Dunia Nabila begitu riuh keliatannya namun semakin memasuki ke lubuk hatinya, dunianya begitu sunyi. Keputusan telah diambil, walau berat hidup tetap harus berjalan. Nabila dan Rony sudah memutuskan untuk fokus menjalani hidup masing-masing dan menggapai cita-cita mereka. Walau sesekali mereka bertemu, pertemuan mereka dilakukan atas kepentingan orang lain bukan memaksa ego mereka. Tak dapat dipungkiri memang setiap mereka bertemu ada rindu yang mereka uraikan melalui hal yang sederhana seperti hanya dengan saling memandang atau saling bertegur sapa.
Seperti siang ini, Nabila kembali dipertemukan dengan alasan anak-anak rumah singgah. Guru bantu, Aro, dan Alya tak bisa menemani mereka untuk belajar. Alya menelfon Nabila untuk menggantikannya, Nabila mengiyakan permintaan Alya walaupun badannya kurang sehat. Di tempat lain Aro juga tanpa sepengetahuan Alya meminta Rony untuk menemani anak-anak. Mereka berdua mengiyakan karena kebetulan tidak ada kesibukan.
Saat Rony tiba di rumah singgah, Nabila sudah terlihat menemani mereka belajar dengan riang. Rony terus melihat Nabila karena momen seperti ini adalah momen yang Rony tunggu dan sulut beberapa bulan belakangan ini, bertemu tak sengaja dengan Nabila adalah salah satu do'a yang selalu ia panjatkan. Nabila yang belum sadar akan kehadiran Rony terus mengajar, bercanda gurau, dan tertawa riang sambil menahan sakit dikepalanya. Tubuh Nabila meriang namun dia tetap berusaha terlihat baik-baik saja di depan anak-anak.
Rony memperhatikan dari balik pintu, wajah Nabila tak pernah membosankan untuk dipandang olehnya, suara Nabila yang merdu mampu membuatnya berdiri lama tanpa perduli apapun. Tapi semakin lama Rony melihat, Nabila seperti sedang menahan sakit dan wajahnya seakan pucat. Rony terus saja memperhatikan dengan sedikit khawatir.
"Kak Rony" teriak Dion yang melihat Rony sedang berdiri di balik pintu, mengintip mereka belajar. Rony terperanjat, dia membuka lebar pintunya dengan keadaan salah tingkah menggaruk kepalanya.
"Hai... Assalamualaikum" sapa Rony melambaikan tangan. Nabila yang sedari tadi menahan sakitnya semakin pusing karena kehadiran Rony. Dia terdiam bingung harus bersikap seperti apa. Ini bukan keli pertama mereka bertemu setelah keputusan yang mereka ambil, tapi kali ini Nabila benar-benar sedang tidak ingin berfikir terlalu keras karena tubuhnya sedang tak dapat diajak kompromi.
"Gak ganggu kan" tanya Rony.
"Gak..." Jawab anak-anak berhambur memeluk Rony.
"Hai Nab" sapa Rony menghampiri Nabila yang masih duduk terpaku di tempatnya.
"Kakak kesini juga?" tanya Nabila.
"Iya tadi Aro telfon aku, nyuruh aku kesini katanya anak-anak gak ada yg nemenin".
"Oh... Mungkin kak Aro gak tau kalau kak Alya udah nyuruh aku".
"Iya mungkin, Nab kamu gak papa?" tanya Rony yang melihat wajah Nabila semakin pucat.
"Hem... Gak papa" jawab Nabila langsung mengalihkan fokus ke anak-anak. Dia kembali mengajak anak-anak duduk.
Rony dan Nabila mengajar anak-anak bersama. Saat itu Nabila memilih banyak diam untuk menghemat energinya yang mulai terkuras. Dia membiarkan Rony mengambil alih. Tubuh Nabila benar-benar lemas, dia hanya mampu mengangguk dan tersenyum di setiap hal yang terlihat menarik terjadi, sampai anak-anak pulang Nabila masih tetap berusaha untuk menahan sakitnya.
"Nab, aku antar pulang ya?" Rony menawarkan tumpangan pada Nabila. Wajah Nabila semakin tidak terlihat baik-baik aja, pandangannya mulai kabur. Dia tau benar kondisi tubuhnya kali ini benar-benar drop, hanya saja dia tak ingin membuat Rony khawatir. Tapi usahanya gagal, kekuatannya sirna kepalanya seperti dihantam benda keras berkali-kali, jantungnya seakan mau meledak. Nabila menundukkan kepala berusaha mengontrol diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA PERTAMA
Ficțiune generală"Beri sedikit keberanian untuk perlahan terbang bebas tanpa mendengar prasangka yg menghimpit dada. Melangkah tanpa resah mendengar bisik yg memilukan. Dan atau duduk tenang tanpa gundah akan desakan banyak hal" Sepenggal kisah tentang gadis yang hi...