Langit sedang temaram, orang-orang sudah mempersiapkan diri untuk kemungkinan akan turun hujan. Beberapa lapak pinggir jalan sudah berkemas memasang tenda atau bahkan ada yang yang mencari tempat untuk berteduh. Nabila sendiri masih berjalan dengan santai sepulang dari kampus setelah mengurus semua tugasnya. Bukan jalan yang biasa dia lewati, karena dia masih mampir ke toko buku.
"Yah,,,, aku gak bawak payung lagi, ini kalau hujan gimana yah" gumam Nabila sendiri. Belum sempat dia berfikir ternyata hujan sudah mulai turun, dia kelimpungan mencari tempat berteduh hingga dia memilih untuk masuk ke sebuah cafe.
Dia duduk sendiri sambil memainkan HPnya. Seorang pelayang menyodorkan menu, terdapat menu yang tak pernah gagal menarik perhatiannya. Ice cream vanila stroberi dengan toping yang begitu lezat. Tanpa berfikir panjang dia memesan itu. Beberapa saat fokusnya terbagi saat dia melihat punggung yang familiar bagi Nabila.
"Kayaknya kak Rony deh...Astaga, ne kota sesempit itu ya... Berabe kalau dia liat, aku udah gak angkat telfon dia tadi" gumam Nabila. Dia sedikit merubah arah duduknya agar tak terlihat namun gagal, seorang yang bersama nya mengenali Nabila.
"Ron...Nabila bukan Sik" seru Doni yang saat itu sedang duduk bersamanya. Rony membalikkan badan dan memperhatikan Nabila. Setelah memastikan wanita itu Nabila Rony beranjak dan menghampirinya.
"Lagi mu musuhan apa gimana? Kamu gak angkat telfon ku loh, sekarang tiba-tiba ada di sini" seru Rony.
"We... Kalian ada hubungan apa dah pake acara-acara telfon segala?" tanya Doni yang juga ikut menemui Nabila.
Nabila sedikit menundukkan kepala dan memukul kepalanya sendiri.
"Astaga kenapa ketemu disini sih, hai...kak. kok disini? Hai kak Doni. Lagi ngumpul ya.. lanjut deh, aku gak mau ganggu" Nabila sedikit mengangkat tubuhnya. Niatnya ke kasir meminta pelayang membungkus ice cream yang dia pesan.
"Mau kemana.. duduk.." pinta Rony. Nabila sedikit melirik wajah Rony yang sudah terlihat sangar, dia mengembalikan tubuhnya ke tempat semula. Sebenarnya Nabila sendiri sedang berusaha menjaga jarak dengan Rony. Sudah berbulan-bulan mereka sering komunikasi. Sesekali mereka keluar bersama, namun sampai detik ini Nabila sendiri bingung menamai hubungan mereka itu apa. Kesepakatan untuk menjadi teman rasanya tak masuk di akal. Kedekatan mereka bukan selayaknya seorang teman. Nabila hanya ingin menata lagi hatinya, agar lebih menerima kenyataan jika memang dia dan Rony tak lebih dari seorang teman, dan begitulah akhirnya dia memilih untuk sedikit menjaga jarak.
"Jadi, gak angkat telfon maksudnya gimana?" Rony kembali bertanya.
"Wah kayaknya urusan rumah tangga ni.. kalau gitu aku balik deh" Doni melipir pergi membiarkan keduanya berbicara. Rony duduk di depan Nabila menatap Nabila dengan tajam. Nabila terdiam belum berani menatap Rony.
"Maaf,,, aku barusan ada kuliah kak" jawab Nabila pelan.
"Hari ini kamu gak ada kuliah Nab" Nabila memejamkan matanya mengalihkan pandangan dia merasa bodoh, dia lupa kalau cowok ini hafal dengan jadwalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA PERTAMA
Fiksi Umum"Beri sedikit keberanian untuk perlahan terbang bebas tanpa mendengar prasangka yg menghimpit dada. Melangkah tanpa resah mendengar bisik yg memilukan. Dan atau duduk tenang tanpa gundah akan desakan banyak hal" Sepenggal kisah tentang gadis yang hi...