MENERIMA KENYATAAN

291 54 21
                                    

Ayah dan Ibu Rony sedang berdiri menunggu dokter keluara dari ruang operasi, Rony kembali harus melakukan operasi untuk mengangkat kangker yang sudah menyebar. Perasaan semua cukup khawatir namun juga lega akhirnya Rony mau ikut melakukan operasi dengan runtut tanpa penolakan apapun. Berjam-jam menunggu, akhirnya operasi selesai dan berjalan lancar.

"Alhamdulillah, operasi berjalan lancar" ujar dokter Axel.

"Alhamdulillah..." jawab ayah dan ibu Rony bersamaan penuh haru.

"Kita akan menunggu Rony sadar, setelah semua membaik maka Rony bisa melakukan perawatan di rumah dan pemeriksaan secara rutin" ujar dokter Axel yang dibalas anggukan bahagia oleh kedua orang tua Rony.

Setiap hari sekarang lebih mudah untuk Rony dan keluarga, rasa khawatir yang dulu selalu mencekam mulai sirna perlahan. Mereka semua diselimuti rasa syukur, namun hati Rony masih resah akan kenyataan yang mungkin akan dia terima setelah ini. Setelah sekian lama perawatan, akhirnya Rony kembali pulang ke rumah.

"Akhirnya pulang juga" sebuah suara terdengar.

"Al... Sendiri aja?" tanya Rony yang sedang duduk di kursi ruangan perawatannya. Dia menunggu Arya yang sedang mengurus segala adminstrasi.

"Iya... Aro lagi ke luar kota, aku mu antar kamu pulang. Ibu dan Ayah mu lagi buat selamatan di rumah" jawab Alya.

"Berlebihan banget sih... " seru Rony.

"Gak lah, namanya juga rasa syukur kamu sembuh".

"Iya...oh.. iya..mumpung kamu disini, aku butuh penjelasan soal semuanya. Selama ini aku diem tapi bukan berarti aku lupa".

Alya sedikit khawatir, selama ini dia selalu menghindar untuk membahas soal apapun yang mungkin akan mengganggu kondisi Rony, tak hanya itu Arya pun sudah wanti-wanti untuk menjaga omongan, dia bahkan melarang orang lain termasuk Mawar untuk menjenguk Rony agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.

"Kita pulang dulu kali ya ...." jawab Alya.

"Al mau sampek kapan kalian selalu menutupi kenyataan, aku bukan orang bodoh. Selama ini aku diam karena aku tak ingin membuat kalian khawatir tapi aku juga berhak tau. Ini sudah hampir berbulan-bulan, dan aku sudah sehat Al" Rony ngotot dan memaksa Alya untuk bicara. Tiba-tiba Arya datang memotong pembicaraan mereka.

"Apa yang mau kamu tau?" seru Arya.

"Kak,,,".

"Biar aku yang urus Al".

Alya mengangguk, dia duduk disamping Rony berusaha tenang.

"Kasih tau aku, kemana Nabila selama ini dan siapa yang sudah mendonorkan sumsum tulang pada ku?" tanya Rony dengan wajah serius nya. Arya menarik nafas panjang memulai berbicara.

"Hem... Aku juga gak bisa menyembunyikan ini terus menerus. Soal Nabila aku gak tau, Alya mungkin nanti bisa menjelaskan pada mu. Tapi kalau soal pendonor maaf Ron aku tak bisa berbuat apa-apa. Saat itu aku hanya punya satu pilihan, dan kamu tau pasti siapa pendonornya".

Rony tertunduk lemas, dia menghempas tubuhnya ke sofa dan menutup muka dengan kedua tangannya. Sebenarnya dia sudah menyangka hal yang paling dia takutkan ini akan terjadi, tapi dia juga tak kuasa menghindarinya. Untuk orang tua dan kakaknya hanya hal itu yang bisa mereka lakukan dan Rony pun paham. Jika Rony ada di posisi mereka maka hal itu pun akan menjadi pilihan.

"Ron....." Alya menenangkan Rony dengan mengelus bahunya.

"Aku bisa apa... Oke... Terus Nabila, dia tau soal ini? Kemana dia sekarang?".

Jantung Alya berdegup kencang, keinginannya untuk jujur menggebu-gebu namun dia juga tak ingin ingkar pada Nabila. Nabila telah membuatnya berjanji untuk tak mengatakan apapun. Alya mengatur deru dadanya dan mulai merangkai cerita, dia berharap Rony akan percaya padanya.

CINTA PERTAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang