2. Olimpiade

66 14 0
                                    

Setelah mendapat beberapa wejangan dari kedua orang tuanya, Deva kemudian berangkat sangat pagi dari sekolahnya karena jam masih menunjukkan pukul 5 pagi. Perjalanan dari desa ke sekolah tempat diadakannya olimpiade menempuh waktu lebih dari 3 jam yang mengharuskan Deva serta guru pembimbingnya berangkat sangat pagi, sedangkan olimpiade dimulai pukul 9.15 pagi dan semua peserta harus hadir paling lambat 15 menit sebelum acara dimulai.

Sebelum berangkat Santi sempat memberikan uang saku pada Deva dengan harapan itu akan cukup untuk putranya. Deva adalah satu-satunya perwakilan dari sekolahnya.

Masih ada waktu sekitar 30 menit sebelum acara dimulai ketika tim Deva sampai tempat tujuan dan sebelum itu guru pembimbing Deva sempat menawarkan makanan untuk Deva meski satu jam yang lalu mereka juga sudah sarapan.

"Deva mau makan lagi?" Tanya pembimbing Deva.

"Enggak pak, tapi Deva ingin ke toilet, sudah kebelet dari tadi"

Sang pembimbing panik dan langsung mengantarkan Deva pergi ke toilet. Takut jika Deva pergi sendirian nanti akan tersesat sebab saat ini sedang berkumpul banyak sekali siswa-siswi dari berbagai sekolah dan bisa di lihat jika sekolah Deva adalah sekolah paling rendah.

"Sudah?" Tanya guru pembimbing ketika Deva keluar dari bilik kamar mandi.

"Sudah pak" Deva menunjukkan satu jempolnya tanda ia sudah menuntaskan urusannya.

Pelaksanaan olimpiade tingkat SD diadakan di salah satu auditorium yang berada di timur sekolah yang jaraknya lumayan jauh dari lapangan.

Saat sampai disebelah auditorium terdapat ruangan teater yang dipenuhi oleh siswa SMP dari berbagai sekolah yang ikut olimpiade dan ruangan itu akan digunakan sebagai seleksi. Sedangkan untuk tingkat SMA diadakan di auditorium bagian selatan sekolah.

"Kerjakan semaksimal kamu aja, jangan merasa tertekan ok" guru pembimbing Deva memberikan nasihat sebelum Deva masuk ruangan.

Tes seleksi memakan durasi 60 menit dan hasilnya akan di umumkan 60 menit kemudian untuk peserta yang lolos tahap berikutnya.

Waktu masih berjalan 40 menit namun salah satu siswa SMP sudah keluar ruangan seleksi dan dari seragamnya ia adalah tuan rumah diadakannya olimpiade saat ini.

Orang yang baru saja keluar itu adalah Ayden. Merasa penasaran dengan seleksi tingkat SD, Ayden mengintip dari jendela dan matanya langsung tertuju pada Deva yang tengah serius mengerjakan soal dan tidak lama setelahnya Deva menyerahkan lembar jawabannya paling awal diantara peserta lainnya.

"Gimana tadi, Deva ada kesulitan buat mengerjakannya?" Tanya guru pembimbing sesaat setelah Deva keluar ruangan.

"Tadi Deva sempet salah hitung beberapa kali sih pak, karena angkanya terlalu besar terus ada satu soal yang kita bahas cuma sekali untungnya Deva cepat ingat" Deva menjelaskan apa adanya, namun bagi beberapa orang yang sedang menunggu anak didik mereka kagum.

"Kalau gitu, setelah pulang dari sini kita bisa pelajarin lagi supaya Deva bisa lebih paham dengan soalnya" ujar guru pembimbing Deva dan diberi anggukan antusias Deva. Pembimbingnya saat ini bukanlah guru di sekolah Deva melainkan seorang tutor yang biasa mendidik anak untuk mengikuti olimpiade yang sengaja sekolahnya panggil untuk mengajarkan Deva secara maksimal.

Setelah menunggu sekitar satu jam para peserta bisa mengetahui apakah mereka lolos dalam tahap selanjutnya.

Rian, guru pembimbing Deva tengah mencari apakah Deva masuk ke dalam daftar nama peserta selanjutnya atau tidak. Rian mencari nama Deva di mulai dari kolom paling bawah dan belum juga menemukan nama Deva tercetak membuatnya menipiskan harapan jika Deva lolos dan ketika Rian sudah sampai pada kolom ketiga terdapat nama yang diharapkannya yaitu Devananta dari SDN Bina Bakti dengan perolehan nilai hampir mendekati sempurna. Rian tidak menyangka jika Deva akan berada diurutan ketiga.

"Deva gak lolos ya pak, seharusnya tadi Deva jangan langsung kumpulin dulu tapi di periksa lagi jawabannya" suara Deva terdengar lesu dan sendu. Hal itu membuat Rian tersadar dari keterkejutannya.

"Kamu lolos, kamu lolos Deva selamat ya bapak bangga sama kamu" Rian menepuk kepala Deva bangga.

Deva terlihat sangat senang mendengar jika ia lolos ke tahap berikutnya. Kegiatan keduanya tidak luput dari pandangan salah satu peserta yang memakai seragam SMP.

"Kita cari tempat buat makan sama istirahat sambil nunggu acara dimulai lagi" Rian mengajak Deva meninggalkan ruang auditorium untuk mencari tempat istirahat.

Acara akan kembali dimulai setelah makan siang untuk peserta yang lolos dan untuk peserta yang gugur akan langsung kembali ke sekolah mereka masing-masing.

"Deva, mau telepon orang tua kamu buat kasih tau kalau kamu lolos?" Tanya Rian setelah mereka mendapat tempat untuk istirahat. Mereka beristirahat di taman sekolah yang memiliki nama 'taman belajar'.

"Tidak usah pak, nanti Deva aja yang kasih tau bapak sama ibu" tolak Deva.

"Ya sudah, kita makan saja, Deva mau makan apa?"

"Emm, yang murah aja pak takutnya uang Deva gak cukup, kayak mahal mahal disini" Deva menyusuri area sekolah dengan matanya dan yang terlihat semua yang ada di sekolah sangat mewah dari gedung, taman, lapangan bahkan saat ia baru sampai gerbang luar sudah terlihat mewah.

"Kami ikut aja biar bisa pilih, bapak takut gak sesuai sama lidah kamu"

Rian membawa Deva ke kantin setelah berpesan pada sopir yang mengantarkan mereka untuk menjaga tempat mereka.

"Deva pilih mau makan apa, ada nasi goreng, mie ayam, bakso, siomay, dimsum, soto, sop ayam, ayam goreng, ayam bakar, iga bakar banyak pilihannya" Rian menyebutkan satu satu menu yang ada di kantin yang baru sebagian Rian sebutkan.

Deva melihat stand-stand makanan yang gurunya sebutkan dan di setiap stand sudah terdapat list menu beserta harganya. Deva sangat terkejut saat melihat harga makanan yang ada di kantin sekolah dengan yang paling murah yaitu siomay yang persatuannya seharga 19 ribu.

"Mahal mahal semua pak, saya cuma punya uang 50 ribu" Deva berbisik pada Rian yang ditanggapi dengan senyuman.

"Gak apa-apa pilih aja, nanti bapak yang bayar, gimana kalau mie ayam, disini enak banget tau mie ayamnya" Rian membawa Deva ke stand mie ayam saat Deva belum membalas ucapan Rian.

Deva merasa sungkan saat melihat harga mie ayamnya, mie ayam di kantin itu memiliki 4 varian harga, mei ayam biasa 87, mie ayam pangsit 98, mie ayam bakso 110, dan mie ayam pangsit bakso 136.

Rian memesan mie ayam pangsit bakso 3 porsi dan 3 botol air mineral setelah menawari apa yang ingin diminum oleh Deva. Botol berwarna biru dan terdapat bunga berwarna merah, Deva baru pertama kali lihat air mineral yang seperti itu.

Acara dimulai tepat pukul 1 siang. Deva merasakan gugup yang lebih besar dibandingkan saat pagi tadi.

"Jangan takut, Deva sudah hebat bisa sampai sejauh ini" Rian memberikan Deva semangat saat melihat Deva terlihat begitu gugup.

"Fighting" tangan Rian mengepal tanda memberi semangat sebelum Deva masuk ruangan.

Pukul 4 sore olimpiade selesai. Perlombaan olimpiade ini memang diadakan hanya sehari. Juara pertama semuanya diraih oleh Imanuel school, tuan rumah diadakannya perlombaan olimpiade.

Imanuel internasional school adalah sekolah elit yang hanya bisa dimasuki oleh orang-orang yang berkuasa dan memiliki kemampuan. Mempunyai uang belum tentu bisa masuk ke sekolah itu jika tidak memiliki kemampuan akademik maupun non akademik. Kalangan paling rendah di Imanuel school adalah anak selebritis.

Deva membawa pulang piala dan menduduki posisi ketiga. Meski merasa sayang namun Deva senang bisa membawa pulang piala.
.
.
.
.
.

Fun fact: Rian adalah alumni Imanuel school, makanya Rian seperti sangat hapal dengan sekolah itu. Rian aku buat sebagai npc tapi juga karakter yang agak penting karena akan disebut beberapa kali kedepannya.

The Real HeirsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang