KEBENARAN

805 86 15
                                        

Perlahan semua berputar seperti semula walau terkadang Rony dan Nabila di landa rasa canggung tapi hubungan mereka mulai normal layaknya seorang teman, mungkin tidak sehangat dulu namun mereka bisa berbicara normal saat bertemu. Ternyata berdamai dengan keadaan namun tak memaksa perasaan membuat mereka hidup lebih tenang dan menjalani semua dengan lebih lapang.

"Sayang nanti sore ke rumah Mawar jangan lupa" seru Ibu Rony.

"Iya Bu" jawab Rony.

Hari ini hari peringatan 40 hari kematian Mawar. Rony dan keluarga diundang ke rumah untuk pengajian bersama, Rony juga turut sibuk mempersiapkan acara tersebut mengingat Mawar adalah istrinya walau hanya dalam satu hari.

Rony dan keluarga bersiap berangkat ke rumah Mawar, tiba di sana mereka melaksanakan acara dengan hikmat tak ada kendala dan do'a berlangsung dengan khusus'. Selesai acara ayah dan ibu Rony masih berbincang dengan orang tua Mawar. Rony memilih berkeliling di sekitar rumah dan tak sengaja bertemu dengan satpam dan asisten rumah tangga yang sedang berkumpul untuk membereskan tempat.

"Pak, saya bantu ya" ucap Rony begitu ramah.

"Gak usah den, biar kami saja, Aden pasti capek mulai kemaren sibuk" jawab salah satu ART disana.

"Gak kok buk".

"Wah.. den Rony baik sekali, pantas sekali banyak yang suka dan sayang sama den Rony" ujar satpam memuji Rony.

"Gak lah pak...Saya cuman cowok biasa, bukan artis".

"Ah... Den Rony merendah. Non Mawar aja sayang banget sama den Rony sampek donorin apa sudah lupa" lanjut ART itu lagi.

"Sumsum tulang belakang...Eh..tapi jangan salah. . Itu juga karena cewek berhijab dulu itu yang mohon-mohon ken non Mawar" lanjut satpam itu dengan begitu meyakinkan.

"Brak,," karpet yang Rony pegang terlepas mendengar itu, dia terbelalak dan kepalanya penuh pertanyaan.

"Maaf pak, perempuan berhijab?" tanya Rony ragu.

"Iya den.. saya ingat betul itu, kasian sih enengnya itu... Hujan-hujan basah kuyup nangis mohon-mohon sama non Mawar. Dulu saya mau bantu enengnya ngasih handuk atau apalah tapi non Mawar gak izinin. Astagfirullah... Maaf bukan mau mengungkit kejelekan almarhum cuman memang kejadian itu saya inget banget den. Beruntung sekali dicintai perempuan yang tulus den" ucap satpam yang bercerita tanpa beban dan rasa bersalah, sedang hati Rony sudah bergemuruh.

Jantung Rony berdetak sangat cepat, kenyataan yang dia dengar kali ini membuat dia merasa bodoh. Kakinya bergetar seolah tak mampu menopang tubuhnya, dia tergugu tak mampu berucap walau sebenarnya dia ingin sekali bertanya lebih banyak tentang kejadian itu. Dia berpaling dan langsung berlari pergi dengan mobil tanpa pamit. Dia menyetir mobil dengan begitu kencang, orang pertama yang ada di kepalanya adalah Arya, dia yakin jika Arya tahu masalah ini.

"Assalamualaikum, dimana sekarang" masih dengan laju mobil yang kencang Rony menelfon Arya.

"Waalaikumsalam, di rumah sakit seperti biasa. Ada apa Ron?".

"Tunggu aku di situ, jangan kemana-mana" ucap Rony yang langsung menutup telfonnya.

Dengan pikiran yang kacau dia terus menyetir dan sampai di rumah sakit. Dia turun dari mobil berlari ke ruangan Arya. Di depan pintu dia berdiri mengatur deru jantungnya yang sudah tak karuan, perlahan membuka pintu dan menatap Arya yang sedang duduk santai di kursinya.

"Ron...ada apa?" tanya Arya tanpa tahu apa yang terjadi pada Rony. Rony melangkah gontai.

"Jelasin ke aku, kenapa Mawar tiba-tiba mau mendonorkan sumsum tulang belakang. Dia sudah menolak melakukan itu sebelumnya" suara Rony berat, Arya yang mendapat pertanyaan itu sontak membeku, lidahnya kelu, dan jantungnya seakan ingin melompat.

CINTA PERTAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang