Damian kembali lagi ke perkebunan keesokkan paginya, namun ia tidak menemukan anak-anak yang bermain kemarin. Sepertinya mereka semua masih sekolah, pikirnya.
Dan selama menunggu, Damian sibukkan dengan menyelesaikan pekerjaannya dibawah pohon tempat Deva dan Ayden duduk waktu itu.
(Dibawah pohonnya itu ada semacam dipan atau tempat tidur yang terbuat dari bambu, aku gak tau namanya apa).
Tanpa terasa matahari sudah naik sampai atas kepala, dan benar saja anak-anak itu datang lagi, tapi kini mereka membawa layangan masing-masing.
Damian menghentikan pekerjaannya dan membereskannya lalu dimasukkan kedalam mobil.
Damian mendekati anak-anak itu lagi dengan membawa minuman dan snack-snack ditangannya yang ia beli tadi sebelum datang ke perkebunan.
"Saya boleh ikut"
Ah, rupanya suara Damian kembali mengagetkan mereka. Kenapa orang ini tidak ada suaranya saat berjalan, pikir mereka. (Mereka ini dalam konteks anak-anak ya).
"Boleh" Deva mengangguk setelah menetralkan keterkejutannya.
"Bagaimana cara bermainnya?" Tanya Damian karena sebenarnya tidak tau bagaimana caranya bermain layang-layang.
"Om pegang layangannya, nanti biar aku yang terbangin. Liat teman aku yang pegang layangannya" Deva menginstruksikan Damian, lalu menunjukkan teman-temannya untuk memberitahu caranya sebab ia juga bingung bagaimana menjelaskannya.
Damian yang melihat anak yang membawa layangan mudur mulai mengikutinya.
"Cukup?"
"Sedikit lagi"
Beberapa langkah kebelakang Damian lakukan lalu berhenti dan menatap Deva dengan tatapan 'sudah cukup?".
"Sedikit lagi-" Damian mundur lagi mendengar instruksi Deva.
"-stop" lalu berhenti juga karena instruksi Deva.
"Angkat layangannya om" pinta Deva yang dituruti oleh Damian.
Dalam hitungan ketiga Deva, layangan mulai ditarik dan diterbangkan.
Saat Deva masih menyeimbangkan layangannya, seorang gadis kecil datang menghampiri Deva yang juga membawa layangan.
"Kakak Deva, bantu Cika telbangkan layang-layang juga" ucap Cika yang tadi menepuk pinggang Deva untuk memberitahu kedatangannya.
"Tunggu sebentar ya Cika, kakak Deva seimbangkan layang-layang punya kakak dulu" Deva berkata dengan lembut.
Interaksi Deva dan Cika tidak luput dari pandangan Damian.
Setelah layang-layang Deva tenang, kini giliran Deva akan menerbangkan layang-layang milik Cika.
"Cika pegang, terus bawa sampai sana" Deva menginstruksikan pada Cika. Cika yang sudah biasa ikut menerbangkannya mengangguk patuh.
Setelah berhasil menerbangkan layangannya, Deva menaruh gulungan benang dari kaleng dan menimpanya dengan beberapa batu agar tidak terbang terbawa angin.
"Deva udah belum?" Teriak salah satu anak yang berjongkok beberapa meter dari tempat layangan diterbangkan.
"Sudah" Deva mendekat sambil mengeluarkan plastik bening yang berisi kelereng.
Damian yang melihat anak-anak itu hanya menggelengkan kepalanya, tidak ada habis-habisnya permainan mereka.
"Om, sapa?" Cika bertanya saat disebelahnya berdiri orang asing yang baru pertama kali ia lihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Real Heirs
Fiksi UmumIni hanya tentang Devananta dan kisahnya Meski sampulnya historical tapi isi ceritanya modern kok