Seperti rencana mereka, Saat ini Hans dan Alexsa telah duduk di atas pesawat. Ternyata Hans telah membohongi Alexsa, mereka bukan lah keluar kota. Melainkan keluar negri dimana undangan yang diterima Hans adalah dari rekan kerjanya, dan acara pesta pernikahan, anak mereka diadakan disalah satu hotel ternama di Swiss.
"Omm, kita benaran ke Swiss?" Alexsa ingin meyakini dirinya bertanya pada sang suami, karna saat ini dia melihat undangan yang ada ditangan.
"Iya." Jawab Hans tanpa dosa. Lagi-lagi pria itu memfokuskan diri kelayar laptop.
"Tapii.. kok om ngak bilang sih?" Protes Alexsa tak terima.
"Sengaja... Jika saya katakan lebih awal, pasti kamu menolak. Salena bilang kamu paling benci dengan negri Swiss, karna cuaca yang sangat dingin."
"Tapii.. paling tidak berusahalah berterus terang omm.."
Hans menghentikan. Gerakan tangannya mengalihkan tatapan pada sang istri.
"Jika saya katakan? Apakah kamu setuju mau ikut?" Tanya Hans serius
"Haaaa.. tentu sajaa saya tidak mau ikutt.. Swiss sangat lah dingin om.. gimana saya bisa hidup disana...? Hiks..hiks..hikss.." rengek lebai Alexsa.
"Kenapa kamu mengis, tidak ada yang meninggal jika berkunjung ke Swiss!! Hanya karna kedinginan!" Ketus Hans kesal. Sungguh tingkah Alexsa sangat berlebihan menurutnya.
"Haaa..aaa.. aku mau pulangg.." rengeknya berlebihan.
"Kenapa kamu berlebihan, bukan hanya Swiss yang memiliki cuaca dingin masih banyak tempat lain yang dingin dan bersalju."
Alexsa tak peduli pada ucapan Hans, yang pasti dia masih saja merengek lebai, dia masih bersikeras ingin pulang.
"Diamlah Alexsaaa.. sungguh saya sangat terganggu dengan rengekan kamu ituu..!!" Kesal Hans kehabisan akal.
"Kenapa bukan Tante Anita saja yang om bawaa? Kenapa harus akuu..? aku mau pulang omm.. tolonglah .. pulangkan akuu.." rengek nya menghiba.
Hans semakin kesal, beruntung mereka menaiki kendaraan pribadi hingga tak ada orang lain yang melihat tingkah lebai Alexsa. Hans memilih diam karna Salena sebelumnya pernah mengatakan pasti Alexsa akan bertingkah berlebihan karna merasa dibohongi, tapi nanti dia akan diam sendiri. Jadi Hans tidak menghiraukan apapun rengekan Alexsa.
Sementara Alexsa masih saja ngedumel sambil sesekali menoleh kearah jendela yang saat ini terlihat hamparan awan putih disana. Karna Meraka saat ini tengah berada diatas langit yang tinggi.
"Ayah.. ibuu.. tolonglah anak lah anak mu ini. Bawalah aku pulangg.. hiks..hikss.." rengek nya terus menerus.
Lama-lama Hans juga terganggu. Pada Akhirnya dia membentak Alexsa.
"Jika kamu masih saja merengek. Jangan salah kann! Jika saya akan membuangmu keluar sanaa!!" Bentak Hans dengan tegas. Hal itu berhasil membuat Alexsa bungkam. Mendengar bentakan Hans saja telah membuat dia takut, apalagi Membayangkan dirinya dilempar keluar saja sudah cukup membuat dirinya membeku dan menelan semua rasa kuatir nya ketika berada di Swiss nanti.
Suasana mendadak diam, tidak ada lagi ocehan dari Alexsa. Hans mencoba melirik dengan ekor matanya, sekedar ingin mengetahui saat ini wanita dihadapannya itu sedang baik-baik saja, karna sudah satu jam dia tidak mengeluarkan suara.
"Ternyata tidurr.." bisik Hans dengan senyum tipis. Sungguh saat ini Hans merasa sedikit tenang, tidak ada lagi keributan seperti tadi yang membuat dia tidak fokus.
" Kenapa bocil ini yang menggantikan posisimu Hanna? Ini sangat lucu.. aku merasa telah merawat dua orang anak gadis.." kekehnya dalam hati.
Hans sedikit melonggarkan tempat duduk yang digunakan Alexsa agar menjadi sebuah tempat tidur, dan Alexsa bisa berbaring dan menyelimuti sang istri dengan selimut yang telah tersedia.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm crazy about you, Uncle Duda
RomanceAlexsa seorang gadis remaja seperti gadis lainnya. dia juga menyukai lawan jenis. tapii.. ntah mengapa hatinya tertambat duda tampan. usia pria itu kisaran 45 tahun karna ketampanannya usia tua tidak terpancar diwajahnya, karna diliat dari wajahnya...