Bab 53

1.1K 23 1
                                    

Malam hari di Apartemen Hans.

Suasana ramai Hans mengadakan pesta ultah pernikahannya yang ke satu tahun.

Awal nya Alexsa menolak untuk merayakan Karan dia rasa nanti akan berjalan agak aneh didepan banyak orang tentunya hadis itu akan malu. tapi Hans mengatakan jika nanti malam pasti apa yang Alexsa rasakan saat ini akan hilang seketika karan itu normalnya.

Tadinya Hans berniat makan malam romantis sambil meminta maaf pada Alexsa untuk merayakan Aniversary mereka, tapi berhubung mereka sudah baikan. Hans memutuskan akan mengadakan acara itu di apartemennya sekalian mengundang para tetangga sebagai perkenalan sang istri baru pada mereka.

Sebelum acara dimulai dan para tamu undangan belum hadir, seseorang hadir terlebih dahulu Dangan digandeng Salena menemui sang ayah.

" Pahh.. kenalin, ini.." seketika Hans memasang wajah datar.

"Mau ngapain dia kamu bawa kesini!?" Ucapnya bernada dingin.

Salena mendegup kerongkongannya. Begitu juga dengan Justin yang dia bawa. Menunduk kan wajah sambil meraih tangan Justin agar mengikuti geraknya. Tapi Justin bukan lah pria pengecut dia tetap menatap sang calon ayah mertua dengan gagah.

"Om saya Justin ke.."

"Saya tidak peduli siap kamu! Yang pasti saya tidak suka dengan kamu!!" Ketus Hans dengan sombong.

Justin yang tadinya hendak mengulurkan tangan bersalaman, mengurungkan niatnya kembali dia menarik tangannya perlahan.

Salena masih tertunduk dengan jantung yang berdegup kencang. Disaat yang bersamaan Alexsa datang.

"Eh ada Justinn.." bergerak maju dan mempersilahkan pria itu duduk.

"Ayo duduk, Salena ambilkan minuman buat Justin."

Tapi tidak ada yang beranjak dari tempat mau Justin atau pun Salena. Bahkan Hans menatap tajam.kearah Justin.

"Mas cemburu dengan kekasih anak mas sendirii?" Tanya Alexsa berhasil membuat wajah Salena berdiri tegak seketika dia menatap sang ibu sambung dengan tegang. Sedangkan. Justin hanya bisa mengikuti gerakan mata Salena.

"Maksud Bundaa, papa udah tauu?" Tanya Salena penasaran.

"Iyaa.. tadi aku yang bilang sama Papa kamuu." Jawabnya tanpa dosa.

"Ahh.. kamu ngak seru dekk, mas kan mau buat ala ayah kekasih yang jutek ketika bertemu dengan kekasih anaknya.." Hans pun duduk menyusul sang istri.

"Mana bisa disamain mas.." dahi Alexsa berkerut.

"Ayo sini duduk, kita bicara.." ucap Hans ramah.

Salena dan Justin saling melempar pandang, merasa lega Karan ketegangan yang berlalu sejenak tadi.

Duduk saling berhadapan tapi tetap saja Hans menatap Justin ada rasa bersalah didirinya, Karna berapa kali dia memukul pria muda itu.

"Maafin om, karna telah salah paham.." ucapnya merasa bersalah.

Tentu Justin kaget, dia tidak menduga Hans akan melakukan itu. Sebelumnya Hans selalu memukulnya setiap bertemu.

"Andai Salena mengatakan, jika kamu adalah kekasihnya.. mana mungkin om akan salah paham sama kamu.." terkekeh mengingat kekonyolannya Telah mencemburui Justin.

"Ngak papa omm.. nama nya juga salah paham.." Justin menjawab sambil tersenyum.

Andai Hans tau apa yang dilakukan Justin adalah perintah dari Sanga anak, apalah pendapatnya.

Salena hanya tersenyum kaku sambil menatap dua orang yang berbincang dihadapannya itu

"Papa ngak marah, Salena punya kekasih?" Tanya Salena dengan ragu.

"Ngapain papa marah sayang, papa kenal siapa Justin. Papa dan ayahnya berteman baik. Kami pernah berniat mejodohkan kalian, tapi tetap tidak ada pemaksaan didalamnya."

Terkejut tak percaya, tentu itu yang dirasakan Salena. Tapi Justin terlihat santai saja.

"Apa kamu juga mengetahui itu..?" Tanya Salena penuh selidik pada Justin.

"Iyaa.. sudah lama.. tapi aku baru tau anak teman papa itu adalah kamu, ya baru beberapa hari ini.. dua hari yang lalu papa mengirimkan foto kamu ke aku.." tutur Justin jujur.

"Kalau kamu mas?" Tanya Alexsa penasaran.

"Ya Mas udah lama tau nya dekk, makanya mas sedikit kecewa ketika Justin selalu bertemu dengan adek, disitulah mas beranggapan kalian punya hubungan."

"Dan Papa cemburu kan?" Tebak Salena berhasil membuat mereka semua diam, dan menatap horor padanya.

"Jangan liatin aku kaya gituu.. itu sangat menyeramkan." Cicit Salena tertunduk.

Sungguh ucapan Salena dengan raut wajah seperti itu berhasil meledakan tawa semua orang, teasuk juga Justin, dia hanya bisa tersenyum kecut.

"Jadii, apa kata papa kamu Justin? Kapan pertunangan kalian digelar?" Tanya Hans mulai fokus.

"Papa sih, mau secepatnya om. Justin sih ikut aja.." balas Justin tanpa adanya ketegangan seperti tadi.

"Harus cepat diikat, jika tidakk.. ntar Salena berubah haluan.." ledek Hans hingga berhasil membuat Salena merajuk.

"Pa'paa.." rengek manjanya.

Hans hanya terkekeh melihat raut wajah Salena yang cemberut.

"Bundaa.. liat tuhh papa.." adu Salena minta dukungan.

"Udah deh mass.. jangan digangguin terus ngapa, kan kasian.."

"Hehehe.. papa bercanda sayang."

Mereka semua tertawa renyah sambil menunggu para tamu datang, mengobrol menambah kehangatan pertemuan Justin dan Hans.

Tadi nya justin berfikir, Hans pasti akan menolak nya tapi kenyataannya berbeda, pria itu malah menyambutnya dengan hangat. Ya walau ada ketegangan yang sengaja dibuat Hans diawal tadi.

Tak lama kemudia para tamu datang dengan kado ditangan hingga akhirnya Unit yang ditempati Hans penuh didatangkan para tetangga.

Layaknya perayaan lainnya mereka juga memotong tumpeng karna ngak mungkin juga kan mereka tiup lilin kaya anak TK.

Saling suap- suapn dengan mata berbinar dan senyum merekah, Salena yang melihat itu menitikan air mata.

"Kenapa menangis sayang?" Tanya Justin menyadari keadaan Salena.

"Ini air mata bahagian Yank, aku sangat senang melihat bunda dan papa bisa berbaikan, liat senyum mereka.. sangat menyiratkan kebahagian." Mata Salena masih betah menatap kedua orang tuanya. Sedangkan Justin menatap gadis situ dalam.

"Itu semua berkat kamu sayang, Andai kamu tidak bertindak membuat papa cemburu, pasti mereka belum tentu akan seakur ini.." sambungnya lagi.

"Jangan memuji sayang, aku rela melakukan apapun demi kebahagiaanmu. Ya contohnya inii.. kamu bahagia melihat mereka bahagia." Sambung Justin

Salena mengalihkan tatapan padanya. Menatap pria tampan itu dengan dalam.

"Andai kita bersama nantii.. apakah kamu akan mengkhianati kuu? Seperti pa'paa?" Menatap Justin dengan dalam, begitu juga dengan pria itu.

"Aku bukanlah Alexsa yang sabar menunggu papa menyadari perasaannya.. mungkin saja aku akan nyerah ditengah jalan.."

"Apa yang kamu katakan sayang, apakah hubungan kita semenjak SMA tidak ada artinya bagimuu? Apakah aku pernah melirik wanita lain?"

"Itu benar, tapi kita tidak tau apa yang akan terjadi esok, bisa saja aku yang berpaling dan mungkin juga kamu yang berpaling.."

Ucapn Salena sungguh tidak masuk akal bagi Justin pria itu mendekap gadis itu kedalam pelukannya.

"Jangan terlalu banyak berfikir, aku tidak akan meninggalkan muu dalam keadaan apapun." Salena hanya menerbitkan senyum getir. Seolah tidak percaya dengan ucapan Justin.

I'm crazy about you, Uncle DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang