KEMBALI TANPA KABAR

376 48 4
                                    

Rembulan sedang bersinar terang, musim hujan sudah melewati masanya. Jakarta kembali hangat walau malam hari. Sudah setahun lebih Nabila berkutat di Jakarta, belum juga dia memiliki kesempatan untuk pulang walau lebaran. Bukan hanya soal jarak tempuh, biaya untuk pulang ke Aceh juga tak murah belum lagi kegiatan kuliah yang bejibun kadang membuat Nabila sedikit frustasi. Sama halnya malam ini, dia masih duduk memperhatikan laptopnya di kampus dengan beberapa mahasiswa kedokteran yang lain.

"Mungkin gini ya?" tanya Anggis. Nabila masih melamun dengan tetap memandang laptopnya.

"Heh... Anda ngelamunin apa. Ini udah mau Isyak. Kalau kamu terus ngelamun ne tugas gak kelar Nabila" Nabila terkejut, dia kembali memfokuskan fikirannya.

"Yah... Sorry...sorry... Udah kok ini. Dah bener. Kita tinggal kirim aja ya".

"Elah neng... Aku tau ne ya kamu mahasiswa kesayangan semua dosen.. tapi Bil itu jelas-jelas kamu nulis foot note nya salah. Ini ne kalau resep obat, pasien mu bakalan makin sakit Sik Bil" seru Anggis.

"Astagfirullah... Nauzubillah yabkok gitu Sik ngomongnya ya udah maaf ini ku perbaiki".

"Astaga cewek Aceh ini kenapa ya? Kamu lagi kenapa?" tanya Anggis. Nabila hanya menggelengkan kepala dan kembali menyelesaikan tugasnya dengan cepat.

"Sipp beres, ku kirim ya" jawab Nabila penuh semangat.

"Terserah dah. Jadi kamu kenapa?" Anggis kembali bertanya pada Nabila.

"Gak papa Gis, lagi capek aja" jawab Nabila santai.

"Boong banget... Mana ada Nabila capek ma belajar, kak Rony ngilang lagi?" Anggis mencoba menebak.

"Apaan coba. Aku cuman kangen ma Abi dan umma Gis".

"Hem.. bener kan tebakan ku. Ku heran ma kamu tuh. Betah banget perasaan HTSan. Mu sampek kapan, aku juga heran ma Kak Rony, kalau suka kenapa gak ngomong aja gitu loh, pake acara sering ngilang gak ada kabar lagi" Anggis terlihat gemas pada sahabat nya ini. Dia salah satu orang yang tau persis bagaimana hubungan Nabila dan Rony yang tak jelas tapi saling membutuhkan.

"Ngomong apaan sih Gis, aku ma Kak Rony temenan biasa. Kita juga bukan satpam yang harus lapor 1x24 jam" Nabila berusaha mengelak.

"Terserah deh, kalian berdua itu batu gak bisa dikasih tau. Awas aja ya nanti sakit hati".

"Ih... Kok gitu Sik ngomongnya. Jangan gitu dong. Lagian kamu tau sendiri kan jurusan kita ini dah kayak kerja rodi. Mana sempet mikirin kayak gituan, kak Rony juga dah mu ngurus KKNnya, belum proposal dan skripsi nya. Jadi ya wajarlah kita sama-sama sibuk gak ngasik kabar".

"Iya..iya... Aku cuman gak mau kamu sakit hati nantinya. Aku tau kamu tuh sibuk banget, belum lagi tuntutan beasiswa, dan kamu juga sering diminta jurnal plus jurusan kita memang benar-benar menyita hampir seluruh waktu kita. Tapi Bil, sekedar saran, kalau memang gak ada hubungan apa-apa dan gak ada niatan untuk dibawa kemana hubungan kalian, ada baiknya kamu jaga jarak. Aku takut efeknya buruk" Anggis menasehati, Nabila tertunduk. Entah mengapa dia sangat bodoh tentang hal samacam ini.

"Nabila, liat aku. Mau gak jujur ma aku. Kamu suka sama kak Rony?" tanya Anggis. Susana menjadi agak serius.

"Gis, apaan coba. Dah yuk kita pulang. Tugas kita udah. Udah kita kirim juga, yang lain juga lagi fokus itu kalau kita terus bicara bisa ganggu".

"Jawab dulu Bil".

Nabila kembali duduk diposisi awal mereka bertatapan.

"Gis, jangan dipaksa dong. Aku sendiri bingung aku suka apa gak ma kak Rony".

"Ya Allah Bil, mang kamu gak pernah gitu suka sama cowok?" Anggis memukul keningnya karena kelakuan sahabatnya ini.

"Mana sempat, aku sibuk belajar kalau gak gitu aku gak mungkin dapet beasiswa ini" jawab Nabila.

CINTA PERTAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang