HARI TERAKHIR

351 58 6
                                    

Pagi yang sendu untuk perayaan pernikahan Rony dan Mawar. Setelah pernikahannya Mawar menunjukkan perkembangan buruk, tubuhnya makin lemas. Rony semalaman tidak tidur duduk disamping Mawar setia menjaga istrinya. Dari balik jendela Nabila melihat pemandangan itu, menyakitkan namun begitu melegakan.

"Ron,,," panggil Mawar perlahan.

"Iya... kamu butuh sesuatu?" tanya Rony lembut.

"Boleh gak kamu duduk di dekat ku. Aku pengen duduk dan bersandar pada mu?" pinta Mawar.

"Hem... Kamu kuat untuk bangun?" tanya Rony. Mawar mengangguk lemas.

"Aku panggil perawat dulu ya,,, biar bisa bantu".

Rony keluar, Nabila yang sadar langsung beranjak pergi agar tak terlihat. Beberapa saat perawat datang bersama Rony dan membantu Mawar untuk bisa merubah posisinya lebih terangkat. Rony menopang tubuh Mawar yang sangat lemas.

"Udah nyaman?" tanya Rony.

"Makasih ya, aku beruntung banget memiliki suami seperti kamu".

Rony tersenyum getir, mengelus kepala Mawar pelan yang masih berbalut perban.

"Maafin aku ya, aku membuat kamu menderita" bisik Rony.

"Gak Ron, mengenal mu adalah hal terindah dalam hidup ku".

"Makasih...makasih atas semuanya" Rony mengecup kening istrinya. Mata Mawar terpejam dan tubuhnya tiba-tiba melemas, Rony sedikit melirik wajah Mawar, dia mulai khawatir dengan kepala Mawar yang sudah lemas dan tangan Mawar yang melepas genggamannya. Rony menggeser tubuhnya dan melihat kondisi Mawar.

"Mawar....kamu kenapa?" seru Rony sedikit menepuk pipi Mawar.

"Mawar, jangan buat aku panik" Rony beranjak mengembalikan tubuh Mawar berbaring. Mawar tak merespon sedikit pun, tubuhnya terbujur kaku.

"Mawar...aku mohon... Bangun, jangan seperti ini. Bangun ya" Mawar tetap tak bergerak. Dia menggerakkan semua tubuh Mawar dan terus berusaha membangunkan nya.

"Dokter....dokter...." Teriak Rony. Nabila yang memang dari tadi ada di dekat ruangan Mawar berlari menuju ruangan dengan beberapa perawat.

"Nab...Mawar gak gerak Nab" seru Rony panik melihat Nabila datang. Hati Nabila membeku, dia melihat wajah Mawar yang sudah pucat pasi dengan mata terpejam. Dia segera memasang stetoskop yang ada di lehernya dan memeriksa keadaan Mawar. Rony terdiam menatap nanar penuh kekhawatiran. Nabila terus memeriksa berharap ada hal yang bisa dia lakukan, namun tak sedikitpun dia menemukan secercah harapan. Detak jantung Mawar sirna, Nabila terus berusaha mencari kemungkinan. Bel darurat segera perawat pencet untuk memanggil dokter Refal, Nabila terus berusaha mengambil tindakan hingga dokter Refal datang dan juga berusaha melakukan pertolongan. Namun semua percuma, Mawar sudah tak bernyawa. Tak ada yang bisa mereka perbuat, dengan gemetar dokter Refal mengumumkan waktu kematian Mawar.

Tubuh Nabila melemas jatuh kelantai berlutut. Rony berhambur memeluk Mawar dan menangisi istri yang baru sehari dia nikahi. Semua keluarga berhambur masuk memeluk Mawar, mereka semua berduka atas kematiannya. Tangisan pilu terdengar dari telinga orang tua Mawar. Nabila pun juga tak kalah hancur, dia berusaha berdiri ingin menenangkan semua keluarga tapi rasanya itu tak mungkin.

Dokter Refal membantu menopang tubuh Nabila yang mulai lemas, dia membawa Nabila keluar. Perawat melakukan semua prosedur untuk mengurus Mawar. Susana berkabung begitu terasa, Nabila juga tak berani untuk menemani Rony di saat-saat seperti ini. Dia memilih pergi hingga situasi mulai tenang karena sebagai seorang dokter dia pun juga tak bisa berbuat apa-apa.

"Kamu gak papa?" tanya dokter Refal membawa Nabila ke ruangannya, dan memberikan minuman. Nabila hanya menggelengkan kepala, tangisnya pecah disana mengingat semua yang telah terjadi. Walaupun antara dia dan Mawar memiliki kenangan pahit tapi Nabila tetaplah manusia yang mempunyai hati nurani. Kehadiran Mawar telah memberi kehidupan baru untuk orang yang sangat dia cintai, hal itu cukup memberi alasan untuknya ikut berduka atas kepergian Mawar.

CINTA PERTAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang