengangguk.

Hans memasukan sanga istri kedalam pelukannya, mengambil selimut untuk menutupi tubuh polos mereka.

Saat ini mereka masih mengatur nafas yang masih memburu akibat permain yang ntah berapa ronde mereka lakukan.

" Mas ingin memiliki empat anak lagi" ucapan Hans dengan tatapan ke langit-langit kamar.

"Hah!?" Sontak Alexsa kaget dong.

"Kenapa? Kaget gituu?" Dahi Hans berkerut menatap Alexsa

"Empat mas? Gimana adek ngelahirinnya mas?" Protes Alexsa dengan raut wajah yang tidak bisa diartikan.

Hans tertawa kecil merasa lucu, kembali membenamkan ciuman dipuncak kepala sang istri.

"Ya satu tahun, satu anak sayang.."

"Gimana ceritanya mas? Masa setiap tahun adek harus mengandung dan melahirkan?" Kali ini Alexsa mendongakan wajah menatap tajam sang suami.

"Ya tinggal mengandung, lalu melahirkan." Jawab Hans tanpa dosa.

"Ngak bisa, adek maunya jarak anak kita lima tahun!" Ucap Alexsa tanpa mau diganggu gugat.

"Kelamaan sayang, mas keburu jadi kakek-kakek." Rengut manja Hans.

Alexsa pun membenarkan ucapan Hans, " Gimana kalau hanya memiliki dua anak? Pasti keburu tu.."

"Kamu berusaha bernegosiasi sama mas?" Dahi Hans berkerut, sambil menahan tawa.

"Bukan begitu maksudnya mas."Alexsa merasa seba salah.

"Ngak mau dek, pokonya mas mau punya anak empat dari rahim adek."

"Kok mas ngotot sih mas, masa iya kita harus debat tentang anak.. adek bukan masalah dua atau empat anak mas. Hanya saja adek ngak bisa bayangin jika harus hamil dan melahirkan dalam waktu yang dekat, Adek ngak sanggup mass.."

"Adek takut jika sering melahirkan?" Tanya Hans serius.

Alexsa mengangguk kaku. " Hmm baiklah." Hans menampungkan tangan menghadap keatas langit- langit kamar. Alexsa yang bingung hanya mengikuti gerakan suami, tanpa sadar dia juga menengadahkan tangan keatas.

"Ya Allah.. berikanlah istri hamba melahirkan sekali dengan empat orang anak, kasian dia ya Allah tidak sanggup harus keseringan melahirkan."sudut mata Hans melirik Alexsa yang juga menampungkan tangan keatas, ingin rasanya meledakan tawa, tapi dia tahan. Karna mengganggu sang istri menjadi kebiasaan baginya mulai sekarang.

"Ya Allah kabulkan lah doa kami.. Aaminn.." Hans pun mengusap wajah diikuti dengan sang istri.

"Apa kah adek senang?"

"Ya begitu lebih baik, jika sekali melahirkan empat anak itu sangat baik." Ucap Alexsa dengan senyum licik.

"Perasaan mas mulai ngak enak dengan senyuman Adek."

"Hehehe.. adek hanya melahirkan mas, tapi mas yang jaga ketika adek sama Salena menghabiskan uang mas.." Alexsa tertawa ala wanita licik dalam sinetron di logo ikan terbang.

"Kenapa mas jadi terjebak dengan ucapan sendiri ya dekk?" Ucapnya pasrah.

"Makanya jangan sembarangan berdoa mas, sekali kejadian baru tau.." Alexsa kembali tertawa.

Niat menjahili sang istri malah dia yang saat ini ditertawakan. kasian sekali kamu Hans.

*********************

Keesokan harinya.

Karna kemarin Alexsa tidak pulang maka dia mengganti dengan hari ini untuk menemani Salena ke Mal untuk berbelanja, karna mereka akan pulang ke tanah air sore ini. Jika Hans tidak ada pekerjaan hari ini maka sudah pasti mereka akan pulang pagi tadi ketanah air.

Walau saat ini Alexsa telah menjadi ibu sambung Salena. Tidak ada yang berubah di dirinya. Dimana dia yang antusias dengan benda yang akan dibeli sang sahabat. Dia tidak biarkan Salena memilih benda, pakaian atau apapun itu yang dibeli. Karna dia yang bertindak untuk hal itu. Itu sesuatu yang paling disukai Salena. Alexsa selalu bisa memilih sesuai seleranya.

"Sepertinya belanjaan kita sudah banyak, tapii kenapa kartu ini tidak ada habis isinya ya Sal?" Alexsa menatap Black card yang dia pegang.

Salena terkekeh. " Bun, jangan polos kali napaa?"

"Emang nya kenapa? Gue ngak terlalu polos kok, buktinya gue udah pernah tu non, mantap-matap." Jawab Alexsa jutek.

Seketika Salena terdiam, jika tidak mengingat ini di Mal, sudah pasti gadis itu akan balas ucapan Alexsa dengan yang lebih membuat Ibu sambungnya itu semakin kesal.

"Jangan ngambek Bun, itu Black card Bun, Tanpa batas, jadi jika bunda beli mal ini sekali pun, pasti cukup bahkan juga akan berlebih." Alexsa pun terkejut mendengar ucapan Salena.

Dia memang pernah membaca disetiap novel online jika Black card itu tanpa batas, tapi dia tidak menyangka itu hanyalah tulisan semata. Dan tidak ada di dunia nyata.

Sekaya apa sih sang suami, hingga bisa memberikannya Kartu jajan tanpa batas? Sayang nya Alexsa tidak menyadari kekayaan sesungguh nya sang suami. Bahkan dia juga tidak tau sang suami terbilang terkaya no Tiga di dunia.

"Udahh.. jangan difikirkan, ayo kita pulang. Pasti papa udah nungguin kita." Salena meraih tangan Alexsa dan membawanya pergi dari sana.
Sementara belanjaan mereka di bawa oleh sopir.

Berjalan sambil bersenda gurau melirik kiri dan kanan sekedar mencari objek untuk candaan, sampai pada akhirnya mata Salena pun terhenti di suatu tempat. Dimana dia melihat sosok pria yang dia cintai bersama wanita lain tengah makan siang bersama.

Sedikit kecewa telintas diwajahnya. Karna sebelum mereka pergi ke Mal Salena menghubungi Justin terlebih dahulu, ingin mengajak dengan kekasih serta. Tapi Justin menolak dengan berkata kurang enak badan dan tidak ingin kemanapun hari ini.

Merasa Salena menghentikan langkah Alexsa pun melakukan hal yang sama. "Kenapa berhenti non?" Tanya Alexsa heran.

Tersentak dengan ucapan Alexsa membuat Salena sedikit kagok. " Hmm.. ngak papa, ayok jalan.." ajakannya berusaha tersenyum, sedangkan fikiran nya entah melayang kemana-mana. Entah mengapa akhir-akhir ini dia merasa jika Justin mulai menjauhinya.

Sebenarnya Salena hendak bercerita kepada sang ibu sambung tapi dia tidak ingin Alexsa terbebani oleh masalahnya. Karna saat ini Alexsa baru mendapatkan hasil dari buah kesabarannya selama ini. Memilih menyimpan untuk sementara waktu barulah dia akan berbicara nanti.

Sorenya mereka pun kembali pulang ketanah air, butuh waktu belasan jam untuk mencapai tujuan menggunakan jet pribadi milik sang suami. Jika mereka menaiki pesawat umum, sudah pasti memakan waktu puluhan jam, karna harus berhenti dibeberapa titik untuk transit.

Karna mereka memang berangkatnya sore, besar kemungkinan akan tidur dijalan. Langsung saja Hans menyulap kursi menjadi tempat tidur yang bisa di huni dua orang. Dia paham kedua gadis kesayangannya itu pasti akan tertidur karna lelah seharian berbelanja.

Malam ini Alexsa mengabiskan waktu bersama Salena untuk berbincang, dapat dilihat Hans istri dan anak sangat lah akur dan juga bahagia, senyum yang diterbitkan dibibir Salena bisa dipastikan Hans jika dia sangat bahagia memiliki ibu sambung sesosok Alexsa sang sahabat.

Tidak berniat menggangu akhirnya Hans memutuskan mengotak Atik laptopnya. Memilih melihat pekerjaan menghilangkan kebosanan. Walau suasan rame akibat tawa candaan dua wanita yang ada dihadapannya itu, tidak membuyarkan konsentrasinya.

Hingga tak beberapa lama kemudian dia tidak lagi mendengar suara. Melirik sekedar ingin mengetahui apa yang terjadi. Pria itu tersenyum ketika mendapati kedua wanita yang disana telah tertidur lelap dengan posisi antah berantah.

Mendekat dan membenarkan posisi tidur mereka dengan benar, kecupan lembut dia berikan untuk sang anak gadis. Kemudian kecupan singkat dibibir dia berikan untuk sang istri.

"Semoga kalian selalu bahagia, dan kompak seperti ini.." gumamnya kemudian menyelimuti dua tubuh wanita yang dia cintai itu. Hans pun kembali duduk di kursi yang dia gunakan sebelumnya. Dan memfokuskan diri kelayar leptop seperti sebelumnya.

I'm crazy about you, Uncle DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang