71 : PLEIN DE CONFIANCE

190 17 3
                                    

Helios kembali ke kamar setelah merencanakan sesuatu bersama Lauren

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Helios kembali ke kamar setelah merencanakan sesuatu bersama Lauren.

Disana ia melihat Rosaline tengah duduk termenung diatas ranjang dengan jendela yang terbuka dan membuat rambut panjang istri nya itu menari-nari.

"Apa yang kau lakukan?" Helios berjalan untuk menutup jendela lalu ikut duduk di sebelah Rosaline. "Apakah ada sesuatu yang menganggu mu?" tanya Helios sembari menggengam erat tangan Rosaline.

"Hari ini ada pamflet baru yang dibagikan, disitu tertera bahwa Aragorn melakukan tugas kenegaraan untuk berkunjung ke Mapleqeaf, aku berpikir apakah aku harus menemui nya atau tetap bersembunyi? Namun bukan itu yang membuat perasaan ku gundah." Rosaline menatap Helios dengan dalam.

"Lalu apakah itu?"

"Kau akan pergi ke Tirion bersama Lauren de Linbergh? Maaf aku tidak sengaja mendengar."

"Aku baru ingin mengatakan ini kepada mu. Lauren de Linbergh ingin membantu ku membalas kan dendam sebab ia pun merasakan bahwa Duncan de Linbergh adalah orang yang berbahaya. Putri nya bersama Astoria, beserta Garret suami dari mendiang Astoria tewas di tangan Duncan."

"Mengapa kau ingin pergi kesana? Apa kau tega meninggalkan ku sendiri disini? Caerios, dia masih membutuhkan ayah nya disini. Dan kau lihat― putra atau pun putri mu masih berada disini." Rosaline menggerakkan telapak tangan Helios ke perut nya. "Disana adalah wilayah yang berbahaya."

"Rosaline dengarkan aku― aku melakukan ini untuk mu dan anak-anak kita. Aku sudah bersumpah untuk membawa kalian semua ke tempat semestinya beserta hak-hak ku... Bukankah kau sudah bilang percaya padaku? Lalu mengapa tiba-tiba?" Helios resah karena Rosaline merubah pendapat nya.

"Maaf, aku hanya terbawa suasana. Tapi jujur saja semakin aku menghabiskan waktu bersama mu, semakin aku tidak ingin kau meninggalkan ku."

Helios memeluk Rosaline dengan erat, "Bertahun-tahun aku merencanakan ini dan sekarang adalah saat nya. Aku akan kembali untuk mu lalu kita akan pindah ke rumah sesungguhnya..."

Tanpa sadar air mata Rosaline menetes.

"Aku tercipta dalam waktu untuk mengisi waktumu, aku juga selalu mengoreksi diriku setiap waktu, dan seluruh waktu dalam hidupku ku gunakan untuk mencintaimu. Ketika semua terasa hilang dan sendiri dan kau tidak tahu harus bagaimana, lihatlah ke dalam hatimu dan akan nampak suatu tempat yang istimewa dan aku akan ada di sana. Sebelum aku bertemu denganmu, aku tidak pernah tahu bagaimana rasanya tersenyum tanpa alasan. Sekarang kau ada di sini, aku pikir seluruh hidupku akan jatuh ke tempatnya―" Helios memberikan kecupan di dahi, pipi, serta bibir Rosaline secara bergantian.

Rosaline melerai pelukan mereka lalu menghela nafas kasar. "Kau adalah alasan aku percaya pada keajaiban."

Helios tersenyum manis kepada Rosaline. Istri nya itu tampak cantik ketika sedang kesal.

"Aku ingin mengambil minum." Rosaline bangkit dari ranjang untuk mengambil gelas berisi air di atas meja yang tak jauh dari sana.

Tiba-tiba Helios memeluk nya kembali dari belakang.

"Lepaskan!" Rosaline berusaha melepaskan pelukan erat Helios.

Helios mengesampingkan rambut Rosaline ke sisi kiri lalu dikecup-kecup nya leher jenjang milik istri nya itu.

"Apa maksudnya ini?" tanya Rosaline yang seketika menghilangkan kekesalannya.

Senyum Helios nampak mencurigakan.

"Tunggu sebentar." Rosaline menghentikkaan aksi suami nya itu dengan membekap mulut nya.

Helios kebingungan lalu menyingkirkan dengan lembut tangan Rosaline dari mulut nya, "Ada apa?"

Rosaline menatap Helios kembali dengan lekat. Satu tangan nya menyentuh rambut, hidung, pipi, serta rahang Helios secara bergantian. "Mata biru seperti samudra yang terhampar luas, alis tebal, serta rahang tegas milikmu benar-benar sangat indah. Bagaimana bisa aku bertemu dan memiliki seorang pria berparas rupawan seperti mu? Perasaan ini makin dalam, ketakutan makin sering menghampiri. Aku takut kau meninggalkan ku."

"Aku akan kembali. Aku akan kembali ke dalam dekapan mu, lalu kita akan bebas dari semua ini, kemudian kau dan aku akan hidup bahagia selamanya sampai anak-anak kita membangun keluarga yang lain, bahkan sampai dunia akan berakhir. Aku berjanji... Aku berjanji..."

"Jiwa ku sudah terbakar untuk mu, aku tidak tahu apa yang harus ku lakukan jika benar-benar kehilangan dirimu. Memikirkan nya saja aku tidak sanggup." Rosaline menghela nafas, tenggorokan nya terasa tercekat.

"Kau melupakan sesuatu sayang-ku? Bagaimana dahulu aku berusaha menyembunyikan perasaan untuk mu dan memilih mencintaimu dalam diam? Dahulu aku mencoba melupakan perasaan itu tetapi hati ku terus bergejolak. Berusaha mati-matian diriku menganggap itu hanyalah perasaan yang lewat saja namun aku tetap tidak bisa mengontrol nya― ku buktikan bahwa hidup dan mati ku hanya untuk mu Rosaline."

Situasi tampak sedikit tegang. Baik Helios atau pun Rosaline, kedua nya tampak berkaca-kaca seolah rasa cinta yang tidak ada habis nya itu menggebu-gebu.

"Kau bertanya lagi padaku hari ini betapa aku mencintaimu. Tapi, bagaimana aku bisa menjawabnya?  Bagaimana cara menggambarkan perasaan itu? Mengetahui bahwa bahkan di kehidupan lain, tubuh dan pikiran lain, aku akan selalu memilihmu. Aku akan selalu bersama mu, dimana pun kita berada. Hati dan jiwa kau dan aku sudah tererat selamanya, Rosaline."

"Maaf, harusnya aku tidak terlalu terbawa emosi karena sejak awal aku sudah mengetahui tujuan mu ini. Maaf Helios..." Rosaline tersenyum kecil kepada Helios sembari memainkan jemari-jemari suami nya itu.

"Tidak apa, aku memahami perasaanmu. Perasaan cemas bagaimana jika kita ditinggalkan oleh orang yang dicintai walaupun hanya sebentar dan juga peran kita sebagai orang tua― Untuk berada dalam ingatan anak-anak, baik kau dan aku bukankah harus berada dalam kehidupan mereka selamanya?"

Rosaline mengangguk paham, "Cepat lah kembali. Setidaknya kau harus menemani ku untuk melahirkan bayi-bayi ini." Rosaline sedikit tertawa.

"Aku berjanji, aku berjanji."

Helios menyatukkan dahi nya pada dahi Rosaline.

Deru nafas kedua nya tampak terdengar sangat jelas.

"Bahkan kehidupan yang bahagia tak akan pernah lepas dari kesedihan."

Helios menutup kedua bola mata nya untuk mencium bibir Rosaline dengan lembut, begitu pun Rosaline yang mengikuti pergerakan Helios.

Lambat laun ciuman berubah menjadi sedikit agresif namun tidak kasar.

Waktu berlalu dengan cepat ketika dua insan itu menghabiskan kebersamaan dengan gairah yang membara.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
~~~~~~~~~~
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Next?

Jangan lupa vote + komen + share!🤍

Kesabaran kalian besar kan karena ngikutin cerita ini?😭

Honestly, aku pengen buru-buru nulis story baru, but kesibukan di rl gabisa ditinggal😓🙏

@N.Z.K

ENOUMENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang