Malam menjadi begitu hening, denting jam dan suara angin terdengar jelas di teling Nabila yang masih saja belum bisa memejamkan matanya. Dia duduk sendiri ditemani suara lantunan lagu yang sengaja dia putar untuk menemaninya. Lamunannya berkelana memikirkan banyak hal yang terus saja memenuhi isi kepalanya.
"Kakak bakalan baik-baik aja kan aku tinggal beberapa waktu" gumamanya pada diri sendiri sambil memandangi potret suaminya. Rony sendiri masih belum pulang dari kesibukannya, sore tadi dia memberi kabar jika akan ada pekerjaan yang mengharuskan dia pulang larut malam. Nabila mencoba sedikit menerka apa yang mungkin akan dia lalui nanti tanpa Rony. Memikirkan nya saja terasa menyesakkan, namun tekatnya juga begitu besar untuk pergi melanjutkan study yang tak banyak orang bisa mendapatkan kesempatan ini.
Cukup lama dia terdiam, suara mobil yang dia kenal terdengar tiba di depan rumah, wajah Nabila yang terlihat kusut karena memikirkan ini dan itu segera dia rubah menjadi wajah ceria penuh dengan semangat. Dia beranjak dari tempat duduk, tak lupa berkaca menatap wajahnya sendiri memastikan bahwa wajahnya bisa membuta suaminya yang letih bahagia disambut olehnya.
"Assalammualaikum" ucap Rony.
"Waalaikumsalam" Nabila berhambur meraih dan mencium punggung tangan Rony. Rony pun membalas dengan mengucup kening Nabila.
"Kok gak tidur duluan?" tanya Rony sambil merangkul Nabila.
"Suami ku belum pulang, jadi gimana bisa aku tidur".
"Sayang, kan aku dah bilang gak papa kamu tidur duluan kalau aku gak cepet pulang, kamu kan pasti capek" ucap Rony lembut.
"Itu dia masalahnya, aku gak bisa tidur kalau gak di samping kamu" jawab Nabila manja.
"Hem.. masak sih.. harus terbiasa tauk, bulan depan dah harus berangkat loh". Nabila tertegun mendengar itu, dia menghentikan langkahnya dan melirik Rony tajam.
"He... maaf...maaf" ucap Romy menyadari perangai Nabila yang mulai terlihat mengerikan buat Rony.
"Kakak nyebelin deh... ini mu nyindir apa gimana sih?".
"Ha..ha.. gak sayang gak gitu. Cuman kan ada benernya juga. Bulan depan kamu berangkat, aku gak bisa nemenin kamu, ya paling cuman beberapa kali. Jadi kamu harus terbiasa, karena aku gak mau kamu kecapeaan karena gak istirahat dengan baik" Rony menarik tubuh Nabila mengahadap padanya. Dengan tatapan teduh yang biasa Rony suguhkan, Nabila kembali luluh dengan segala hal yang ada pada diri Rony.
"Hem... iya..iya.. bisa gak kita bahas yang lain. Aku lagi gak punya tenaga buat bahas itu" ucap Nabila manja.
"He.. iya maaf...maaf.. ngomong-ngomong aku belum makan, mau gak temenin aku makan?".
"Siap suami ku, aku dah siapin kok. Aku dah punya firasat sih kalau suami ku itu belum makan".
"Wah.. istri ku memang sangat pngertian" ucap Rony mengelus kepala Nabila.
Rony membersihkan dirinya sedang Nabila menyiapkan makan di ruang makan. Setelah Rony selesai dia bergabung bersama Nabila di ruang makan. Mereka makan dengan santai berdua sambil bercerita kegiatan mereka seharian ini.
Keesokan harinya Nabila dan Rony mendapat hari libur yang sama. Nabila menyiapkan sarapan di dadapur bersama bibi, dia membiarkan Rony untuk kembali istirahat setelah solat subuh karena Rony belum sempat istirahan semalam.
"Bi, aku bangunin Kak Rony dulu ya buat sarapan".
"Oh.. iya Nak. Bangunin dulu" ucap bibi.
Di kamar Nabila melihat Rony yang masih terlelap, dia mendekati Rony dan duduk di pinggir kasur.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA PERTAMA
Ficción General"Beri sedikit keberanian untuk perlahan terbang bebas tanpa mendengar prasangka yg menghimpit dada. Melangkah tanpa resah mendengar bisik yg memilukan. Dan atau duduk tenang tanpa gundah akan desakan banyak hal" Sepenggal kisah tentang gadis yang hi...