KHAWATIR

362 49 8
                                    

Anggis terus menjaga Nabila di mobil hingga mereka sampai di Internasional Hospital, rumah sakit terdekat dengan kampus Nabila saat itu. Anggis menggenggam erat tangan Nabila, dia sangat khawatir akan kondisi Nabila. Sebelum masuk ke ruang pemeriksaan Nabila berpesan untuk tak memberi tau siapapun termasuk orang tua Nabila. Sayangnya Arya yang waktu itu sedang bertugas tak sengaja melihat Nabila. Dia langsung mengkonfirmasi keadaan Nabila pada dokter yang menangani, setelah jelas Arya merogoh HPnya untuk menghubungi Rony.

"Lagi dimana?" tanya Arya panik pada Rony.

"Tumben.. ada apa? Ini nunggu klien di kantor sama ayah".

"Nabila di tabrak orang dia ada di rumah sakit sekarang" mendengar itu tubuh Rony seakan di sambar petir. Dia beranjak dan langsung pergi bahkan tanpa mengucapkan apapun pada ayahnya. Ayah Rony sempat memanggil Rony, namun tak ada respon apapun.

Segera Ayah Rony menghubungi Arya, karena sebelumnya dia tau jika putranya ditelfon oleh Arya.

"Assalamualaikum Ar, Rony kenapa. Kenapa dia pergi keliatan panik setelah mengangkat telfon dari mu?" tanya Ayah Rony sedikit panik.

"Waalaikumsalam, oh... Gak om gak ada apa-apa. Salah satu teman Rony kecelakaan. Tapi aman kok om".

"Tapi Rony gak papa kan?" tanya ayah Rony memastikan.

"Gak papa om.. aman".

"Ya udah, titip Rony ya Ar. Assalamualaikum".

"Siap Om.. Waalaikumsalam".

Arya menutup telfon, dia kembali keruangannya untuk melanjutkan pekerjaan. Bagaimana pun dia seorang dokter, dia yakin Nabila ditangani oleh dokter terbaik. Dia sendiri tak bisa menemani Nabila untuk saat ini.

Beberapa saat kemudian, Rony tiba di rumah sakit. Dia berlari ke UGD dengan wajah paniknya. Disana terlihat Anggis yang menunggu cemas di ruang tunggu.

"Gis" teriak Rony.

"Kak .. kakak tau dari siapa?" tanya Anggis.

"Sepupu ku, kebetulan dia kerja disini. Gimana Nabila?".

"Masih di dalem kak, masih diperiksa".

"Kok bisa gini, terus siapa yang nabrak?".

"Aku juga gak tau kak, tadi kejadiannya cepet banget" jawab Anggis.

Di tengah-tengah obrolan mereka seorang dokter keluar, dan menghampiri Anggis.

"Bagaimana dok teman saya?".

"Apa ada walinya?" tanya Dokter itu.

"Saya dok, saya calon suaminya" jawab Rony tegas. Anggis sedikit kaget dengan itu namun dia tak bisa membantah atau melarang Rony, Rony satu-satunya orang yang Anggis percaya untuk menolong Nabila saat ini.

"Gak ada masalah yang serius. Ada dislokasi di pundak pasien karena benturan, cuman tidak memerlukan penanganan khusus. Kita hanya memasang perban elastis agar tak banyak bergerak untuk beberapa waktu. Untuk luka kening, lengan, dan kakinya semua sudah ditangani, untuk sementara sambil kita kontrol perkembangan pasien dirawat di rumah sakit dulu, dan silahkan bisa diurus administrasi nya" ucap Dokter itu. Kekhawatiran Rony mereda, setidaknya tak ada cidera serius yang menimpa Nabila.

"Baik dok.. terimakasih" jawab Rony. Dokter meninggalkan Rony dan Anggis.

"Gis, masuk dan temani Nabila ke ruang perawatan ya, aku urus administrasi dulu" pinta Rony.

"Iya kak" Anggis mengangguk lalu menemui Nabila.

Anggis melihat Nabila masih terbaring lemas. Dia membantu perawat untuk membawa Nabila ke ruang perawatan. Sesekali Nabila merintih kesakitan, Anggis yang disampingnya selalu menenangkan Nabila hingga mereka sampai di ruang perawatan.

CINTA PERTAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang