Dylan dan Ayden sudah sampai di perkebunan milik mereka, ralat perkebunan milik putra kakak pertamanya.
Perkebunan itu menghasilkan sayuran yang akan didistribusikan ke supermarket-supermarket besar yang sudah menjalin kerjasama.
Ayden keluar dengan muka bantalnya. Selama diperjalanan Ayden tertidur sebab mereka berangkat pukul 4 pagi dan sampai pukul 8. 4 jam perjalanan yang melelahkan namun terbayarkan ketika melihat pemandangan indah dan udara yang masih sejuk.
Di area perkebunan sudah terlihat para pekerja tengah bersiap untuk pulang sebab pekerjaan mereka baru saja selesai.
"Mereka sudah selesai bekerja?" Tanya Ayden melihat para pekerja meninggalkan tempatnya satu-persatu.
"Kamu terkejut?" Bukannya menjawab sang ayah malah bertanya.
"Ya sedikit, karena selama yang aku tau bekerja itu selesai sore hari, mereka mulai jam berapa jika jam segini sudah selesai?"
"Jam 3 pagi-" jawaban Dylan membuat Ayden semakin terkejut "jika masa panen mereka akan mulai bekerja jam 3 pagi agar bisa mempertahankan kesegaran sayurannya"
Ayden memisahkan diri dari Dylan, untuk melihat-lihat sekitar perkebunan yang sudah sangat lama tidak dirinya kunjungi.
Sampai disekitaran tempat para pekerja beristirahat, Ayden mendengar suara anak kecil. Apa mereka memperkerjakan anak kecil juga, pikirnya.
"Kenapa kesini tidak main saja?"
"Teman-teman belum ada yang pulang sekolah, jadi tidak ada yang bisa diajak bermain"
Mencari sumber suara Ayden melihat seorang anak yang tidak asing, dirinya melihat anak itu kemarin.
"Dia peserta itukan!" Gumamnya.
Tanpa sadar Ayden mendekati anak itu dan membuat anak itu mengalihkan pandangannya saat ada yang datang.
"Ada yang bisa dibantu nak?" Tanya Santi. Yang dihampiri Ayden adalah Deva yang menyusul orang tuanya ke kebun.
"E-eh, tidak, saya kesini untuk menghampiri dia" Ayden berkata gugup, Ayden tidak sadar jika ia berjalan mendekati Deva.
"Deva kenal orang ini nak?" Tanya Santi.
"Tidak" Deva menggeleng.
"Saya lihat kamu kemarin di Imanuel school" pernyataan Ayden membuat Deva melebarkan matanya terkejut, entah terkejut kenapa.
"Kakak sekolah disana?" Tanya Deva.
"Iya" Ayden mengangguk dua kali.
"Tapi aku gak lihat kakak"
"Saya ada di ruangan sebelah, dan waktu itu kamu masih berada di ruangan"
"Berarti kakak kelas SMP ya?"
Ayden mengajak Deva ke tempat lain agar mereka bisa berbincang lebih luas tentunya setelah Deva diizinkan oleh Santi. Yang berkerja di kebun saat ini hanya Santi, sedangkan Dayat sedang ada pekerjaan lain.
"Kakak kenapa kesini kan jauh sekali?" Deva bertanya. Orang kota biasanya datang ke desanya untuk berlibur, namun mereka akan langsung pergi ke hotel bukan ke kebun sebab di kebun ini hanya para pekerja saja yang boleh masuk sedangkan kebun untuk wisatawan sudah ada tempat tersendiri.
"Aku sedang menemani ayah bekerja"
"Loh, ayahnya kakak kerja di sini, kerja apa, aku sering kesini siapa tau aku tau orangnya"
"Ayahku hanya sesekali datang, pekerjaan utamanya di kota"
Dylan melihat putranya sedang bersama seorang anak yang sepertinya penduduk setempat, ia sering melihatnya beberapa kali dari jauh saat datang kesini namun tidak pernah melihat wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Real Heirs
Tiểu Thuyết ChungIni hanya tentang Devananta dan kisahnya Meski sampulnya historical tapi isi ceritanya modern kok