Nabila pernah membaca jika rumah sakit lebih sering mendengar do'a yang tulus dari pada tempat-tempat ibadah, ternyata itu benar adanya, di rumah sakit rintihan lebih sering terdengar beriringan dengan untaian do'a. Pagi ini Nabila menyaksikan bagaimana rintihan tangis itu terdengar memilukan ditelinganya. Di hadapannya kini Nabila melihat seorang perempuan menangis menjerit meratapi kepergian suaminya.
"Seorang dokter akan akan lebih sering melihat pemandangan seperti itu, kamu harus terbiasa" sebuah suara terdengar dari belakang Nabila. Seorang laki-laki ber jas putih itu tersenyum. Wajah yang pernah Nabila lihat saat dia pulang dari rumah sakit bersama Rony.
"Maaf, anda..." seru Nabila.
"Hai Nabila, aku dokter Arya" Arya menjulurkan tangan memperkenalkan diri.
"Masya Allah... Dokter yang malam itu ketemu sama kak Rony kan?" seru Nabila membalas juluran tangan Arya.
"Iya... Kebetulan aku juga pendamping mu selama penelitian mu nanti. Bukan aku aja sih, nanti ada dokter Axel lagi" jawab Arya.
"Ya Allah... Perkenalkan saya Nabila dok. Saya ke sini ingin menunjukkan proposal saya" Nabila terlihat bersemangat.
"Kita bicara di ruangan saya ya" ajak Arya.
Nabila mengangguk mengikuti langkah Arya. Waktu bertemu dengan Nabila malam itu Arya tak begitu memperhatikan wajahnya, benar saja saat ini Arya sadar jika Nabila benar-benar begitu cantik. Jika saja bukan karena Rony, mungkin Nabila akan menjadi perempuan yang dia damba.
"Silahkan duduk Mbk Nabila, Hem.. gimana aku harus memanggil mu?" tanya Arya.
"Cukup Nabila saja dok, gak masalah kok" Nabila sedikit gugup duduk di depan dokter yang cukup hebat. Salah seorang Dokter muda yang cukup memiliki peran penting di rumah sakit besar ini.
"Oke, Nabila. Umur kita gak jauh beda kok. Aku cuman 2 tahun di atas Rony".
"Wah,, hebat di umur segitu sudah jadi dokter hebat.." seru Nabila.
"Alhamdulillah, kamu juga hebat, aku dengar kamu juga masih sangat muda sekarang, dan kamu juga dah mau lulus" lanjut Arya. Nabila mengangguk tersenyum malu.
"Oh... Iya dok. Sejak kapan kenal kak Rony?" Nabila mencoba sedikit berbasa-basi.
"Dari dia orok sih.. aku kan yang nemenin dia main waktu masih bayi?" Arya berusaha berbicara santai.
"Ha..gimana? Kok bisa?".
"Aku kakak sepupu Rony".
Nabila tertegun, pasalnya Rony memperkenalkan dokter Arya malam itu sebagai temannya bukan kakak sepupunya.
"Kakak sepupu, tapi kak Rony bilang temen".
"Ha...temen, wah kurang ajar anak itu gak nganggap saya. Memang perlu dikasih pelajaran" Arya sedikit melucu. Nabila tersenyum melihat tingkah Arya. Nabila bersyukur Arya bukanlah dokter yang kaku dan terlalu serius. Akan sangat melegakan jika dia bisa dibimbing dengan orang yang lebih santai dan menyenangkan. Merekapun melanjutkan perbincangan, Nabila menjelaskan seluruh isi proposalnya dan setelah itu dia diantar menemui pasien yang akan menjadi objek di penelitiannya. Penelitian study kasus merupakan penelitian yang cukup rumit karena harus lebih detail dan merinci, mendapat pendampingan dari Arya membuatnya lega dan percaya diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA PERTAMA
General Fiction"Beri sedikit keberanian untuk perlahan terbang bebas tanpa mendengar prasangka yg menghimpit dada. Melangkah tanpa resah mendengar bisik yg memilukan. Dan atau duduk tenang tanpa gundah akan desakan banyak hal" Sepenggal kisah tentang gadis yang hi...