9. Kite & Accident

16 9 3
                                    

Happy reading!!!


"Deva, bapak sama ibu pergi dulu, kemungkinan sore baru pulang. Tapi kalau sampai malam bapak sama ibu belum pulang Deva ke tempat mang Baron ya" pesan Dayat.

Deva dengan berat hati melihat Dayat dan Santi pergi, entah kenapa perasaannya tidak enak. Ingin melarang orang tuanya pergi tapi bagaimana dengan hasil panen mereka yang jika tidak segera dijual akan menurunkan kualitasnya bahkan akan ada yang busuk.

Dayat dan Santi tengah bersiap akan pergi untuk menjual hasil panennya ke pasar yang lebih besar. Disana sudah ada pengepul yang biasa untuk menjual hasil panen mereka. Sebenarnya di desa mereka juga ada pasar, namun tidak besar dan mereka tidak bisa menjualnya dalam jumlah banyak.

Niat awal, Dayat dan Santi ingin menghabiskan waktu dengan Deva, namun Dayat baru teringat saat hendak tidur jika hari ini akan menjual hasil panennya.

Dayat dan Santi belum menceritakan tentang Damian pada Deva, mungkin akan mereka ceritakan saat keduanya pulang dari menjual hasil panen.

.
.
.
.
.

Sesuai taruhan kemarin, anak-anak yang kalah bermain bola membawa bahan untuk membuat layang-layang. Ada yang membawa benang dan gunting, membawa bambu yang sudah dipotong menjadi bagian sekecil lidi, ada yang membawa lem dan ada yang membawa kertas minyak warna-warni.

"Anak-anak, kalian bisa buat layangannya disana, tapi ingat jangan merusak tanaman!" Seorang mandor dari perkebunan menyuruh anak-anak desa itu ke tempat tidur yang ada dibawah pohon dalam kebun.

Mereka berseru terimakasih, sebelumnya mereka bingung ingin membuat layang-layang dimana. Jika membuat di lapangan banyak debu yang berterbangan yang akan mengenai mata mereka nantinya.

"Disini adem banget" seru salah satunya setelah mereka sampai. Tempat itu memang teduh karena dipayungi pohon yang cukup besar.

Mereka mulai membuat layang-layang, ada yang hanya satu warna atau menggunakan warna kombinasi dua atau lebih warna. Mereka juga ada yang membuat tambahan variasi untuk ekor layang-layang nya atau tanpa variasi apapun. Semuanya dengan semangat membuat layang-layang milik masing-masing termasuk Banu dan Farhan yang juga ikut membuat layang-layang meski keduanya tidak ikut bertaruh kemarin.

"Kakak Deva, Cika mau warna pink ya layang-layang nya" tidak ketinggalan gadis kecil, Cika juga ikut.

"Iya, nanti kakak Deva buatkan" Deva membalas permintaan Cika sambil masih fokus dengan layang-layang miliknya.

Mereka membuat layang-layang hingga dari siang sampai sore hari dan akan mereka mainkan keesokkan harinya setelah pulang sekolah.

Sesampainya Deva di rumah ternyata orang tuanya belum pulang. Deva kemudian mandi sembari menunggu orang tuanya. Namun hingga hari semakin sore orang tuanya tidak kunjung pulang.

Baron mendatangi rumah Deva dan mengajak untuk menunggu di rumahnya sesuai amanah dari Dayat dan Santi.

"Deva, tunggu di rumah mamang aja yuk" ajak Baron.

Deva mengikuti Baron di belakangnya. Rumah Baron dan rumahnya hanya melewati satu rumah. Baron adalah orang tua Banu bersaudara. Keluarga Dayat dan keluarga baron sangat dekat seperti saudara, itulah kenapa Deva dititipkan di rumah Baron dibanding tetangga sebelah atau depan rumahnya.

Tidak lama Deva berada di rumah Baron, ada seseorang menggedor pintu rumah Baron secara kasar dan berteriak.

"Gak sopan kamu gedor-gedor rumah orang sambil teriak-teriak begitu" sentak Baron begitu membuka pintu.

"Maaf mang, tadi saya habis ke rumah mang Dayat buat cari Deva tapi gak ada, biasanya Deva disini" ucap pemuda itu panik.

"Kenapa kamu cari Deva?" Tanya Baron masih dengan nada kesalnya.

The Real HeirsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang